Pagi ini sangat terasa ketegangan yang Lucia rasakan, dia sedikit terkejut saat di hubungi oleh tuan besar Filbert, Abert Filbert.“Apa yang anda ingin bicarakan pada saya, tuan Abert?” Ucap Lucia yang mencoba tetap dengan dan sopan pada pria tua yang ada di hadapannya saat ini.“Apakah kita menjadi asing sekarang?” Ucap tuan Abert dengan lembut, dia menatap wanita yang menjadi istri cucunya tersebut meskipun ada konflik diantara pernikahannya.“Maaf, tapi bukankah kita tidak sedekat itu terlebih mungkin anda sudah mendengar permasalahan kami.” Ucap Lucia dengan senyum tipisnya.“Lupakan masalah itu, meskipun kau bercerai nanti kau akan menjadi cucuku.” Ucap tuan Abert dengan serius.Lucia menatap ke arah ria tua itu, “Tuan, sebenarnya apa tujuan anda?” Tanya Lucia, dia tak ingin terlibat dalam keluarga ini lagi.“Aku ingin kau membuka matamu, Lucia. Tapi jika kau tetap tertutup aku akan tetap menganggapmu cucuku meskipun kau bukan menantu di keluarga Filbert lagi. Tapi kakek tanya pa
Pagi ini sidang perceraian Dariel dan Lucia diadakan.Lucia datang lebih awal dibandingkan dengan Dariel. Dan proses persidangan tersebut hanya menunggu kedatangan Dariel saja.Namun, pria itu tak kunjung datang ke pengadilan.Lucia duduk di ruang pengadilan dengan perasaan campur aduk. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, mengapa Dariel belum tiba. Apakah dia akan membatalkan persidangan? Apakah ini adalah upaya terakhirnya untuk menghindari perceraian?Pengacaranya, Devid, duduk di sampingnya dengan raut wajah yang juga penuh tanda tanya. Mereka berdua menunggu dengan gelisah, bersiap menghadapi apapun yang akan terjadi selanjutnya.Beberapa menit kemudian, pintu pengadilan akhirnya terbuka, dan Dariel masuk. Wajahnya pucat, dan dia terlihat lelah. Semua orang di ruangan itu memandangnya dengan perasaan campur aduk.Hakim memulai persidangan, dan proses perceraian mereka dimulai. Semua bukti dan argumen disampaikan, tetapi suasana ruang pengadilan terasa tegang. Sepertinya tidak
Suasana rapat yang diadakan secara mendadak oleh Dariel terasa sangat tegang, terlebih aura tuannya yang sangat suram dan gelap.“Tuan, apakah ada hal yang serius?” Tanya Vinn pada tuannya karena dia belum tahu tentang situasinya.“Aku ingin mempersiapkan penyerangan untuk Swartwolf.” Ucap Dariel dengan dingin dan tegas.Para anggota XFox saling bertatapan, mereka merasakan ketegangan dalam ruangan tersebut. Dariel yang biasanya tenang dan santai sekarang terlihat sangat serius. Ini adalah tanda bahwa situasi benar-benar serius.Vinn mengangguk, mengerti bahwa ini adalah perintah yang harus dijalankan. "Baik, tuan. Apa yang ingin Anda rencanakan untuk penyerangan tersebut?"Dariel mulai menjelaskan rencananya kepada anggota XFox. Dia membahas strategi, target, dan langkah-langkah yang harus diambil. Semua anggota XFox mendengarkan dengan penuh perhatian, mereka siap untuk melaksanakan tugas ini meskipun mereka tahu bahwa ini adalah konflik dengan Swartwolf, sebuah organisasi yang sang
Di salah satu kediaman di kawasan kelas menengah atas, terdapat keluarga yang mulai mengemasi barang mereka.“Kita jadi diusir ayah?” Tanya Bela dengan lesu.Malam-malam saat dia pulang dari pekerjaannya menjadi model dia harus dilelahkan oleh kepindahan secara mendadak keluarganya ini.“Pria brengsek itu menekan kita dengan mengirimkan bawahannya untuk memaksa kita mengosongkan tempat ini.” Ucap tuan Stephen dengan geram, namun dia sama sekali tak bisa berbuat apapun.“Benar, anak tak tahu diuntung itu juga diam saja. Jika tahu seperti ini aku usir saja dia sejak dulu.” Ucap nyonya Lauren dengan kesal.Bela menghela nafasnya dengan lelah, orang tuanya selalu menyalahkan Lucia dan ayah barunya itu padahal jika mereka tak mengusik mereka, mereka juga tak sejahat itu.Dia baru sadar jika orang tuanya yang terlalu toxic. Bela memilih untuk keluar rumah dengan membawa satu koper saja.“Hei Bela! Kau mau kemana!” Teriakan kedua orang tuanya itu tidak dia dengar, diang ingin pergi ke rumah
Pagi hari ini, Lucia dengan pakaian formalnya pergi ke perusahaan ayahnya untuk ikut rapat tahunan perusahaan tersebut.“Apa kau sudah siap sayang?” Tanya tuan Kaizer dengan lembut pada putrinya tersebut.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sudah siap.”Tuan Kaizer mengangguk mengerti, “Tapi ayah ingin ke makam ibumu lebih dulu, kau duluan saja.” Ucap tuan Kaizer, karena memang rutinitasnya setiap hari dia akan pergi ke makam mendiang mantan istrinya tersebut sebelum atau bahkan sesudah dia bekerja, dia tak peduli mau itu hujan ataupun tengah malam sekalipun. Karena mantan istrinya pasti sangat kesepian berada disana sehingga dia harus menyempatkan waktunya untuk pergi kesana.“Aku akan ikut.” Ucap Lucia.“Tidak. Kau langsung ke kantor saja. Ada banyak yang harus kau pelajari sebelum kau ikut rapat. Jadi lebih baik kau datang lebih dulu dengan supir.” Ucap tuan Kaizer.Lucia mengangguk mengerti pada ayahnya. Dia tahu betapa pentingnya rapat tahunan perusahaan tersebut, dan dia ingin
Rapat tahunan kali ini berjalan seperti biasanya, tegang dan serius.Seluruh kepala bidan dan beberapa pejabat perusahaan yang menduduki tempat tersebut sangat serius mengikuti rapat kali ini.“Selain itu, saya ingin mengenalkan kalian secara pribadi calon pewaris saya sekaligus calon pemimpin masa depan saya, Lucia masuklah.” Ucap tuan Kaizer dengan suara tegasnya.Lucia, yang sudah diperkenalkan sebagai calon pewaris perusahaan, masuk ke dalam ruangan rapat dengan penuh percaya diri. Dia mengenakan pakaian formal yang elegan dan tersenyum pada semua orang yang hadir."Selamat datang, Lucia," ucap Tuan Kaizer dengan bangga. "Dia adalah putri saya, dan saya yakin dia akan membawa perusahaan ini ke masa depan yang lebih baik."Lucia mengucapkan kata-kata terima kasih dan memulai presentasi singkat tentang visi dan rencananya untuk perusahaan. Dia menciptakan kesan yang baik di antara hadirin dengan kepandaian dan wawasan bisnisnya.Rapat tahunan berlanjut dengan berbagai diskusi dan p
Seperti yang dikatakan Dariel, saat ini Vinn atas permintaan Victor menyuruhnya untuk mengawasi bahan dan alat penyerangan yang akan mereka lakukan besok malam.Banyak yang mereka persiapkan bahkan semua anggota XFox saat ini tengah melatih fisik mereka sebelum mereka tempur besok malamnya.Vinn dengan setiap menunggu kapal yang mengantarkan pesanan tuannya dari luar negeri, seluruh pelabuhan ini diamankan oleh anggota XFox dengan ketat.Dengan menghisap rokok dengan santai, dia berdiri di atas kontainer yang tidak terpakai.“Tuan Vin, kapal sudah terlihat.” Ucap bawahannya.Vin tersenyum miring.” Jaga ketat, jika ada seseorang yang mencurigakan segera tangkap tanpa terkecuali.” Ucap Vin dengan serius.Vinn dan anggota XFox nya tetap berada di atas kapal kontainer yang tidak terpakai, bersembunyi dalam bayangan untuk memastikan pengiriman bahan dan alat penyerangan itu berjalan dengan lancar. Mereka tahu bahwa situasi ini sangat penting, dan setiap detik sangat berharga.Ketika kapal
Satu jam berlalu dengan sangat cepat, Dariel menunggu kiriman informasi dari bawahannya yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dalam mencari seseorang.Namun, dalam satu jam orang tersebut belum berhasil menemukan apa yang dia inginkan. Hingga akhirnya Dariel memanggil orang itu lagi.“Apa kau ingin mati?” Ucap Dariel dengan dingin saat orang tersebut belum berhasil menemukan keberadaan Lucia sekarang.Orang tersebut tampak sangat tegang dan takut saat Dariel memanggilnya dengan nada yang tegas dan marah. Dia mencoba menjelaskan, "Maaf, Tuan Dariel, saya telah mencoba semaksimal mungkin, tetapi sepertinya semua jejak Lucia hilang begitu saja. Saya belum bisa menemukan keberadaannya. beri saya waktu lima belas menit lagi, tuan"Dariel menghela nafas dalam-dalam, tetapi dia tahu bahwa dia harus bersabar. Dia memberikan waktu tambahan kepada bawahannya dan menjawab dengan suara yang tetap tegas, "Baik, kau punya lima belas menit terakhir. Ini kesempatan terakhir mu untuk menemukan kebera