Jangan lupa Vote dan memberikan ulasan. Terima kasih telah membaca cerita ini<3
Ini adalah makan malam pertama Claire bersama pria itu, pria yang anehnya selalu menatapnya dengan tatapan tajam tapi bibirnya tersenyum dengan tipis.Ada rasa tak nyaman seolah dia di awasi terus menerus dengan pria itu hingga akhirnya dia berdehem sebentar untuk meredakan ketegangan dan menarh sendoknya dengan anggun karena telah selesai makan.“Setelah makan apakah aku bisa berbicara?” Tanya Claire pada Leonidas.Leonidas tersenyum sedikit lebih lebar, “Tentu.” Ucapnya dengan lembut yang membuat Claire merinding.Hingga saat mereka selesai makan malam, Claire mendorong kursi roda Leonidas.“Dimana kamarmu? Akan aku antar kesana dan berbicara disana.” Ucap Claire.Leonidas tampak tersenyum, “Apakah pelayan tidak memberitahumu?” Tanya Leonidas.Claire tampak mengangkat alisnya sebelah, “Tidak, mereka tidak mengatakan apapun.”“Kita sekamar, Claire.” Ucap Leonidas dengan tenang.Claire tertegun sejenak mendengar jawaban Leonidas. Ada perasaan tak nyaman yang menjalar di hatinya, tapi d
“Kita benar-benar akan tidur satu ranjang?” Tanya Claire pada Leonidas saat mereka akan tidur.“Tentu, apa kau lihat ada ranjang lain disini?” Tanya Leonidas.Claire tampak melihat sekitar, lalu melihat ke arah sofa yang ada di kamar tersebut.“Aku akan tidur di sofa.” Ucapnya lalu mengambil sebuah bantal dari sana dan mengambil selimut di lemari untuk dia gunakan.Leonidas mengamati Claire dengan mata yang sedikit menyipit, namun tetap mempertahankan senyum tipis di wajahnya. "Claire, sofa itu tidak seberapa nyaman, terutama jika kau berencana untuk tidur di sana setiap malam," ujarnya dengan nada tenang namun tegas.Claire tidak menjawab, tetap bertekad untuk menjaga jarak. Dia mengatur selimut di sofa dan meletakkan bantal di ujungnya, bersiap untuk tidur. Leonidas menghela napas pelan, mencoba untuk tidak memaksakan kehendaknya. "Jika kau merasa lebih nyaman di sana, aku tak akan memaksamu," katanya, meskipun nada suaranya tak senang. Tapi Claire tak peduli dan tetap memejamkan m
Setelah makan siang, banyak orang yang datang ke mansion. Itu adalah para pekerja yangg sedang menuju kamarnya.“Pembangunannya hari ini ya?” Gumam Claire dengan tenang.Dia tak menyangka jika Leonidas akan mengerjakan permintaannya hari ini, dia kira pria itu akan mempertimbangkan beberapa hal.“Tapi baguslah.” Ucapnya yang lalu langsung pergi ke ruang keluarga untuk bersantai.Hari ini pun dia belum bertemu dengan Leonidas, bahkan untuk memberinya obat dia mengirim pelayan untuk memberikannya karena rasanya tak nyaman berhadap dengan pria itu setelah sadar.“Film apa yang bagus hari ini?” Gumamnya sambil mencari film di N*tflix.Hingga dia menemukan film horor yang cukup terkenal, “Sepertinya seru.” lalu dia memencet tombol play disana.Ruangan itu terasa sedikit dingin, dengan cahaya yang meredup ketika film mulai diputar. Claire membungkus tubuhnya dengan selimut tipis, matanya fokus pada layar, siap untuk terhanyut dalam cerita yang penuh ketegangan. Namun, pikirannya masih mela
“Nona, kita akan kemana?” Tanya seorang pria yang Claire ketahui bernama Dion.Claire tampak berpikir di dalam mobil tersebut, “Hari ini ada beberapa barang yang ingin aku beli, untuk pertama kali kita bisa ke mall. Karena aku ingin membeli beberapa stel baju di sana karena bajuku cukup sedikit.” Ucap Claire dengan tenang.Dion yang fokus menyetir tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang bingung.“Bukankah tuan sudah menyiapkan semuanya, nyonya? Saya lihat beberapa hari lalu ada yang memesan baju perempuan untuk di taruh di kamar utama.” Ucap Dion karena dia yang menerima pesanan itu.Claire menggeleng, “Aku tak berani menggunakannya. Mungkin itu untuk istri Leonidas nanti. Dan aku bukan istri sungguhannya, kita hanya terikat karena tak sengaja dan aku pikir Leonidas juga berpikir hal yang sama.” Ucapnya.Dion mengangguk mengerti, mengerti bahwa ada kesalahpahaman di kedua belah pihak disini.‘Apa aku harus membantu tuan meluruskan?’ Batinnya, karena mana mungkin jika Claire hanyala
“Claire, kau disini? Dan ini…” Tiba-tiba pembicaraan Claire dan James terhenti saat seorang wanita datang di tengah perbicangan mereka.“Alexandra kau juga disini?” Tanya Claire dengan tenang dan tersenyum seramah mungkin, dunia begitu sempit yang membuatnya harus bertemu dengan wanita yang merepotkan ini.“Iya, aku habis shopping bersama temanku. Dan kau bersama siapa?” Tanya Alexandra dengan sangat penasaran saat melihat James.Claire langsung berpikir cepat dan menggandeng tangan Claire, “Dia kekasihku, James ayo kenalkan dirimu.” Ucapnya sambil mengkode James untuk berpura-pura menjadi kekasihnya pada wanita yang mengejar Leonidas tersebut.James, yang cepat menangkap maksud Claire, tersenyum ramah dan menyambut Alexandra. “Senang bertemu denganmu. Aku James, pacar Claire,” katanya, memainkan perannya dengan sempurna.Alexandra tampak sedikit terkejut, tapi segera tersenyum tipis, “Oh, aku tidak tahu Claire sudah punya kekasih. Senang bertemu denganmu, James.”Claire merasa lega m
“Leonidas!!”Pagi hari yang seharusnya tenang menikmati sarapan bersama orang tercinta harus terganggu dengan kedatangan wanita pembawa sial di pagi hari.Leonidas langsung menatap tajam Alexandra, wanita yang tak pernah hengkang dari hidupnya sejak lama.“Siapa yang memberitahumu aku disini?” Tanyanya dengan dingin.Alexandra, dengan wajah penuh percaya diri, melangkah masuk tanpa diundang, seakan rumah itu miliknya. "Apakah itu penting? Aku punya caraku sendiri," jawabnya sambil melirik ke arah Claire yang duduk di meja makan, tampak bingung.Claire merasa suasana menjadi tidak nyaman, namun mencoba tetap tenang. Dia tahu Alexandra tidak menyukainya, tetapi tidak pernah mengerti mengapa wanita itu begitu berusaha mendekati Leonidas.Leonidas tetap tenang, meski dalam dirinya ada amarah yang hampir meledak. "Aku tidak mengundangmu, Alexandra. Keluarlah sebelum aku memintamu secara paksa," ucapnya dengan nada rendah namun berbahaya.Alexandra tersenyum miring, jelas tidak terintimidas
Siang itu, Claire memutuskan untuk membantu Leonidas dengan terapi kakinya. Mereka berada di ruangan yang telah diatur khusus untuk terapi, lengkap dengan alat-alat yang dibutuhkan. Cahaya matahari yang masuk dari jendela besar memberikan suasana hangat dan menenangkan, namun ada ketegangan yang terasa di antara mereka.“Ini mungkin akan memiliki efek. Tapi aku baru pertama kali melakukannya. Semoga aku tak salah titik.” Ucapnya pada Leonidas.Leonidas yang melihat ada keraguan di mata Claire langsung tersenyum, “Aku percaya sepenuhnya.”Claire menatap Leonidas sejenak lalu mengangguk yakin, “Hm.”Dia mulai bermembuka jarum akupunturnya. Sebelum dia memulai melakukan terapi dia akan membuka aliran darah di kaki Leonidas.Ini adalah pertama kalinya dia mempraktekkan ilmu akupuntur, sebenarnya dia sudah diajarkan ibunya sejak lama tapi dia tak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak.Dengan hati-hati, dia menyentuh kaki Leonidas, mencari titik-titik yang tepat untuk memasukkan jarum. D
“Undangan makan malam?” Dariel mengulang kata sekretarisnya tersebut.“Benar tuan, secara pribadi tuan Leonidas ingin mengundang seluruh keluarga besar untuk makan malam guna sebagai pendekatan antar keluarga,” Ucap Vinn dengan serius.Dariel tampak mendingin, mencoba mencari tahu apa yang direncanakan oleh Leonidas yang sekarang menjadi menantu keluarga Filbert.“Atur saja, tapi pastikan semua berjalan sesuai dibawah kendali kita,” Titah Dariel dengan dingin.“Baik, tuan.”Vinn pergi dari ruangan tersebut, digantikan dengan Lucia yang masuk membawakan secangkir kopi untuk suaminya.“Ada apa, sayang? Kau terlihat tegang.”Dariel tampak menghela nafasnya sejenak. “Bilang pada ayah mertua dan Ethan, kita akan pergi makan malam dengan keluarga Hawthorne malam ini.” Ucap Dariel.Lucia sedikit terkejut tapi juga bahagia, karena itu berarti dia bisa melihat putrinya.“Apa kita perlu membawa sesuatu? Ah harusnya membawa, ini adalah makan malam pertama keluarga dengan mereka. Aku akan menyuru