“Kau sudah pulang, Claire?” Leonidas menyambut Claire dengan senyum yang terpasang indah.Dengan kursi roda yang di dorong oleh Kendrick, dia mulai mendekati wanita itu yang membawa barang belanjaan yang tidak terlalu banyak.Claire langsung menghampiri Leonidas dengan mood yang baik, “Iya, apakah kau sudah makan malam?” Tanya Claire dengan penuh perhatian.“Aku menunggu istriku, tapi sepertinya istriku telah makan bersama orang lain.” Ucap Leonidas yang masih mempertahankan senyumannya.Claire tersenyum tipis, merasa sedikit bersalah tapi tetap menjaga nada suaranya ceria. "Aku memang makan siang dengan James dan kak Ethan. Kami bertemu secara kebetulan di pusat perbelanjaan, dan setelah itu, aku dan James menghabiskan waktu bersama. Tapi, aku tidak makan malam, jadi kita bisa makan bersama sekarang."Leonidas mengangguk perlahan, tatapannya tetap fokus pada Claire. "Baguslah. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu malam ini."Claire meletakkan belanjaannya di meja, lalu berjalan mend
“Tinggal menambah ini dan….” Gumam Claire dengan semangat saat dia mulai meracik obat untuk kesebuhan kaki Leonidas.“Boom! Sempurna.” Katanya pelan dengan penuh antusias.Claire menatap campuran obat di depannya dengan rasa puas. Setelah beberapa hari bereksperimen, akhirnya dia berhasil menciptakan formula yang sempurna untuk mempercepat pemulihan kaki Leonidas. Dia tersenyum lebar, merasa bangga dengan usahanya."Ini akan membuatnya segera bisa berjalan," pikir Claire sambil memasukkan obat itu ke dalam wadah kecil. Sambil merapikan peralatannya, Claire membayangkan reaksi Leonidas saat dia melihat hasil dari usaha kerasnya ini. "Semoga ini bisa membuatmu bahagia," gumamnya, berharap obat itu juga bisa sedikit meredakan kekhawatirannya tentang masa depan mereka.Setelah semuanya siap, Claire membersihkan area kerjanya dan bersiap untuk memberikan kabar baik ini kepada Leonidas.Saat sudah selesai dia mulai membersihkan diri karena bau obat kimia cukup melekat padanya, sehingga mem
“Awsss.” Ringis Leonidas saat Claire membersihkan pecahan kaca dari lengannya.Pecahan itu menusuk kulit Leonidas yang membuat darah terus mengalir.“Akan sedikit sakit, tapi jika tidak segera dibersihkan maka akan infeksi. Untungnya lukanya tidak lebar jadi tidak perlu dijahit.” Ucap Claire dengan serius.Leonidas menahan rasa sakitnya sambil terus memperhatikan Claire yang dengan hati-hati membersihkan luka-lukanya. Meski setiap kali Claire mengeluarkan pecahan kaca terasa seperti tusukan, perhatian dan ketelitiannya memberikan sedikit kenyamanan di tengah rasa sakit itu. Leonidas bahkan menemukan dirinya tersenyum tipis saat melihat ekspresi serius Claire yang sedang fokus pada tugasnya.“Terima kasih, Claire,” ucap Leonidas lembut, suaranya sedikit serak. “Kau selalu tahu cara merawatku, bahkan di saat-saat seperti ini.”Claire berhenti sejenak, lalu menatap Leonidas. “Itu sudah tugasku, Leonidas. Aku tidak bisa membiarkanmu terluka lebih parah.” Meskipun Claire menjawab dengan n
Sejak momen Akward tadi siang, Claire tampak menjadi pendiam bahkan saat mereka makan malam.“Aku sungguh tak bermaksud, apakah kau masih marah?” Tanya Leonidas pada Claire.Claire tak menjawab, bahkan hanya fokus pada makanannya hingga Leonidas mengambil tindakan.Dengan sekuat tenaga dia mengepalkan tangannya yang terluka hingga kemeja abu-abunya yang dibperban kini berubah warna menjadi darah.Melihat darah yang merembes di perban Leonidas, Claire langsung terkejut dan panik. "Leonidas! Apa yang kau lakukan?!" serunya dengan cemas, meletakkan sendoknya dan langsung menghampiri Leonidas.Leonidas menatapnya dengan tatapan tenang, meskipun ada rasa sakit yang jelas di wajahnya. "Aku hanya ingin memastikan kau tidak marah padaku, Claire. Jika kau marah, itu akan menyakitiku lebih dari ini."Claire terdiam, merasa bingung antara marah dan khawatir. "Aku tidak marah... Aku hanya... aku hanya butuh waktu untuk berpikir. Tapi melihatmu menyakiti dirimu sendiri seperti ini... Leonidas, kau
“Sudah aku bilang, urus semuanya dan cari salinan dokumen lain. Aku ingin kontrak itu hangus.” Ucap Leonidas dengan dingin.Dia sekarang sedang berdiri di depan jendela saat matahari baru menampakkan cahaya.Saat ini dia sedang mengatur strategi agar kontrak jatuh ke tangannya, dan Claire tak akan bisa menggugatnya.Leonidas menatap keluar jendela dengan mata tajam, pikirannya berputar dengan berbagai rencana. Cahaya matahari yang baru terbit menyinari wajahnya yang penuh determinasi. "Aku tidak akan membiarkan Claire memiliki jalan keluar," pikirnya dalam hati.Di tangannya, telepon masih tergenggam erat. "Pastikan semua dokumen yang berhubungan dengan kontrak itu dikumpulkan dan dihancurkan. Tidak boleh ada salinan yang tersisa, dan aku ingin kalian mengawasi setiap pergerakan Claire dan keluarganya. Jika dia mencoba mendekati pengacara atau siapa pun yang mungkin membantunya, segera laporkan padaku," lanjut Leonidas dengan nada dingin dan tegas."Dimengerti, Tuan," jawab suara di t
Kapal pesiar mewah yang Leonidas pesan untuk liburan weekend mereka berdu terlihat ramai oleh para konglomerat lainnya yang juga ingin merasakan liburan di tengah laut.Claire dengan topi besar dan kaca mata hitamnya tampil cukup modis, liburan di kapal pesiar bukanlah pertama kali baginya sehingga tak terlalu berkesan dengan hal ini.Tapi melihat Leonidas tampak menikmatinya dia juga ikut tersenyum, suasana hati pasien adalah prioritas utama dokter untuk proses pemulihan yang lebih baik.“Ayo kita masuk, sebentar lagi kapal akan berlayar.” Ucap Leonidas sambil melihat keatas menatap Claire di belakangnya yang saat ini mendorong kursi rodanya.Claire mengangguk sambil mendorong kursi roda Leonidas dengan tenang. Saat mereka memasuki bagian dalam kapal, suasana menjadi lebih tenang, dengan dekorasi mewah yang menambah kesan elegan. Claire merasa lega bisa sedikit menghindari keramaian di dek atas."Kau terlihat lebih santai sekarang," komentar Leonidas sambil tersenyum. "Mungkin libura
“Tuan, kami tidak menemukan salinan dokumen itu dimana pun. Apakah nyonya muda selalu membawanya, mengingat dokumen kontrak itu sangat penting?” Tanya Kendrick yang ditugaskan Leonidas untuk mencari kontrak perjanjian pernikahan itu dalam telepon.Leonidas menghela napas panjang, menatap ke luar jendela dengan tatapan tajam. Dia telah memikirkan berbagai kemungkinan, tapi tidak menemukan dokumen itu membuat situasinya lebih rumit.“Kemungkinan besar, Claire memang selalu membawanya. Dia cukup cerdas untuk tahu bahwa kontrak itu adalah satu-satunya alat yang bisa dia gunakan melawan aku,” ucap Leonidas dengan suara rendah namun tegas. “Apa yang harus kita lakukan sekarang, Tuan?” tanya Kendrick hati-hati.Leonidas memejamkan matanya sejenak lalu menjawab, “Aku akan mencarinya saat dia tidur nanti. Tugasmu mencari dokumen lain di keluarga Filbert.” Titahnya.Kendrick segera menjawab dan mematikan sambungan telepon tersebut.“Leonidas? Kau masih kerja?” Tanya Claire yang tiba-tiba muncu
“Kau cari disana, aku cari disini.” Bisik Kendrick pada rekannya.“Baik.”Mereka berdua saat ini sedang menyusup di kediaman Filbert, mencari salinan dokumen kontrak perjanjian pernikahan tuannya dengan nyonya mereka.Malam ini mereka harus mendapatkannya, dan tempat pertama kali yang mereka periksa adalah ruang kerja Dariel Filbert. Ayah dari Claire yang memiliki kemungkinan besar membawa salinan tersebut.Kendrick dan rekannya bergerak dengan hati-hati di dalam rumah keluarga Filbert. Suasana sunyi malam hanya dipecahkan oleh suara langkah mereka yang nyaris tak terdengar. Ruang kerja Dariel Filbert adalah tempat pertama yang mereka targetkan, karena mereka tahu bahwa Dariel adalah seseorang yang teliti dan mungkin menyimpan salinan dokumen penting itu di sana.Kendrick menyalakan senter kecilnya dan mulai memeriksa laci meja, lemari, dan rak buku yang penuh dengan dokumen. "Kau periksa sisi kanan, aku akan memeriksa lemari arsip di sini," bisik Kendrick sambil menunjuk lemari besar