Panggilan telepon Zax sejak pagi berdering tanpa henti, pria itu yang merasa jengah karena tahu siapa yang memanggilnya langsung mengangkatnya.“Halo.” Jawab Zax dengan datar.“Lucia dimana? apa kalian menyembunyikannya di markas?” Suara dingin tersebut langsung menusuk telinga Zax.“Aku sedang sibuk, jangan menghubungi aku lagi.” Ucap Zax yang tak ingin menjawab pertanyaan Dariel.“Aku tahu kalian berencana memisahkan aku dengan Lucia, tapi harus kalian ingat bahwa jika kalian tak akan bisa memisahkan kami. Titip salam pada tuan mu, Ellard. Jika ingin bersaing untuk mendapatkan Lucia jangan seperti pengecut!”TUT!Telepon tersebut l
Ellard mengajak Lucia berjalan-jalan di sekitar kota, menikmati pemandangan malam yang indah dan berbicara tentang berbagai hal. Ellard berusaha untuk membuat Lucia merasa nyaman dan terhibur, dan Lucia mulai merasa bahwa Ellard adalah seseorang yang lebih kompleks daripada yang dia kira sebelumnya.“Di pinggiran kota ada danau, ku dengar saat malam seperti ini akan terlihat indah.” Ucap Ellard pada Lucia.Lucia hanya tersenyum saja tak menjawab.“Apa kau mau kesana?” Tanya Ellard agar mereka lebih lama menghabiskan waktu malam ini.Lucia mengangguk setuju. "Tentu, mungkin itu ide yang bagus," kata dia.Mereka berdua berjalan menuju danau, menikmati suasana malam yang tenang. Bulan purnama menerangi permukaan air danau, menciptakan pemandangan yang memukau. Lucia merasa seperti dia sedang berada dalam dunia yang berbeda, jauh dari masalah dan konflik yang biasanya menghantuinya.Mereka duduk di pinggir danau, membiarkan keheningan malam meresapi mereka.Hingga Kunang-kunang mulai meng
“Apa yang anda inginkan?” Tanya Ellard pada tuan Kaizer. Tatapan Ellard sebisa mungkin bersikap setenang mungkin di hadapan pria tersebut.“Menjemput putriku. Apalagi?” Ucap Tuan Kaizer dengan dingin.Ellard menaikkan alisnya, “Maaf tuan bahkan aku tak mengerti maksud anda. Ayah Lucia bukanlah anda tapi anda malah mengaku hal bodoh seperti ini.”“Panggil dia kesini, kau akan tahu.” Ucap tuan Kaizer yang sudah malas berbicara dengan pria itu.Ellard langsung melirik ke arah Zidan, Zidan yang paham langsung mengangguk dan pergi.Tuan Kaizer dan Ellard duduk dalam keheningan yang tegang, menunggu kedatangan Lucia. Waktu berlalu dengan lambat, dan akhirnya, Lucia muncul di ruangan tersebut, diikuti oleh Zidan.Lucia terkejut melihat ayahnya di sana. Dia tidak berbicara dengan ayahnya sejak perceraiannya dengan Dariel, dan pertemuan ini benar-benar tak terduga."Ayah?!!" Lucia langsung menghampiri tuan Kaizer disana."Bagaimana ayah bisa tahu aku disini?" Tanya Lucia dengan sedikit takut.
Tuan Kaizer menatap putrinya dengan serius, dia menunggu jawaban dari sang putri.“Kenapa diam? Kau tak bisa menjawab kan” Ucap tuan Kaizer dengan santai namun menusuk.Lucia hanya diam dan pada akhirnya menghela nafasnya, “Obrolan kita cukup sampai disini saja, ayah.” Ucap Lucia lalu langsung berbalik ingin pergi dari ruangan tersebut.“Jangan menyesal, Lucia. Kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya.” Ucap tuan Kaizer sebelum Lucia benar-benar pergi dari ruangannya tersebut.Lucia berhenti sejenak, namun dia tidak berbalik. Dia merasa kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. Tuan Kaizer memang benar, keputusan ini tidak bisa diubah, dan dia harus menerima konsekuensinya.Setelah beberapa saat, Lucia melanjutkan langkahnya dan pergi dari ruangan itu, membawa beban perasaan yang berat. Dia merasa semakin cemas menghadapi pengadilan agama yang akan datang, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidupnya.**************“Ini laporan tentang XFox dan
Dariel tersenyum tipis namun matanya menggambarkan bertapa dia merindukan wanita di depannya ini.“Apa yang kau lakukan disini? Dan bagaimana bisa kau datang ke rumah sakit ini.” Ucap Lucia dengan berusaha tetap setenang mungkin menghadapi pria ini yang harusnya dia temui di persidangan yang akan datang nanti.“Aku datang untuk berobat pada dokter yang selama ini merawatku.” Ucap Dariel dengan lembut.“Dariel, aku sudah tak ada waktu untuk bermain-main denganmu.” Lucia berkata dengan tegas, sorot matanya menjadi tajam melihat pria yang ada di hadapannya ini.Dariel merasakan ketegangan dalam ucapan Lucia, tetapi dia tidak menyerah begitu saja. Dia ingin mencoba mendekati Lucia lagi, meskipun dia tahu bahwa hubungan mereka telah berubah."Lucia, aku tahu kita berdua telah menjalani perubahan besar dalam hidup kita," ucap Dariel dengan lembut. "Tapi aku tidak ingin berakhir seperti ini. Aku ingin kita bisa berbicara, meskipun hanya sebentar, untuk menjelaskan perasaan masing-masing."Lu
Pagi ini sangat terasa ketegangan yang Lucia rasakan, dia sedikit terkejut saat di hubungi oleh tuan besar Filbert, Abert Filbert.“Apa yang anda ingin bicarakan pada saya, tuan Abert?” Ucap Lucia yang mencoba tetap dengan dan sopan pada pria tua yang ada di hadapannya saat ini.“Apakah kita menjadi asing sekarang?” Ucap tuan Abert dengan lembut, dia menatap wanita yang menjadi istri cucunya tersebut meskipun ada konflik diantara pernikahannya.“Maaf, tapi bukankah kita tidak sedekat itu terlebih mungkin anda sudah mendengar permasalahan kami.” Ucap Lucia dengan senyum tipisnya.“Lupakan masalah itu, meskipun kau bercerai nanti kau akan menjadi cucuku.” Ucap tuan Abert dengan serius.Lucia menatap ke arah ria tua itu, “Tuan, sebenarnya apa tujuan anda?” Tanya Lucia, dia tak ingin terlibat dalam keluarga ini lagi.“Aku ingin kau membuka matamu, Lucia. Tapi jika kau tetap tertutup aku akan tetap menganggapmu cucuku meskipun kau bukan menantu di keluarga Filbert lagi. Tapi kakek tanya pa
Pagi ini sidang perceraian Dariel dan Lucia diadakan.Lucia datang lebih awal dibandingkan dengan Dariel. Dan proses persidangan tersebut hanya menunggu kedatangan Dariel saja.Namun, pria itu tak kunjung datang ke pengadilan.Lucia duduk di ruang pengadilan dengan perasaan campur aduk. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, mengapa Dariel belum tiba. Apakah dia akan membatalkan persidangan? Apakah ini adalah upaya terakhirnya untuk menghindari perceraian?Pengacaranya, Devid, duduk di sampingnya dengan raut wajah yang juga penuh tanda tanya. Mereka berdua menunggu dengan gelisah, bersiap menghadapi apapun yang akan terjadi selanjutnya.Beberapa menit kemudian, pintu pengadilan akhirnya terbuka, dan Dariel masuk. Wajahnya pucat, dan dia terlihat lelah. Semua orang di ruangan itu memandangnya dengan perasaan campur aduk.Hakim memulai persidangan, dan proses perceraian mereka dimulai. Semua bukti dan argumen disampaikan, tetapi suasana ruang pengadilan terasa tegang. Sepertinya tidak
Suasana rapat yang diadakan secara mendadak oleh Dariel terasa sangat tegang, terlebih aura tuannya yang sangat suram dan gelap.“Tuan, apakah ada hal yang serius?” Tanya Vinn pada tuannya karena dia belum tahu tentang situasinya.“Aku ingin mempersiapkan penyerangan untuk Swartwolf.” Ucap Dariel dengan dingin dan tegas.Para anggota XFox saling bertatapan, mereka merasakan ketegangan dalam ruangan tersebut. Dariel yang biasanya tenang dan santai sekarang terlihat sangat serius. Ini adalah tanda bahwa situasi benar-benar serius.Vinn mengangguk, mengerti bahwa ini adalah perintah yang harus dijalankan. "Baik, tuan. Apa yang ingin Anda rencanakan untuk penyerangan tersebut?"Dariel mulai menjelaskan rencananya kepada anggota XFox. Dia membahas strategi, target, dan langkah-langkah yang harus diambil. Semua anggota XFox mendengarkan dengan penuh perhatian, mereka siap untuk melaksanakan tugas ini meskipun mereka tahu bahwa ini adalah konflik dengan Swartwolf, sebuah organisasi yang sang