Di salah satu kediaman di kawasan kelas menengah atas, terdapat keluarga yang mulai mengemasi barang mereka.“Kita jadi diusir ayah?” Tanya Bela dengan lesu.Malam-malam saat dia pulang dari pekerjaannya menjadi model dia harus dilelahkan oleh kepindahan secara mendadak keluarganya ini.“Pria brengsek itu menekan kita dengan mengirimkan bawahannya untuk memaksa kita mengosongkan tempat ini.” Ucap tuan Stephen dengan geram, namun dia sama sekali tak bisa berbuat apapun.“Benar, anak tak tahu diuntung itu juga diam saja. Jika tahu seperti ini aku usir saja dia sejak dulu.” Ucap nyonya Lauren dengan kesal.Bela menghela nafasnya dengan lelah, orang tuanya selalu menyalahkan Lucia dan ayah barunya itu padahal jika mereka tak mengusik mereka, mereka juga tak sejahat itu.Dia baru sadar jika orang tuanya yang terlalu toxic. Bela memilih untuk keluar rumah dengan membawa satu koper saja.“Hei Bela! Kau mau kemana!” Teriakan kedua orang tuanya itu tidak dia dengar, diang ingin pergi ke rumah
Pagi hari ini, Lucia dengan pakaian formalnya pergi ke perusahaan ayahnya untuk ikut rapat tahunan perusahaan tersebut.“Apa kau sudah siap sayang?” Tanya tuan Kaizer dengan lembut pada putrinya tersebut.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sudah siap.”Tuan Kaizer mengangguk mengerti, “Tapi ayah ingin ke makam ibumu lebih dulu, kau duluan saja.” Ucap tuan Kaizer, karena memang rutinitasnya setiap hari dia akan pergi ke makam mendiang mantan istrinya tersebut sebelum atau bahkan sesudah dia bekerja, dia tak peduli mau itu hujan ataupun tengah malam sekalipun. Karena mantan istrinya pasti sangat kesepian berada disana sehingga dia harus menyempatkan waktunya untuk pergi kesana.“Aku akan ikut.” Ucap Lucia.“Tidak. Kau langsung ke kantor saja. Ada banyak yang harus kau pelajari sebelum kau ikut rapat. Jadi lebih baik kau datang lebih dulu dengan supir.” Ucap tuan Kaizer.Lucia mengangguk mengerti pada ayahnya. Dia tahu betapa pentingnya rapat tahunan perusahaan tersebut, dan dia ingin
Rapat tahunan kali ini berjalan seperti biasanya, tegang dan serius.Seluruh kepala bidan dan beberapa pejabat perusahaan yang menduduki tempat tersebut sangat serius mengikuti rapat kali ini.“Selain itu, saya ingin mengenalkan kalian secara pribadi calon pewaris saya sekaligus calon pemimpin masa depan saya, Lucia masuklah.” Ucap tuan Kaizer dengan suara tegasnya.Lucia, yang sudah diperkenalkan sebagai calon pewaris perusahaan, masuk ke dalam ruangan rapat dengan penuh percaya diri. Dia mengenakan pakaian formal yang elegan dan tersenyum pada semua orang yang hadir."Selamat datang, Lucia," ucap Tuan Kaizer dengan bangga. "Dia adalah putri saya, dan saya yakin dia akan membawa perusahaan ini ke masa depan yang lebih baik."Lucia mengucapkan kata-kata terima kasih dan memulai presentasi singkat tentang visi dan rencananya untuk perusahaan. Dia menciptakan kesan yang baik di antara hadirin dengan kepandaian dan wawasan bisnisnya.Rapat tahunan berlanjut dengan berbagai diskusi dan p
Seperti yang dikatakan Dariel, saat ini Vinn atas permintaan Victor menyuruhnya untuk mengawasi bahan dan alat penyerangan yang akan mereka lakukan besok malam.Banyak yang mereka persiapkan bahkan semua anggota XFox saat ini tengah melatih fisik mereka sebelum mereka tempur besok malamnya.Vinn dengan setiap menunggu kapal yang mengantarkan pesanan tuannya dari luar negeri, seluruh pelabuhan ini diamankan oleh anggota XFox dengan ketat.Dengan menghisap rokok dengan santai, dia berdiri di atas kontainer yang tidak terpakai.“Tuan Vin, kapal sudah terlihat.” Ucap bawahannya.Vin tersenyum miring.” Jaga ketat, jika ada seseorang yang mencurigakan segera tangkap tanpa terkecuali.” Ucap Vin dengan serius.Vinn dan anggota XFox nya tetap berada di atas kapal kontainer yang tidak terpakai, bersembunyi dalam bayangan untuk memastikan pengiriman bahan dan alat penyerangan itu berjalan dengan lancar. Mereka tahu bahwa situasi ini sangat penting, dan setiap detik sangat berharga.Ketika kapal
Satu jam berlalu dengan sangat cepat, Dariel menunggu kiriman informasi dari bawahannya yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dalam mencari seseorang.Namun, dalam satu jam orang tersebut belum berhasil menemukan apa yang dia inginkan. Hingga akhirnya Dariel memanggil orang itu lagi.“Apa kau ingin mati?” Ucap Dariel dengan dingin saat orang tersebut belum berhasil menemukan keberadaan Lucia sekarang.Orang tersebut tampak sangat tegang dan takut saat Dariel memanggilnya dengan nada yang tegas dan marah. Dia mencoba menjelaskan, "Maaf, Tuan Dariel, saya telah mencoba semaksimal mungkin, tetapi sepertinya semua jejak Lucia hilang begitu saja. Saya belum bisa menemukan keberadaannya. beri saya waktu lima belas menit lagi, tuan"Dariel menghela nafas dalam-dalam, tetapi dia tahu bahwa dia harus bersabar. Dia memberikan waktu tambahan kepada bawahannya dan menjawab dengan suara yang tetap tegas, "Baik, kau punya lima belas menit terakhir. Ini kesempatan terakhir mu untuk menemukan kebera
Situasi semakin tegang, Lucia tak bisa berpikir panjang. Hingga ketukan pelayan tadi kembali terdengar.“Nona, apa anda belum selesai?” Tanya pelayan tersebut.Namun Lucia memilih untuk diam, hingga pelayan tersebut mengernyitkan dahinya lalu keluar dari toilet dan dua detik kemudian kembali dengan pengawal.“Dobrak saja pintunya.” Ucap pelayan tersebut pada pria itu.Pria itu segera mendobrak pintu toilet tersebut namun di dalam kosong.Keduanya saling berpandangan.“Ayo kita cari, tuan Ernest akan murka nanti!” Ucap pelayan tersebut segera.Lucia mendengar percakapan pelayan dan pengawal di luar pintu toilet. Saat mereka memutuskan untuk mencarinya, dia menyadari bahwa dia harus segera mencari peluang untuk melarikan diri. Ketika keduanya keluar, Lucia dengan cepat keluar dari toilet dan mencoba untuk melanjutkan ke pintu keluar.Namun, begitu dia mencapai lorong kapal, dia melihat beberapa pengawal lainnya berjalan mendekati arahnya. Walaupun dia tahu situasinya sangat sulit, Lucia
TERDAPAT KONTEN DEWASA! Dariel membawa Lucia dengan langkah cepat ke dalam kapal pribadinya, dia menyuruh untuk mengemudikan kapal dengan cepat menuju ke daratan karena Dariel takut jika akan terjadi sesuatu yang buruk dengan Lucia. Dariel membawa LUcia di ruangan pribadi kapal tersebut dan mendekapya dengan pelukannya tanpa ingin menurunkannya ke ranjang karena dia merasa jika Lucia lebih aman berada di dekapannya. “Ku mohon jangan terjadi sesuatu yang buruk denganmu.” Gumam Dariel dengan penuh harap, dia sangat ketakutan jika terjadi sesuatu pada orang yang dia cintai. Terlebih wajah Lucia semakin memerah, mungkin itu adalah efek obat yang digunakan oleh Ernest. “Apa yang dia berikan pada Lucia.” Geram Dariel dengan marah. “P-panas.” Gumam Lucia dengan suara rintihan namun mata wanita itu masih terpejam. Dariel merasa semakin khawatir melihat kondisi Lucia. Dia mencoba untuk merilekskan dirinya dan memikirkan tindakan selanjutnya. Kemudian, dia meraih telepon genggamnya dan me
“Tunggu nyonya kalian sampai bangun, aku akan pergi karena ada urusan yang harus segera aku selesaikan.” Ucap Dariel dengan dingin.Bawahan Dariel langsung mengangguk mengerti, mereka memberikan jalan pada tuannya yang akan meninggalkan kapal tersebut. Mereka tidak tahu apa yang dilakukan tuannya tapi mereka akan patuh dengan perintah dan menunggu nyonya muda mereka bangun dari tidurnya setelah malam panjang dengan tuan mereka.Dariel meninggalkan kapal dengan langkah-langkah yang tegas, meninggalkan kru kapal yang terkejut dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Dia memiliki urusan yang harus segera dihadapinya, demi hubungannya dengan Lucia. Dia berharap setelah urusan ini selesai dia bisa kembali dengan wanitanya.Tugas Dariel sebagai pemimpin kelompok kriminal mungkin sangat berat, tetapi dia selalu memprioritaskan keselamatan Lucia di atas segalanya. Dengan perasaan yang berat di hatinya, dia pergi untuk menyelesaikan urusan pribadinya, sambil berharap bahwa Lucia akan pulih sec