Bruk!“Urus orang ini, jika kau malas biar aku yang mengurus sesuai dengan kebijakanku.”Ucap tuan Kaizer yang melempar dokumen yang telah dia kumpulkan.Itu adalah orang-orang yang terlibat dalam rencana tadi malam.Dariel melihat itu terkejut, ayah mertuanya bisa mendapatkan informasi yang sangat akurat bahkan sampai nama anjingnya sekalipun.“Ini gila.” Gumam Dariel.“Bagaimana? Kau ingin mengurusnya sendiri atau aku yang turun tangan?” Tanya tuan Kaizer, “Aku harap sih kau menyerahkannya padaku.” Ucapnya dengan tenang.Dariel masih membaca informasi itu dan dia terkejut dalangnya adalah tuan Edmond. Kertas yang dia pegang langsung kusut saat dia menggenggamnya dengan kuat.“Dia ingin menjual putriku yang berharga!” Ucapnya dengan marah.Dariel merasakan kemarahan membara di dalam dirinya saat membaca dokumen tersebut. Nama-nama yang terlibat, termasuk Edmond, membuat darahnya mendidih. Bagaimana bisa seseorang yang seharusnya menjadi sekutu, malah merencanakan sesuatu yang begitu k
“Ini data dari tuan Derrick, pengusaha berlian yang menginvestasikan dana yang besar untuk proyek yang dijalankan tuan Edmond. Pria itu sekarang sudah memiliki keluarga, memiliki dua anak perempuan dan istri yang mengikuti kelas sosial tinggi dengan koneksi para pejabat negara. Misi ini cukup sulit jika kita langsung menyentuh ke intinya tuan.” Spyone melaporkan apa yang dia hasilkan dalam penyelidikan terhadap tuan Derrick.Tuan Kaizer menatap dengan serius dokumen dan gambar tersebut, “Dia memiliki dua anak perempuan tapi ingin menodai putri dari keluarga lain. Tindakan tercela dan tak terpuji. Anaknya juga kuliah di universitas yang cukup bergengsi. Apa kau menemukan sisi lain dari kedua putrinya?” Tanya tuan Kaizer dengan tajam.Spyone mengangguk, “Putri pertamanya, menempuh pendidikan di Oxford namun selama enam tahun dia belum lulus dan tahun ini dia akan di DO jika belum menyelesaikan tugas akhirnya. Penyebab keterlambatan lulus ini dikarenakan putrinya senang berpesta narkoba
Acara pembukaan kantor James di Jerman tergelar cukup sederhana bagi kantor sebesar Swan’s Group. Dengan membantu Leonidas, Claire menuju ke ballroom kantor tersebut dimana semua orang suah datang.“Sepertinya kita telat.” Ucap Claire pada Leonidas.“Biarkan saja, ini juga hanya acara pembukaan.” Ucap Leonidas dengan cuek.Claire mengangguk, meskipun sedikit merasa tidak enak karena datang terlambat. Namun, melihat Leonidas yang tampak tenang dan tidak terlalu peduli, dia mencoba untuk rileks dan menikmati suasana. Ballroom kantor Swan’s Group di Jerman tersebut tampak elegan dengan dekorasi sederhana namun berkelas, mencerminkan citra profesional perusahaan.Ketika mereka masuk, beberapa orang menoleh ke arah mereka, dan Claire merasakan sejenak tatapan penasaran dari beberapa tamu. Namun, Leonidas dengan tenang mengabaikan tatapan tersebut, Claire yang mendorong kursi roda Leonidas di belakang merasa kurang nyaman dengan hal ini.James, yang sedang berbincang dengan beberapa kolega
“Huh, akhirnya sudah selesai.” Gumam Claire saat mereka masuk ke dalam mobil dan mulai berjalan menjauh dari kantor James.“Ya, rasanya tidak asik.” Sahut Leonidas dengan tenang.Claire melirik ke arah pria itu, “Kenapa aku merasa kau membencinya? Dia tidak seperti yang kau pikirkan, Leo. Jadi jika kita bertemu lagi tolong bersikap ramah sedikit.” “Apa aku harus bersikap ramah pada kekasihmu?” Tanya Leonidas dengan tenang menyembunyikan emosi yang terpendam.“Ya itu….” Claire menggigit bibirnya, jika dia mengelak dia nanti bingung siapa yang akan menjadi kekasih pura-puranya saat ingin bercerai pada Leonidas.Saat itu dia juga sudah mengatakan jika dia punya kekasih. Tapi tadi dia mengenalkannya sebagai sahabat kecilnya, apakah tak masalah?“Toh Leonidas tak tahu.” Gumamnya dalam hati.“Ya bagaimana pun dia juga sahabatku kan, meskipun aku menikah denganmu kitakan hanya menikah sebatas rekan kerja yang saling menguntungkan. Aku untung karena tak akan merasa bersalah dan kau diuntungk
Tubuh Claire dan Leonidas terbawa oleh arus sungai yang deras, Claire tak tahu sejauh mana mereka sudah berenang dan berapa menit mereka seperti ini.Tubuh Claire mulai semakin lemas, rasa sakit dan kehilangan banyak darah membuatnya pusing.Tapi jika dia tak membawa Leonidas ke tepian, mereka bisa mati.Claire berjuang melawan rasa pusing yang semakin kuat dan pandangannya yang mulai kabur, tetapi dia tahu dia tidak bisa menyerah. Dengan sisa kekuatannya, dia merangkul Leonidas lebih erat, berusaha menavigasi arus yang deras ke tepian sungai. Setiap gerakan terasa menyakitkan, dan setiap detik yang berlalu, darah terus mengalir dari lukanya, membuat tubuhnya semakin lemah.Saat mereka akhirnya mendekati tepian, Claire merasakan tanah di bawah kakinya. Dengan susah payah, dia berhasil membawa Leonidas ke tempat yang lebih aman di tepi sungai, di bawah naungan pepohonan hutan yang lebat. Napasnya terengah-engah, tubuhnya gemetar, tetapi mereka berdua selamat—setidaknya untuk sementara.
BRAK!!!Suara dobrakan pintu terdengar keras, Dion yang mendobrak pintu itu langsung masuk ke dalam untuk memeriksa.Tapi saat melihat Leonidas yang tengah berdiri dengan menggendong nyonya muda, dia tidak bisa tidak terkejut melihat itu.“T-tuan anda sudah bisa berdiri?!” Leonidas mengangkat kepalanya, menatap Dion dengan ekspresi datar meski tubuhnya terasa sangat lelah. "Aku tidak punya pilihan," jawabnya, suaranya rendah namun penuh tekad. "Claire membutuhkan bantuan. Aku tidak bisa membiarkan dia mati di sini."Dion masih terkejut, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Leonidas, yang selama ini lumpuh, sekarang berdiri dan bahkan menggendong Claire yang terluka parah. Ini adalah pemandangan yang tidak pernah dia bayangkan."Tuan, kita harus segera pergi dari sini," kata Dion, cepat-cepat memanggil pengawal lain untuk membantu. "Kami akan membawa kalian ke tempat yang lebih aman. Ada tim medis yang sudah kami panggil."Leonidas mengangguk, namun saat Dion ingin mengambil tubuh C
Dunia rasanya seperti berputar, Claire yang baru siuman merasakan sakit kepala hebat.“Apa sudah mati?” Gumamnya karena hanya melihat ruangan serba putih diatas.Tapi saat mencium bau obat-obatan rumah sakit, Claire menjadi sadar kembali jika dia saat ini tengah menjadi pasien.“Kau sudah sadar?” Suara Leonidas yang lembut membuat Claire tanpa sadar menengok ke arah sumber suara.“Berapa hari aku tak sadar?” Tanya Claire, karena rasanya tubuhnya sangat kaku sekarang.Leonidas tersenyum tipis melihat Claire yang perlahan mulai sadar. "Kau tidak lama tak sadar, hanya sekitar satu hari," jawabnya dengan lembut, masih duduk di kursi roda di samping tempat tidur Claire. Wajahnya tampak tenang, meskipun di dalam hatinya, kekhawatiran masih mengintai."Kau terluka cukup parah, jadi dokter memberimu obat penenang untuk membantumu beristirahat," lanjutnya, tetap menjaga nada suaranya agar tetap tenang. "Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa ada yang terasa sakit?" Claire yang mendengar perhatian
“Video sudah di dapat, resolusinya cukup jelas sehingga jika disebarkan akan berdampak sangat besar, apa lagi yang harus kita lakukan?” Tanya Spy two pada tuan Kaizer yang tengah duduk disana.“Menantuku sudah memberikan izin, hancurkan juga anak pertamanya. Bukankah dia pengedar barang terlarang? Kumpulkan bukti dan biarkan pihak yang berwajib yang mengurus sisanya. Aku ingin Derrick hancur dan perusahaannya rugi besar besok pagi, karena skandal anaknya itu.” Ucap tuan Kaizer dengan dingin.Spy Two mengangguk dengan patuh, wajahnya tanpa ekspresi saat dia menerima perintah dari Tuan Kaizer. "Baik, Tuan. Kami akan segera mengatur segalanya," jawabnya dengan tegas.Tuan Kaizer menatap kosong ke arah jendela, memikirkan rencana yang sudah dirancang dengan matang. "Pastikan tidak ada yang tersisa, setiap jejak harus bersih. Ini bukan hanya tentang menghancurkan Derrick, tapi juga memberi peringatan kepada yang lain. Tidak ada yang boleh bermain-main dengan keluargaku."Spy Two dengan cep