“Apa yang anda inginkan?” Tanya Ellard pada tuan Kaizer. Tatapan Ellard sebisa mungkin bersikap setenang mungkin di hadapan pria tersebut.“Menjemput putriku. Apalagi?” Ucap Tuan Kaizer dengan dingin.Ellard menaikkan alisnya, “Maaf tuan bahkan aku tak mengerti maksud anda. Ayah Lucia bukanlah anda tapi anda malah mengaku hal bodoh seperti ini.”“Panggil dia kesini, kau akan tahu.” Ucap tuan Kaizer yang sudah malas berbicara dengan pria itu.Ellard langsung melirik ke arah Zidan, Zidan yang paham langsung mengangguk dan pergi.Tuan Kaizer dan Ellard duduk dalam keheningan yang tegang, menunggu kedatangan Lucia. Waktu berlalu dengan lambat, dan akhirnya, Lucia muncul di ruangan tersebut, diikuti oleh Zidan.Lucia terkejut melihat ayahnya di sana. Dia tidak berbicara dengan ayahnya sejak perceraiannya dengan Dariel, dan pertemuan ini benar-benar tak terduga."Ayah?!!" Lucia langsung menghampiri tuan Kaizer disana."Bagaimana ayah bisa tahu aku disini?" Tanya Lucia dengan sedikit takut.
Tuan Kaizer menatap putrinya dengan serius, dia menunggu jawaban dari sang putri.“Kenapa diam? Kau tak bisa menjawab kan” Ucap tuan Kaizer dengan santai namun menusuk.Lucia hanya diam dan pada akhirnya menghela nafasnya, “Obrolan kita cukup sampai disini saja, ayah.” Ucap Lucia lalu langsung berbalik ingin pergi dari ruangan tersebut.“Jangan menyesal, Lucia. Kesempatan tidak datang untuk kedua kalinya.” Ucap tuan Kaizer sebelum Lucia benar-benar pergi dari ruangannya tersebut.Lucia berhenti sejenak, namun dia tidak berbalik. Dia merasa kebingungan dan tidak tahu apa yang harus dia katakan. Tuan Kaizer memang benar, keputusan ini tidak bisa diubah, dan dia harus menerima konsekuensinya.Setelah beberapa saat, Lucia melanjutkan langkahnya dan pergi dari ruangan itu, membawa beban perasaan yang berat. Dia merasa semakin cemas menghadapi pengadilan agama yang akan datang, dan dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dalam hidupnya.**************“Ini laporan tentang XFox dan
Dariel tersenyum tipis namun matanya menggambarkan bertapa dia merindukan wanita di depannya ini.“Apa yang kau lakukan disini? Dan bagaimana bisa kau datang ke rumah sakit ini.” Ucap Lucia dengan berusaha tetap setenang mungkin menghadapi pria ini yang harusnya dia temui di persidangan yang akan datang nanti.“Aku datang untuk berobat pada dokter yang selama ini merawatku.” Ucap Dariel dengan lembut.“Dariel, aku sudah tak ada waktu untuk bermain-main denganmu.” Lucia berkata dengan tegas, sorot matanya menjadi tajam melihat pria yang ada di hadapannya ini.Dariel merasakan ketegangan dalam ucapan Lucia, tetapi dia tidak menyerah begitu saja. Dia ingin mencoba mendekati Lucia lagi, meskipun dia tahu bahwa hubungan mereka telah berubah."Lucia, aku tahu kita berdua telah menjalani perubahan besar dalam hidup kita," ucap Dariel dengan lembut. "Tapi aku tidak ingin berakhir seperti ini. Aku ingin kita bisa berbicara, meskipun hanya sebentar, untuk menjelaskan perasaan masing-masing."Lu
Pagi ini sangat terasa ketegangan yang Lucia rasakan, dia sedikit terkejut saat di hubungi oleh tuan besar Filbert, Abert Filbert.“Apa yang anda ingin bicarakan pada saya, tuan Abert?” Ucap Lucia yang mencoba tetap dengan dan sopan pada pria tua yang ada di hadapannya saat ini.“Apakah kita menjadi asing sekarang?” Ucap tuan Abert dengan lembut, dia menatap wanita yang menjadi istri cucunya tersebut meskipun ada konflik diantara pernikahannya.“Maaf, tapi bukankah kita tidak sedekat itu terlebih mungkin anda sudah mendengar permasalahan kami.” Ucap Lucia dengan senyum tipisnya.“Lupakan masalah itu, meskipun kau bercerai nanti kau akan menjadi cucuku.” Ucap tuan Abert dengan serius.Lucia menatap ke arah ria tua itu, “Tuan, sebenarnya apa tujuan anda?” Tanya Lucia, dia tak ingin terlibat dalam keluarga ini lagi.“Aku ingin kau membuka matamu, Lucia. Tapi jika kau tetap tertutup aku akan tetap menganggapmu cucuku meskipun kau bukan menantu di keluarga Filbert lagi. Tapi kakek tanya pa
Pagi ini sidang perceraian Dariel dan Lucia diadakan.Lucia datang lebih awal dibandingkan dengan Dariel. Dan proses persidangan tersebut hanya menunggu kedatangan Dariel saja.Namun, pria itu tak kunjung datang ke pengadilan.Lucia duduk di ruang pengadilan dengan perasaan campur aduk. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, mengapa Dariel belum tiba. Apakah dia akan membatalkan persidangan? Apakah ini adalah upaya terakhirnya untuk menghindari perceraian?Pengacaranya, Devid, duduk di sampingnya dengan raut wajah yang juga penuh tanda tanya. Mereka berdua menunggu dengan gelisah, bersiap menghadapi apapun yang akan terjadi selanjutnya.Beberapa menit kemudian, pintu pengadilan akhirnya terbuka, dan Dariel masuk. Wajahnya pucat, dan dia terlihat lelah. Semua orang di ruangan itu memandangnya dengan perasaan campur aduk.Hakim memulai persidangan, dan proses perceraian mereka dimulai. Semua bukti dan argumen disampaikan, tetapi suasana ruang pengadilan terasa tegang. Sepertinya tidak
Suasana rapat yang diadakan secara mendadak oleh Dariel terasa sangat tegang, terlebih aura tuannya yang sangat suram dan gelap.“Tuan, apakah ada hal yang serius?” Tanya Vinn pada tuannya karena dia belum tahu tentang situasinya.“Aku ingin mempersiapkan penyerangan untuk Swartwolf.” Ucap Dariel dengan dingin dan tegas.Para anggota XFox saling bertatapan, mereka merasakan ketegangan dalam ruangan tersebut. Dariel yang biasanya tenang dan santai sekarang terlihat sangat serius. Ini adalah tanda bahwa situasi benar-benar serius.Vinn mengangguk, mengerti bahwa ini adalah perintah yang harus dijalankan. "Baik, tuan. Apa yang ingin Anda rencanakan untuk penyerangan tersebut?"Dariel mulai menjelaskan rencananya kepada anggota XFox. Dia membahas strategi, target, dan langkah-langkah yang harus diambil. Semua anggota XFox mendengarkan dengan penuh perhatian, mereka siap untuk melaksanakan tugas ini meskipun mereka tahu bahwa ini adalah konflik dengan Swartwolf, sebuah organisasi yang sang
Di salah satu kediaman di kawasan kelas menengah atas, terdapat keluarga yang mulai mengemasi barang mereka.“Kita jadi diusir ayah?” Tanya Bela dengan lesu.Malam-malam saat dia pulang dari pekerjaannya menjadi model dia harus dilelahkan oleh kepindahan secara mendadak keluarganya ini.“Pria brengsek itu menekan kita dengan mengirimkan bawahannya untuk memaksa kita mengosongkan tempat ini.” Ucap tuan Stephen dengan geram, namun dia sama sekali tak bisa berbuat apapun.“Benar, anak tak tahu diuntung itu juga diam saja. Jika tahu seperti ini aku usir saja dia sejak dulu.” Ucap nyonya Lauren dengan kesal.Bela menghela nafasnya dengan lelah, orang tuanya selalu menyalahkan Lucia dan ayah barunya itu padahal jika mereka tak mengusik mereka, mereka juga tak sejahat itu.Dia baru sadar jika orang tuanya yang terlalu toxic. Bela memilih untuk keluar rumah dengan membawa satu koper saja.“Hei Bela! Kau mau kemana!” Teriakan kedua orang tuanya itu tidak dia dengar, diang ingin pergi ke rumah
Pagi hari ini, Lucia dengan pakaian formalnya pergi ke perusahaan ayahnya untuk ikut rapat tahunan perusahaan tersebut.“Apa kau sudah siap sayang?” Tanya tuan Kaizer dengan lembut pada putrinya tersebut.Lucia tersenyum dan mengangguk, “Aku sudah siap.”Tuan Kaizer mengangguk mengerti, “Tapi ayah ingin ke makam ibumu lebih dulu, kau duluan saja.” Ucap tuan Kaizer, karena memang rutinitasnya setiap hari dia akan pergi ke makam mendiang mantan istrinya tersebut sebelum atau bahkan sesudah dia bekerja, dia tak peduli mau itu hujan ataupun tengah malam sekalipun. Karena mantan istrinya pasti sangat kesepian berada disana sehingga dia harus menyempatkan waktunya untuk pergi kesana.“Aku akan ikut.” Ucap Lucia.“Tidak. Kau langsung ke kantor saja. Ada banyak yang harus kau pelajari sebelum kau ikut rapat. Jadi lebih baik kau datang lebih dulu dengan supir.” Ucap tuan Kaizer.Lucia mengangguk mengerti pada ayahnya. Dia tahu betapa pentingnya rapat tahunan perusahaan tersebut, dan dia ingin