BRAK!!!Suara dobrakan pintu terdengar keras, Dion yang mendobrak pintu itu langsung masuk ke dalam untuk memeriksa.Tapi saat melihat Leonidas yang tengah berdiri dengan menggendong nyonya muda, dia tidak bisa tidak terkejut melihat itu.“T-tuan anda sudah bisa berdiri?!” Leonidas mengangkat kepalanya, menatap Dion dengan ekspresi datar meski tubuhnya terasa sangat lelah. "Aku tidak punya pilihan," jawabnya, suaranya rendah namun penuh tekad. "Claire membutuhkan bantuan. Aku tidak bisa membiarkan dia mati di sini."Dion masih terkejut, tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Leonidas, yang selama ini lumpuh, sekarang berdiri dan bahkan menggendong Claire yang terluka parah. Ini adalah pemandangan yang tidak pernah dia bayangkan."Tuan, kita harus segera pergi dari sini," kata Dion, cepat-cepat memanggil pengawal lain untuk membantu. "Kami akan membawa kalian ke tempat yang lebih aman. Ada tim medis yang sudah kami panggil."Leonidas mengangguk, namun saat Dion ingin mengambil tubuh C
Dunia rasanya seperti berputar, Claire yang baru siuman merasakan sakit kepala hebat.“Apa sudah mati?” Gumamnya karena hanya melihat ruangan serba putih diatas.Tapi saat mencium bau obat-obatan rumah sakit, Claire menjadi sadar kembali jika dia saat ini tengah menjadi pasien.“Kau sudah sadar?” Suara Leonidas yang lembut membuat Claire tanpa sadar menengok ke arah sumber suara.“Berapa hari aku tak sadar?” Tanya Claire, karena rasanya tubuhnya sangat kaku sekarang.Leonidas tersenyum tipis melihat Claire yang perlahan mulai sadar. "Kau tidak lama tak sadar, hanya sekitar satu hari," jawabnya dengan lembut, masih duduk di kursi roda di samping tempat tidur Claire. Wajahnya tampak tenang, meskipun di dalam hatinya, kekhawatiran masih mengintai."Kau terluka cukup parah, jadi dokter memberimu obat penenang untuk membantumu beristirahat," lanjutnya, tetap menjaga nada suaranya agar tetap tenang. "Bagaimana perasaanmu sekarang? Apa ada yang terasa sakit?" Claire yang mendengar perhatian
“Video sudah di dapat, resolusinya cukup jelas sehingga jika disebarkan akan berdampak sangat besar, apa lagi yang harus kita lakukan?” Tanya Spy two pada tuan Kaizer yang tengah duduk disana.“Menantuku sudah memberikan izin, hancurkan juga anak pertamanya. Bukankah dia pengedar barang terlarang? Kumpulkan bukti dan biarkan pihak yang berwajib yang mengurus sisanya. Aku ingin Derrick hancur dan perusahaannya rugi besar besok pagi, karena skandal anaknya itu.” Ucap tuan Kaizer dengan dingin.Spy Two mengangguk dengan patuh, wajahnya tanpa ekspresi saat dia menerima perintah dari Tuan Kaizer. "Baik, Tuan. Kami akan segera mengatur segalanya," jawabnya dengan tegas.Tuan Kaizer menatap kosong ke arah jendela, memikirkan rencana yang sudah dirancang dengan matang. "Pastikan tidak ada yang tersisa, setiap jejak harus bersih. Ini bukan hanya tentang menghancurkan Derrick, tapi juga memberi peringatan kepada yang lain. Tidak ada yang boleh bermain-main dengan keluargaku."Spy Two dengan cep
“Kau hampir berhasil!!” Claire tampak sangat bahagia saat melakukan terapi kaki Leonidas siang ini, karena pria itu sudah mulai bisa berdiri meskipun hanya lima detik pertama.“Perkembanganmu cukup bagus, apakah kakimu merasakan sesuatu?” Tanya Claire dengan begitu semangat.Leonidas merespons dengan anggukan singkat, meskipun ekspresinya tetap tenang seperti biasa. Menyembunyikan kesembuhan kakinya pada Claire.“Ada sedikit rasa pegal, tapi tidak seburuk yang kubayangkan,” jawab Leonidas, suaranya datar namun tegas. Dia mengamati antusiasme Claire dan tidak bisa menahan diri untuk merasa terhibur oleh semangatnya."Kau benar-benar serius mengawasi proses pemulihanku," lanjutnya, sedikit canda dalam suaranya, meskipun tatapannya tetap fokus.Claire tersenyum lebar, tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya. "Tentu saja. Aku ingin memastikan kau kembali pulih sepenuhnya. Lagipula, semakin cepat kau sembuh, semakin cepat kita bisa melanjutkan hidup normal kita."Leonidas menatap Claire
“Jadi kapan kalian bercerai?”Pertanyaan yang keluar dari mulut Alexandra tersebut membuat Leonidas menatap tajam ke arah wanita itu.“Apakah penddikanmu yang tinggi itu tidak pernah diajarkan sopan santun?” Tanyanya dengan tegas.Alexandra menaikkan alisnya, “Bukankah kalian hanya menikah kontrak? Apakah aku salah bertanya begitu. Benarkan, Claire?” Alexandra mencoba mencari dukungan.Claire yang sejak tadi diam melirik ke arah dua orang itu dengan senyum tipis lalu meletakkan teh hijaunya dengan anggun di meja.“Benar, aku bisa memaklumi ketidaksabaranmu untuk bersama Leonidas sekarang. Tapi tenanglah Leonidas sudah hampir bisa berjalan, setelah itu aku tak akan mengganggu hubungan kalian.” Ucap Claire dengan lembut mengabaikan tatapan Leonidas yang tajam ke arahnya.Leonidas mengatupkan rahangnya dengan tegas, tidak menyukai arah percakapan ini sama sekali. "Claire, itu tidak perlu diucapkan seperti itu," ujarnya dengan nada dingin, namun ada sedikit nada kekhawatiran yang tersembu
Menu makan malam ini adalah steak khas keluarga Filbert, dimana memiliki rasa yang sedikit berbeda dari steak biasanya.“Makanan apa ini? Bisa di makan?” Komentar Alexandra karena belum pernah melihat ada steak diolesi dengan keju seperti ini.Leonidas langsung menatap tajam Alexandra karena mengontari masakan istrinya. “Jika kau tak suka pergilah. Aku dan istriku ingin makan malam dengan tenang.” Ucapnya dengan dingin.Alexandra terkejut dengan reaksi Leonidas yang begitu tajam, tetapi dia mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa tersinggungnya. "Maaf, aku hanya belum pernah melihat steak seperti ini sebelumnya," jawabnya dengan nada yang lebih lembut, berusaha menghindari konflik lebih lanjut.Claire, yang baru saja selesai menyiapkan steak, menatap Alexandra dengan senyum tenang. "Ini adalah resep keluarga Filbert, dan rasanya memang sedikit berbeda. Tapi jika tidak suka, tak perlu dipaksakan. Aku yakin ada makanan lain yang mungkin lebih sesuai dengan seleramu."Leonidas
“Kau kenapa sejak semalam senyum-senyum sendiri?” Tanya Claire dengan bingung, sejak malam malam semalam sikap Leonidas entah mengapa sedikit berbeda dan pria itu lebih banyak tersenyum dari biasanya.“Tidak ada.” Ucap Leonidas yang berusaha tenang.Claire yang tak ingin peduli hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya.“Oh iya, apakah aku bisa keluar dengan kakak ku hari ini? Dia ingin memberikan hadiah untuk calon tunangannya yang akan berulang tahun.” Tanya Claire dengan antusias.“Dia sudah punya tunangan?” Tanya Leonidas dengan mengerutkan dahinya seolah itu adalah berita yang langka.Claire mengangguk, “Aku juga bingung, karena kakak sangat tertutup masalah asmaranya tapi kemarin dia menghubungiku untuk menemaninya membeli kado untuk calon tunangannya.” “Oh, jika begitu pergilah. Aku tak akan melarangmu.” Ucap Leonidas dengan lembut seolah dia adalah pria luhur yang tidak mengekang wanitanya.“Oke, aku akan membelikan sesuatu sesuatu untukmu nanti.” Claire tampak bersemangat.
“Claire, kak Ethan?” Tiba-tiba suara James yang kebetulan juga ada di pusat perbelanjaan tersebut terdengar.Claire dan Ethan yang sedang makan siang langsung menoleh. “Kau disini juga, James?” Ucap Ethan dengan tenang.“Iya, aku sedang membeli beberapa peralatan dapur. Aku baru pindah ke apartemen jadi barangnya belum lengkap.” Ucap James sambil menunjukkan belanjaannya pada mereka.“Kau masih sama saja tidak suka tinggal di mansion ya?” Tanya Claire dengan tenang.James menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.“Aku merasa terlalu besar dan sepi, mungkin saat menikah aku akan tinggal di mansion.” Ucap James dengan tenang sambil melihat ke arah Claire penuh arti.Ethan yang mengamati itu diam-diam tersenyum, “Baguslah, jika berkumpul seperti ini jadi ingat masa sekolah. Kau yang selalu menggendong Claire jika dia terjatuh karena kecerobohannya.” “Kakak! Ish, jangan membuatku malu. Itu kan saat aku masih SD.”James tertawa ringan mendengar keluhan Claire, kenangan masa kecil mer