Menu makan malam ini adalah steak khas keluarga Filbert, dimana memiliki rasa yang sedikit berbeda dari steak biasanya.“Makanan apa ini? Bisa di makan?” Komentar Alexandra karena belum pernah melihat ada steak diolesi dengan keju seperti ini.Leonidas langsung menatap tajam Alexandra karena mengontari masakan istrinya. “Jika kau tak suka pergilah. Aku dan istriku ingin makan malam dengan tenang.” Ucapnya dengan dingin.Alexandra terkejut dengan reaksi Leonidas yang begitu tajam, tetapi dia mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa tersinggungnya. "Maaf, aku hanya belum pernah melihat steak seperti ini sebelumnya," jawabnya dengan nada yang lebih lembut, berusaha menghindari konflik lebih lanjut.Claire, yang baru saja selesai menyiapkan steak, menatap Alexandra dengan senyum tenang. "Ini adalah resep keluarga Filbert, dan rasanya memang sedikit berbeda. Tapi jika tidak suka, tak perlu dipaksakan. Aku yakin ada makanan lain yang mungkin lebih sesuai dengan seleramu."Leonidas
“Kau kenapa sejak semalam senyum-senyum sendiri?” Tanya Claire dengan bingung, sejak malam malam semalam sikap Leonidas entah mengapa sedikit berbeda dan pria itu lebih banyak tersenyum dari biasanya.“Tidak ada.” Ucap Leonidas yang berusaha tenang.Claire yang tak ingin peduli hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya.“Oh iya, apakah aku bisa keluar dengan kakak ku hari ini? Dia ingin memberikan hadiah untuk calon tunangannya yang akan berulang tahun.” Tanya Claire dengan antusias.“Dia sudah punya tunangan?” Tanya Leonidas dengan mengerutkan dahinya seolah itu adalah berita yang langka.Claire mengangguk, “Aku juga bingung, karena kakak sangat tertutup masalah asmaranya tapi kemarin dia menghubungiku untuk menemaninya membeli kado untuk calon tunangannya.” “Oh, jika begitu pergilah. Aku tak akan melarangmu.” Ucap Leonidas dengan lembut seolah dia adalah pria luhur yang tidak mengekang wanitanya.“Oke, aku akan membelikan sesuatu sesuatu untukmu nanti.” Claire tampak bersemangat.
“Claire, kak Ethan?” Tiba-tiba suara James yang kebetulan juga ada di pusat perbelanjaan tersebut terdengar.Claire dan Ethan yang sedang makan siang langsung menoleh. “Kau disini juga, James?” Ucap Ethan dengan tenang.“Iya, aku sedang membeli beberapa peralatan dapur. Aku baru pindah ke apartemen jadi barangnya belum lengkap.” Ucap James sambil menunjukkan belanjaannya pada mereka.“Kau masih sama saja tidak suka tinggal di mansion ya?” Tanya Claire dengan tenang.James menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.“Aku merasa terlalu besar dan sepi, mungkin saat menikah aku akan tinggal di mansion.” Ucap James dengan tenang sambil melihat ke arah Claire penuh arti.Ethan yang mengamati itu diam-diam tersenyum, “Baguslah, jika berkumpul seperti ini jadi ingat masa sekolah. Kau yang selalu menggendong Claire jika dia terjatuh karena kecerobohannya.” “Kakak! Ish, jangan membuatku malu. Itu kan saat aku masih SD.”James tertawa ringan mendengar keluhan Claire, kenangan masa kecil mer
“Kau sudah pulang, Claire?” Leonidas menyambut Claire dengan senyum yang terpasang indah.Dengan kursi roda yang di dorong oleh Kendrick, dia mulai mendekati wanita itu yang membawa barang belanjaan yang tidak terlalu banyak.Claire langsung menghampiri Leonidas dengan mood yang baik, “Iya, apakah kau sudah makan malam?” Tanya Claire dengan penuh perhatian.“Aku menunggu istriku, tapi sepertinya istriku telah makan bersama orang lain.” Ucap Leonidas yang masih mempertahankan senyumannya.Claire tersenyum tipis, merasa sedikit bersalah tapi tetap menjaga nada suaranya ceria. "Aku memang makan siang dengan James dan kak Ethan. Kami bertemu secara kebetulan di pusat perbelanjaan, dan setelah itu, aku dan James menghabiskan waktu bersama. Tapi, aku tidak makan malam, jadi kita bisa makan bersama sekarang."Leonidas mengangguk perlahan, tatapannya tetap fokus pada Claire. "Baguslah. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu malam ini."Claire meletakkan belanjaannya di meja, lalu berjalan mend
“Tinggal menambah ini dan….” Gumam Claire dengan semangat saat dia mulai meracik obat untuk kesebuhan kaki Leonidas.“Boom! Sempurna.” Katanya pelan dengan penuh antusias.Claire menatap campuran obat di depannya dengan rasa puas. Setelah beberapa hari bereksperimen, akhirnya dia berhasil menciptakan formula yang sempurna untuk mempercepat pemulihan kaki Leonidas. Dia tersenyum lebar, merasa bangga dengan usahanya."Ini akan membuatnya segera bisa berjalan," pikir Claire sambil memasukkan obat itu ke dalam wadah kecil. Sambil merapikan peralatannya, Claire membayangkan reaksi Leonidas saat dia melihat hasil dari usaha kerasnya ini. "Semoga ini bisa membuatmu bahagia," gumamnya, berharap obat itu juga bisa sedikit meredakan kekhawatirannya tentang masa depan mereka.Setelah semuanya siap, Claire membersihkan area kerjanya dan bersiap untuk memberikan kabar baik ini kepada Leonidas.Saat sudah selesai dia mulai membersihkan diri karena bau obat kimia cukup melekat padanya, sehingga mem
“Awsss.” Ringis Leonidas saat Claire membersihkan pecahan kaca dari lengannya.Pecahan itu menusuk kulit Leonidas yang membuat darah terus mengalir.“Akan sedikit sakit, tapi jika tidak segera dibersihkan maka akan infeksi. Untungnya lukanya tidak lebar jadi tidak perlu dijahit.” Ucap Claire dengan serius.Leonidas menahan rasa sakitnya sambil terus memperhatikan Claire yang dengan hati-hati membersihkan luka-lukanya. Meski setiap kali Claire mengeluarkan pecahan kaca terasa seperti tusukan, perhatian dan ketelitiannya memberikan sedikit kenyamanan di tengah rasa sakit itu. Leonidas bahkan menemukan dirinya tersenyum tipis saat melihat ekspresi serius Claire yang sedang fokus pada tugasnya.“Terima kasih, Claire,” ucap Leonidas lembut, suaranya sedikit serak. “Kau selalu tahu cara merawatku, bahkan di saat-saat seperti ini.”Claire berhenti sejenak, lalu menatap Leonidas. “Itu sudah tugasku, Leonidas. Aku tidak bisa membiarkanmu terluka lebih parah.” Meskipun Claire menjawab dengan n
Sejak momen Akward tadi siang, Claire tampak menjadi pendiam bahkan saat mereka makan malam.“Aku sungguh tak bermaksud, apakah kau masih marah?” Tanya Leonidas pada Claire.Claire tak menjawab, bahkan hanya fokus pada makanannya hingga Leonidas mengambil tindakan.Dengan sekuat tenaga dia mengepalkan tangannya yang terluka hingga kemeja abu-abunya yang dibperban kini berubah warna menjadi darah.Melihat darah yang merembes di perban Leonidas, Claire langsung terkejut dan panik. "Leonidas! Apa yang kau lakukan?!" serunya dengan cemas, meletakkan sendoknya dan langsung menghampiri Leonidas.Leonidas menatapnya dengan tatapan tenang, meskipun ada rasa sakit yang jelas di wajahnya. "Aku hanya ingin memastikan kau tidak marah padaku, Claire. Jika kau marah, itu akan menyakitiku lebih dari ini."Claire terdiam, merasa bingung antara marah dan khawatir. "Aku tidak marah... Aku hanya... aku hanya butuh waktu untuk berpikir. Tapi melihatmu menyakiti dirimu sendiri seperti ini... Leonidas, kau
“Sudah aku bilang, urus semuanya dan cari salinan dokumen lain. Aku ingin kontrak itu hangus.” Ucap Leonidas dengan dingin.Dia sekarang sedang berdiri di depan jendela saat matahari baru menampakkan cahaya.Saat ini dia sedang mengatur strategi agar kontrak jatuh ke tangannya, dan Claire tak akan bisa menggugatnya.Leonidas menatap keluar jendela dengan mata tajam, pikirannya berputar dengan berbagai rencana. Cahaya matahari yang baru terbit menyinari wajahnya yang penuh determinasi. "Aku tidak akan membiarkan Claire memiliki jalan keluar," pikirnya dalam hati.Di tangannya, telepon masih tergenggam erat. "Pastikan semua dokumen yang berhubungan dengan kontrak itu dikumpulkan dan dihancurkan. Tidak boleh ada salinan yang tersisa, dan aku ingin kalian mengawasi setiap pergerakan Claire dan keluarganya. Jika dia mencoba mendekati pengacara atau siapa pun yang mungkin membantunya, segera laporkan padaku," lanjut Leonidas dengan nada dingin dan tegas."Dimengerti, Tuan," jawab suara di t