Pagi ini sidang perceraian Dariel dan Lucia diadakan.Lucia datang lebih awal dibandingkan dengan Dariel. Dan proses persidangan tersebut hanya menunggu kedatangan Dariel saja.Namun, pria itu tak kunjung datang ke pengadilan.Lucia duduk di ruang pengadilan dengan perasaan campur aduk. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, mengapa Dariel belum tiba. Apakah dia akan membatalkan persidangan? Apakah ini adalah upaya terakhirnya untuk menghindari perceraian?Pengacaranya, Devid, duduk di sampingnya dengan raut wajah yang juga penuh tanda tanya. Mereka berdua menunggu dengan gelisah, bersiap menghadapi apapun yang akan terjadi selanjutnya.Beberapa menit kemudian, pintu pengadilan akhirnya terbuka, dan Dariel masuk. Wajahnya pucat, dan dia terlihat lelah. Semua orang di ruangan itu memandangnya dengan perasaan campur aduk.Hakim memulai persidangan, dan proses perceraian mereka dimulai. Semua bukti dan argumen disampaikan, tetapi suasana ruang pengadilan terasa tegang. Sepertinya tidak
Suasana rapat yang diadakan secara mendadak oleh Dariel terasa sangat tegang, terlebih aura tuannya yang sangat suram dan gelap.“Tuan, apakah ada hal yang serius?” Tanya Vinn pada tuannya karena dia belum tahu tentang situasinya.“Aku ingin mempersiapkan penyerangan untuk Swartwolf.” Ucap Dariel dengan dingin dan tegas.Para anggota XFox saling bertatapan, mereka merasakan ketegangan dalam ruangan tersebut. Dariel yang biasanya tenang dan santai sekarang terlihat sangat serius. Ini adalah tanda bahwa situasi benar-benar serius.Vinn mengangguk, mengerti bahwa ini adalah perintah yang harus dijalankan. "Baik, tuan. Apa yang ingin Anda rencanakan untuk penyerangan tersebut?"Dariel mulai menjelaskan rencananya kepada anggota XFox. Dia membahas strategi, target, dan langkah-langkah yang harus diambil. Semua anggota XFox mendengarkan dengan penuh perhatian, mereka siap untuk melaksanakan tugas ini meskipun mereka tahu bahwa ini adalah konflik dengan Swartwolf, sebuah organisasi yang sang
Di salah satu kediaman di kawasan kelas menengah atas, terdapat keluarga yang mulai mengemasi barang mereka.“Kita jadi diusir ayah?” Tanya Bela dengan lesu.Malam-malam saat dia pulang dari pekerjaannya menjadi model dia harus dilelahkan oleh kepindahan secara mendadak keluarganya ini.“Pria brengsek itu menekan kita dengan mengirimkan bawahannya untuk memaksa kita mengosongkan tempat ini.” Ucap tuan Stephen dengan geram, namun dia sama sekali tak bisa berbuat apapun.“Benar, anak tak tahu diuntung itu juga diam saja. Jika tahu seperti ini aku usir saja dia sejak dulu.” Ucap nyonya Lauren dengan kesal.Bela menghela nafasnya dengan lelah, orang tuanya selalu menyalahkan Lucia dan ayah barunya itu padahal jika mereka tak mengusik mereka, mereka juga tak sejahat itu.Dia baru sadar jika orang tuanya yang terlalu toxic. Bela memilih untuk keluar rumah dengan membawa satu koper saja.“Hei Bela! Kau mau kemana!” Teriakan kedua orang tuanya itu tidak dia dengar, diang ingin pergi ke rumah
Pagi hari ini, Lucia dengan pakaian formalnya pergi ke perusahaan ayahnya untuk ikut rapat tahunan perusahaan tersebut.“Apa kau sudah siap sayang?” Tanya tuan Kaizer dengan lembut pada putrinya tersebut.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sudah siap.”Tuan Kaizer mengangguk mengerti, “Tapi ayah ingin ke makam ibumu lebih dulu, kau duluan saja.” Ucap tuan Kaizer, karena memang rutinitasnya setiap hari dia akan pergi ke makam mendiang mantan istrinya tersebut sebelum atau bahkan sesudah dia bekerja, dia tak peduli mau itu hujan ataupun tengah malam sekalipun. Karena mantan istrinya pasti sangat kesepian berada disana sehingga dia harus menyempatkan waktunya untuk pergi kesana.“Aku akan ikut.” Ucap Lucia.“Tidak. Kau langsung ke kantor saja. Ada banyak yang harus kau pelajari sebelum kau ikut rapat. Jadi lebih baik kau datang lebih dulu dengan supir.” Ucap tuan Kaizer.Lucia mengangguk mengerti pada ayahnya. Dia tahu betapa pentingnya rapat tahunan perusahaan tersebut, dan dia ingin
Rapat tahunan kali ini berjalan seperti biasanya, tegang dan serius.Seluruh kepala bidan dan beberapa pejabat perusahaan yang menduduki tempat tersebut sangat serius mengikuti rapat kali ini.“Selain itu, saya ingin mengenalkan kalian secara pribadi calon pewaris saya sekaligus calon pemimpin masa depan saya, Lucia masuklah.” Ucap tuan Kaizer dengan suara tegasnya.Lucia, yang sudah diperkenalkan sebagai calon pewaris perusahaan, masuk ke dalam ruangan rapat dengan penuh percaya diri. Dia mengenakan pakaian formal yang elegan dan tersenyum pada semua orang yang hadir."Selamat datang, Lucia," ucap Tuan Kaizer dengan bangga. "Dia adalah putri saya, dan saya yakin dia akan membawa perusahaan ini ke masa depan yang lebih baik."Lucia mengucapkan kata-kata terima kasih dan memulai presentasi singkat tentang visi dan rencananya untuk perusahaan. Dia menciptakan kesan yang baik di antara hadirin dengan kepandaian dan wawasan bisnisnya.Rapat tahunan berlanjut dengan berbagai diskusi dan p
Seperti yang dikatakan Dariel, saat ini Vinn atas permintaan Victor menyuruhnya untuk mengawasi bahan dan alat penyerangan yang akan mereka lakukan besok malam.Banyak yang mereka persiapkan bahkan semua anggota XFox saat ini tengah melatih fisik mereka sebelum mereka tempur besok malamnya.Vinn dengan setiap menunggu kapal yang mengantarkan pesanan tuannya dari luar negeri, seluruh pelabuhan ini diamankan oleh anggota XFox dengan ketat.Dengan menghisap rokok dengan santai, dia berdiri di atas kontainer yang tidak terpakai.“Tuan Vin, kapal sudah terlihat.” Ucap bawahannya.Vin tersenyum miring.” Jaga ketat, jika ada seseorang yang mencurigakan segera tangkap tanpa terkecuali.” Ucap Vin dengan serius.Vinn dan anggota XFox nya tetap berada di atas kapal kontainer yang tidak terpakai, bersembunyi dalam bayangan untuk memastikan pengiriman bahan dan alat penyerangan itu berjalan dengan lancar. Mereka tahu bahwa situasi ini sangat penting, dan setiap detik sangat berharga.Ketika kapal
Satu jam berlalu dengan sangat cepat, Dariel menunggu kiriman informasi dari bawahannya yang memiliki kemampuan tingkat tinggi dalam mencari seseorang.Namun, dalam satu jam orang tersebut belum berhasil menemukan apa yang dia inginkan. Hingga akhirnya Dariel memanggil orang itu lagi.“Apa kau ingin mati?” Ucap Dariel dengan dingin saat orang tersebut belum berhasil menemukan keberadaan Lucia sekarang.Orang tersebut tampak sangat tegang dan takut saat Dariel memanggilnya dengan nada yang tegas dan marah. Dia mencoba menjelaskan, "Maaf, Tuan Dariel, saya telah mencoba semaksimal mungkin, tetapi sepertinya semua jejak Lucia hilang begitu saja. Saya belum bisa menemukan keberadaannya. beri saya waktu lima belas menit lagi, tuan"Dariel menghela nafas dalam-dalam, tetapi dia tahu bahwa dia harus bersabar. Dia memberikan waktu tambahan kepada bawahannya dan menjawab dengan suara yang tetap tegas, "Baik, kau punya lima belas menit terakhir. Ini kesempatan terakhir mu untuk menemukan kebera
Situasi semakin tegang, Lucia tak bisa berpikir panjang. Hingga ketukan pelayan tadi kembali terdengar.“Nona, apa anda belum selesai?” Tanya pelayan tersebut.Namun Lucia memilih untuk diam, hingga pelayan tersebut mengernyitkan dahinya lalu keluar dari toilet dan dua detik kemudian kembali dengan pengawal.“Dobrak saja pintunya.” Ucap pelayan tersebut pada pria itu.Pria itu segera mendobrak pintu toilet tersebut namun di dalam kosong.Keduanya saling berpandangan.“Ayo kita cari, tuan Ernest akan murka nanti!” Ucap pelayan tersebut segera.Lucia mendengar percakapan pelayan dan pengawal di luar pintu toilet. Saat mereka memutuskan untuk mencarinya, dia menyadari bahwa dia harus segera mencari peluang untuk melarikan diri. Ketika keduanya keluar, Lucia dengan cepat keluar dari toilet dan mencoba untuk melanjutkan ke pintu keluar.Namun, begitu dia mencapai lorong kapal, dia melihat beberapa pengawal lainnya berjalan mendekati arahnya. Walaupun dia tahu situasinya sangat sulit, Lucia
Kabar kehamilan kedua Lucia disambut dengan penuh suka cita oleh semua orang.Bahkah saat mendengar ibunya mengandun seorang adik, Ethan tampak sangat senang dan berharap adiknya perempuan agar bisa dia jaga dan sayangi sepenuhnya.“Kapan adik akan muncul, bu?” Tanya Ethan dengan begitu antusias.“Adikmu akan lahir ketika kandungan ibu sudah mencapai sembilan bulan.” Jelas Lucia dengan penuh kelembutan pada putranya.“Lalu sekarang sudah berapa bulan? Aku sungguh tak sabar ingin menggendong adik.” Ucap Ethan dengan semangat.“Ini kemungkinan memasuki minggu ke lima, jadi kau harus bersabar. Okey?” Ucap Lucia sambil mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.Ethan begitu bersemangat menunggu kehadiran adiknya yang diinginkannya. Setiap hari, ia terus menanyakan kapan adiknya akan lahir, dan kegembiraan serta antusiasme dalam suaranya tak terbendung."Minggu ke lima? Artinya adik akan datang dalam tujuh bulanan lagi, benar?" tanya Ethan dengan riang, matanya berbinar-binar."Ya
“Ceritakan pada kami, sebenarnya apa yang terjadi?” Tanya Dariel dengan serius pada Vinn.Sebagai orang yang mengenal Vinn cukup lama, Dariel terkejut ketika Vinn sudah memiliki putri sebesar putranya bahkan Vinn belum menikah.Namun, Vinn terlihat menunduk seperti penuh penyesalan. “ A-amira adalah kekasih saya, kami memang berencana ingin melangsungkan hubungan yang lebih serius, namun saat ibu angkatku mengetahuinya, dia tak setuju dengan Amaria karena menganggap Amaria hanya konsultan hukum junior yang tak terpandang. Anda tahu bagaimana ibu angkat saya tuan dan saya tidak mungkin melawan wanita yang telah merawat saya.” Dariel yang mendengar itu mendesah, “Lalu kenapa kau terlihat begitu menyesal? Bukankah hari ini adalah bagian dari pilihanmu?” Ucap Dariel dengan tenang.“S-saya saya tidak tahu jika Amaria waktu itu mengandung, jika aku tahu dia mengandung tentu aku akan berusaha keras mempertahankannya.”Lucia yang mendengar itu merasa tampak kecewa, “Aku sebagai wanita kecewa
Obrolan Lucia dengan ibu Cila, yang bernama Amira tersebut berlangsung cukup akrab, ternyata mereka memiliki hobby yang sama.“Aku melihat kartu nama mu, pekerjaanmu sebagai konsultan hukum. Apa itu benar?” Tanya Lucia dengan ramah."Mendengar tentang pekerjaanmu sebagai konsultan hukum membuatku tertarik, Amira. Aku sendiri bukan konsultan hukum, tetapi aku memiliki minat yang besar terhadap hukum dan berbagai topik terkait. Aku sangat menghargai profesi seperti yang kamu lakukan," ucap Lucia dengan penuh antusiasme.Amira mengangguk, terlihat senang menemukan seseorang yang bisa diajak berbicara tentang minatnya. "Sama-sama, Lucia. Memang menarik memiliki kesamaan minat seperti ini. Apakah kamu sering membaca atau mempelajari topik hukum secara mendalam?""Ya, aku suka membaca dan memperluas pengetahuan saya tentang hukum akhir-akhir ini, meskipun tidak bekerja di bidang tersebut. Aku percaya pengetahuan hukum sangat berguna dalam berbagai aspek kehidupan," jelas Lucia sambil tersen
“Terima kasih, om, tante, Ethan. Karena membantuku.” Ucap Cila dengan wajah polosnya. Baru kali ini dia dibantu saat dirinya dibully, selama ini semua orang seolah tutup mata bahkan ibunya sendiri tidak mampu melindunginya karena yang membullynya adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi.Dariel yang melihat gadis kecil itu tampak tersenyum, “Bukan apa-apa, sweety. Dimana orang tua mu? Apakah kau akan dijemput?” Tanya Dariel dengan lembut.Cila mengangguk, “Ibuku akan menjemput saat istirahat nanti, dia masih bekerja jadi tak bisa menjemput tepat waktu. Tapi aku tak apa, om. Aku akan menunggunya seperti biasa.” Ucap Cila dengan tenang.Lucia yang melihat keberanian di mata gadis itu langsung terenyuh, anak sekecil ini sudah bisa memahami keadaan orang tuanya. Apalagi
“Aduh! Kenapa kamu mendorong Cila!” Teriak anak kecil dengan berani pada segerombolan anak kecil yang seusianya. “Hei, kau anak yang tak punya ayah itu kan? Kenapa kau bisa sekolah disini. Inikan sekolah bermain elite.” Tanya anak laki-aki tersebut pada gadis kecil bernama Cila. “Memang jika tak punya ayah aku tak bisa bersekolah, ha? sini kalau berani jangan mainnya keroyokan dong.” Ucapnya tanpa rasa takut sekalipun. anak-anak laki-laki itu langsung menjambak rambut anak gadis itu dengan keras dan merundungnya dengan tawa yang cukup keras. Ethan, dia yang sedang menunggu ibunya menjemputnya merasa terganggu dengan perundungan tersebut. Dengan berani dia langsung menolong gadis kecil itu yang tampak ingin menangis namun ditahan agar lawannya tak semakin menyiksanya. Situasi itu membuat Ethan merasa tidak enak hati. Dengan langkah mantap, dia mendekati anak-anak yang sedang merundung Cila. Meskipun merasa agak takut, dia bertekad untuk membantu. "Diam kalian!" teriak Ethan deng
Tahun pertama Ethan memasuki waktu sekolahnya, saat usia tiga tahun ini Lucia memutuskan untuk mendaftar ke sekolah bermain agar Ethan bisa bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya.Ethan yang baru pertama kali ikut kelas ini hanya memegang tangan ibunya dengan erat, Lucia yang melihat itu tersenyum. “Jangan takut, mereka adalah temanmu semua. Ayo bergabunglah dengan mereka.” Ucapnya dengan lembut pada putranya tersebut.Saat melihat Ethan yang agak ragu-ragu di hari pertamanya di sekolah bermain, Lucia mencoba memberikan dukungan dan semangat padanya. Dia meraih tangan kecil Ethan dengan lembut, merasa getaran kecil dari kecemasan yang dipancarkan anaknya."Kamu akan memiliki waktu yang menyenangkan di sini, nak. Mereka semua adalah temanmu yang baru," ucap Lucia dengan lembut sambil tersenyum menghi
Sesuai dengan janji Dariel, saat ini dia mengajak istri dan anaknya untuk pergi ke pantai bersama. Ethan terlihat sangat senang dan bermain dengan pasir dipinggir pantai bersama Lucia.Suasana di pantai begitu menyenangkan. Dariel dan Lucia duduk di pinggir pantai sambil menikmati keindahan laut yang bergerombolkan ombaknya. Mereka tersenyum melihat Ethan yang riang bermain-main dengan pasir. Dariel berusaha membuat istri dan anaknya merasa bahagia di tempat yang indah ini."Ethan benar-benar senang di sini," ujar Dariel sambil tersenyum melihat putranya."Iya, pantai memang salah satu tempat favoritnya," kata Lucia sambil mengelus kepala Ethan yang sedang asyik membangun benteng pasir."Kau juga terlihat senang di sini," ucap Dariel sambil menatap istrinya dengan penuh kehangatan.Lucia tersenyum. "Benar, udara pantainya begitu menyegarkan. Terima kasih sudah membawa kami ke sini."Mereka melanjutkan hari mereka dengan bermain air, menjelajahi pantai, dan menikmati waktu bersama. Dar
“Kau membaca apa sayang?” Tanya Dariel yang setelah mandi langsung menghampiri istrinya meskipun dia masih menggunakan handuk kimono di badannya.Lucia yang melihat suaminya tersenyum tipis, “Aku sedang membaca novel saja, aku sedang jenuh saat ini.” Ucap Lucia dengan lembut.Dariel duduk di pinggiran kursi dengan menatap buku novel yang dibaca istrinya, “Malam pertama dengan sang CEO.” Gumam Dariel dengan menaikkan alisnya, “Kau membaca novel seperti ini Lucia?” Tanya Dariel terkekeh lalu mengambil buku novel yang dibaca istrinya.“Oh apa kau ingin gaya baru dalam hubungan kita Lucia?” Tanya Dariel menggoda Lucia.“Tidak.” Elak Lucia yang berusaha merebut kembali novel yang dipegang oleh suaminya dengan malu.Dariel terus menggoda Lucia hingga Lucia tersandung dan terjatuh ke ranjang dengan menarik Dariel hingga tubuh Dariel menindih Lucia.“Apa ini juga tertulis di novel ini sayang? Apakah kau ingin menggodaku saat hari masih belum petang?” Bisik Dariel yang menggetarkan hati Lucia.
Kehidupan keluarga Dariel semakin hari semakin bahagia, terlebih Lucia saat ini tengah menikmati momen santai bersama putranya yang saat ini sudah pintar berlari dan mereka menikmati hari ini di taman belakang rumahnya..“Nyonya, nona Clara datang lagi.” Ucap pelayan Lucia padanya.Lucia yang mendengarnya tersenyum, “Bawa dia kemari.” Ucap Lucia dengan tenang.Meskipun dahulu ada rasa kekhawatiran terhadap Clara, namun saat ini Lucia dan Clara sudah berteman semenjak hari itu dia datang ke mansionnya.“Lucia, bagaimana kabarmu?” Tanyanya dengan ramah.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sangat baik, bagaimana dengan kuliahmu? Ku dengar kau melanjutkan kuliah S2.”Terkadang, kehidupan bisa memberikan kesempatan kedua yang menakjubkan. Seperti yang dirasakan Lucia saat ini, di mana pertemuan dengan Clara yang awalnya penuh ketegangan, kini berubah menjadi obrolan santai dan hangat di taman belakang rumahnya.“Aku baik-baik saja. Iya, aku lanjut S2 sekarang. Belum terlalu sulit, tapi cu