“Nona, kita akan kemana?” Tanya seorang pria yang Claire ketahui bernama Dion.Claire tampak berpikir di dalam mobil tersebut, “Hari ini ada beberapa barang yang ingin aku beli, untuk pertama kali kita bisa ke mall. Karena aku ingin membeli beberapa stel baju di sana karena bajuku cukup sedikit.” Ucap Claire dengan tenang.Dion yang fokus menyetir tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang bingung.“Bukankah tuan sudah menyiapkan semuanya, nyonya? Saya lihat beberapa hari lalu ada yang memesan baju perempuan untuk di taruh di kamar utama.” Ucap Dion karena dia yang menerima pesanan itu.Claire menggeleng, “Aku tak berani menggunakannya. Mungkin itu untuk istri Leonidas nanti. Dan aku bukan istri sungguhannya, kita hanya terikat karena tak sengaja dan aku pikir Leonidas juga berpikir hal yang sama.” Ucapnya.Dion mengangguk mengerti, mengerti bahwa ada kesalahpahaman di kedua belah pihak disini.‘Apa aku harus membantu tuan meluruskan?’ Batinnya, karena mana mungkin jika Claire hanyala
“Claire, kau disini? Dan ini…” Tiba-tiba pembicaraan Claire dan James terhenti saat seorang wanita datang di tengah perbicangan mereka.“Alexandra kau juga disini?” Tanya Claire dengan tenang dan tersenyum seramah mungkin, dunia begitu sempit yang membuatnya harus bertemu dengan wanita yang merepotkan ini.“Iya, aku habis shopping bersama temanku. Dan kau bersama siapa?” Tanya Alexandra dengan sangat penasaran saat melihat James.Claire langsung berpikir cepat dan menggandeng tangan Claire, “Dia kekasihku, James ayo kenalkan dirimu.” Ucapnya sambil mengkode James untuk berpura-pura menjadi kekasihnya pada wanita yang mengejar Leonidas tersebut.James, yang cepat menangkap maksud Claire, tersenyum ramah dan menyambut Alexandra. “Senang bertemu denganmu. Aku James, pacar Claire,” katanya, memainkan perannya dengan sempurna.Alexandra tampak sedikit terkejut, tapi segera tersenyum tipis, “Oh, aku tidak tahu Claire sudah punya kekasih. Senang bertemu denganmu, James.”Claire merasa lega m
“Leonidas!!”Pagi hari yang seharusnya tenang menikmati sarapan bersama orang tercinta harus terganggu dengan kedatangan wanita pembawa sial di pagi hari.Leonidas langsung menatap tajam Alexandra, wanita yang tak pernah hengkang dari hidupnya sejak lama.“Siapa yang memberitahumu aku disini?” Tanyanya dengan dingin.Alexandra, dengan wajah penuh percaya diri, melangkah masuk tanpa diundang, seakan rumah itu miliknya. "Apakah itu penting? Aku punya caraku sendiri," jawabnya sambil melirik ke arah Claire yang duduk di meja makan, tampak bingung.Claire merasa suasana menjadi tidak nyaman, namun mencoba tetap tenang. Dia tahu Alexandra tidak menyukainya, tetapi tidak pernah mengerti mengapa wanita itu begitu berusaha mendekati Leonidas.Leonidas tetap tenang, meski dalam dirinya ada amarah yang hampir meledak. "Aku tidak mengundangmu, Alexandra. Keluarlah sebelum aku memintamu secara paksa," ucapnya dengan nada rendah namun berbahaya.Alexandra tersenyum miring, jelas tidak terintimidas
Siang itu, Claire memutuskan untuk membantu Leonidas dengan terapi kakinya. Mereka berada di ruangan yang telah diatur khusus untuk terapi, lengkap dengan alat-alat yang dibutuhkan. Cahaya matahari yang masuk dari jendela besar memberikan suasana hangat dan menenangkan, namun ada ketegangan yang terasa di antara mereka.“Ini mungkin akan memiliki efek. Tapi aku baru pertama kali melakukannya. Semoga aku tak salah titik.” Ucapnya pada Leonidas.Leonidas yang melihat ada keraguan di mata Claire langsung tersenyum, “Aku percaya sepenuhnya.”Claire menatap Leonidas sejenak lalu mengangguk yakin, “Hm.”Dia mulai bermembuka jarum akupunturnya. Sebelum dia memulai melakukan terapi dia akan membuka aliran darah di kaki Leonidas.Ini adalah pertama kalinya dia mempraktekkan ilmu akupuntur, sebenarnya dia sudah diajarkan ibunya sejak lama tapi dia tak tahu apakah ini akan berhasil atau tidak.Dengan hati-hati, dia menyentuh kaki Leonidas, mencari titik-titik yang tepat untuk memasukkan jarum. D
“Undangan makan malam?” Dariel mengulang kata sekretarisnya tersebut.“Benar tuan, secara pribadi tuan Leonidas ingin mengundang seluruh keluarga besar untuk makan malam guna sebagai pendekatan antar keluarga,” Ucap Vinn dengan serius.Dariel tampak mendingin, mencoba mencari tahu apa yang direncanakan oleh Leonidas yang sekarang menjadi menantu keluarga Filbert.“Atur saja, tapi pastikan semua berjalan sesuai dibawah kendali kita,” Titah Dariel dengan dingin.“Baik, tuan.”Vinn pergi dari ruangan tersebut, digantikan dengan Lucia yang masuk membawakan secangkir kopi untuk suaminya.“Ada apa, sayang? Kau terlihat tegang.”Dariel tampak menghela nafasnya sejenak. “Bilang pada ayah mertua dan Ethan, kita akan pergi makan malam dengan keluarga Hawthorne malam ini.” Ucap Dariel.Lucia sedikit terkejut tapi juga bahagia, karena itu berarti dia bisa melihat putrinya.“Apa kita perlu membawa sesuatu? Ah harusnya membawa, ini adalah makan malam pertama keluarga dengan mereka. Aku akan menyuru
Dua mobil mewah mulai memasuki mansion Hawthorne yang megah. Dariel dan Ethan di mobil berbeda memiliki pemikiran yang sama terhadap hutan ini.“Leonidas bukan orang sembarangan.” Batin mereka secara bersamaan.Tapi mereka masih tetap tenang dan terus maju ke depan menuju ke tengah hutan dimana bangunan mansion pria itu berada.Saat mobil mereka akan memasuki halaman, gerbang tersebut terbuka dengan sendirinya dan mereka mulai masuk lebih dalam disana.Saat Lucia, Dariel, Ethan, dan Tuan Kaizer keluar dari mobil mereka, pandangan mereka langsung tertuju pada keanggunan mansion Hawthorne yang tersembunyi di tengah hutan. Bangunan tersebut menjulang megah, dengan arsitektur yang memancarkan kekuatan dan kemewahan.Pelayan-pelayan mansion, berpakaian rapi dan penuh sopan santun, segera menyambut mereka dengan senyum ramah dan hormat. "Selamat datang di mansion Hawthorne. Kami telah menyiapkan segala sesuatu untuk kenyamanan Anda. Mohon ikuti kami, Tuan dan Nyonya," ucap salah satu pelaya
“Mari nikmati hidangan sederhana ini.” Ucap Leonidas dengan tenang.Semua orang mengangguk dan menikmati hidangan dengan hidangan pembuka, gerakan mereka semua anggun memperlihatkan jika mereka adalah orang terpelajar yang memperhatikan table manner dengan baik.Bahkan tidak ada suara selain garpu dan pisau, mereka semua diam menikmati hidangan demi hidangan yang disiapkan.Hingga pada hidangan penutup, Leonidas yang mencium aroma lain dari makanan yang di terima oleh Claire yang berada di sampingnya langsung menyadari sesuatu.Leonidas langsung menatap tajam pelayan itu dan mengingat wajahnya dengan baik.“Kenapa?” Claire yang melihat tatapan Leonidas pada pelayan itu sangat tajam membuatnya penasaran.“Aku sangat menyukai puding coklat, bisakah aku memiliki puding milikmu?” Tanya Leonidas dengan lembut, berusaha menutupi apa yang dia temukan.Semua orang menatap mereka berdua, menganggap apakah keduanya benar-benar terhubung secara emosional sehingga Leonidas bersikap demikian.“Say
“Bagaimana, Claire? Apakah Leonidas tidak apa-apa?’ Tanya Lucia dengan khawatir. Bukan khawatir dengan Leonidas tapi dia lebih khawatir keadaan Claire jika pria itu mengalami masalah serius.Claire mengangguk, “Dia sudah baik-baik saja. Tapi ada bahan kimia untuk menjadi bahan terangsang. Targetnya adalah aku sebelumya, dan ayah aku minta ayah selidiki hal ini. Sepertinya ada yang ingin menjebakku.” Ucap Claire dengan serius pada Dariel.Mereka terkejut, terlebih tuan Kaizer yang sangat marah ada yang melakukan hal kotor ini untuk cucuya.“Sialan, aku tak akan memaafkan mereka yang terlibat dalam rencana ini meskipun aku harus membunuhnya!” Tuan Kaizer dengan emosi.Ethan juga langsung mengangguk setuju, “Kau benar, kek. Untungnya Leonidas yang memakannya. Aku yakin ada rencana besar dibalik ini.” Ucap Ethan dengan dingin.Claire melihat keluarganya bereaksi dengan kemarahan dan kekhawatiran, dan dia merasakan ketegangan semakin meningkat. Dariel tampak paling tenang meskipun matanya