Share

47. ANCAMAN DALAM AMARAH

"Ayo, biarkan mbak Runi istirahat."

Ajakan eyang membuat dua bocah kembar yang wangi shampo dan sabunnya tidak ku cium karena hidungku tersumbat, berdiri enggan.

Pelukan Riris yang ku larang tidur di kamarku begitu erat. Sampai ia yang pundaknya dirangkul eyang keluar bersama Ares, "Get well soon, Mbak-qu."

Dan harapan sama dari Ares membuatku mengangguk sambil membalas lambaian tangan Riris.

"Kamu yakin tak butuh sesuatu?"

Aku menggeleng untuk tanya lelaki yang di tangannya memegang mangkok bubur yang isinya kuhabiskan tak bersisa.

"Tidak, Mas, terimaksih. Dan maaf sudah merepotkan."

"Tidak ada yang merasa direpotkan, Runi." Lelaki yang rasanya sengaja ditinggal keluarganya itu melangkah. Tapi ia yang sudah memegang engsel pintu menoleh, "telepon saja kalau kamu butuh sesuatu."

Aku mengangguk dengan senyum yang menghilang saat pintu yang mas Rendra buka, tertutup.

Dalam kamar yang kini benar-benar sunyi, aku tak lagi menunjukkan tawa, apalagi saat mengingat sorot mata mas Re
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status