“Kau hampir berhasil!!” Claire tampak sangat bahagia saat melakukan terapi kaki Leonidas siang ini, karena pria itu sudah mulai bisa berdiri meskipun hanya lima detik pertama.“Perkembanganmu cukup bagus, apakah kakimu merasakan sesuatu?” Tanya Claire dengan begitu semangat.Leonidas merespons dengan anggukan singkat, meskipun ekspresinya tetap tenang seperti biasa. Menyembunyikan kesembuhan kakinya pada Claire.“Ada sedikit rasa pegal, tapi tidak seburuk yang kubayangkan,” jawab Leonidas, suaranya datar namun tegas. Dia mengamati antusiasme Claire dan tidak bisa menahan diri untuk merasa terhibur oleh semangatnya."Kau benar-benar serius mengawasi proses pemulihanku," lanjutnya, sedikit canda dalam suaranya, meskipun tatapannya tetap fokus.Claire tersenyum lebar, tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya. "Tentu saja. Aku ingin memastikan kau kembali pulih sepenuhnya. Lagipula, semakin cepat kau sembuh, semakin cepat kita bisa melanjutkan hidup normal kita."Leonidas menatap Claire
“Jadi kapan kalian bercerai?”Pertanyaan yang keluar dari mulut Alexandra tersebut membuat Leonidas menatap tajam ke arah wanita itu.“Apakah penddikanmu yang tinggi itu tidak pernah diajarkan sopan santun?” Tanyanya dengan tegas.Alexandra menaikkan alisnya, “Bukankah kalian hanya menikah kontrak? Apakah aku salah bertanya begitu. Benarkan, Claire?” Alexandra mencoba mencari dukungan.Claire yang sejak tadi diam melirik ke arah dua orang itu dengan senyum tipis lalu meletakkan teh hijaunya dengan anggun di meja.“Benar, aku bisa memaklumi ketidaksabaranmu untuk bersama Leonidas sekarang. Tapi tenanglah Leonidas sudah hampir bisa berjalan, setelah itu aku tak akan mengganggu hubungan kalian.” Ucap Claire dengan lembut mengabaikan tatapan Leonidas yang tajam ke arahnya.Leonidas mengatupkan rahangnya dengan tegas, tidak menyukai arah percakapan ini sama sekali. "Claire, itu tidak perlu diucapkan seperti itu," ujarnya dengan nada dingin, namun ada sedikit nada kekhawatiran yang tersembu
Menu makan malam ini adalah steak khas keluarga Filbert, dimana memiliki rasa yang sedikit berbeda dari steak biasanya.“Makanan apa ini? Bisa di makan?” Komentar Alexandra karena belum pernah melihat ada steak diolesi dengan keju seperti ini.Leonidas langsung menatap tajam Alexandra karena mengontari masakan istrinya. “Jika kau tak suka pergilah. Aku dan istriku ingin makan malam dengan tenang.” Ucapnya dengan dingin.Alexandra terkejut dengan reaksi Leonidas yang begitu tajam, tetapi dia mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa tersinggungnya. "Maaf, aku hanya belum pernah melihat steak seperti ini sebelumnya," jawabnya dengan nada yang lebih lembut, berusaha menghindari konflik lebih lanjut.Claire, yang baru saja selesai menyiapkan steak, menatap Alexandra dengan senyum tenang. "Ini adalah resep keluarga Filbert, dan rasanya memang sedikit berbeda. Tapi jika tidak suka, tak perlu dipaksakan. Aku yakin ada makanan lain yang mungkin lebih sesuai dengan seleramu."Leonidas
“Kau kenapa sejak semalam senyum-senyum sendiri?” Tanya Claire dengan bingung, sejak malam malam semalam sikap Leonidas entah mengapa sedikit berbeda dan pria itu lebih banyak tersenyum dari biasanya.“Tidak ada.” Ucap Leonidas yang berusaha tenang.Claire yang tak ingin peduli hanya mengangguk dan melanjutkan sarapannya.“Oh iya, apakah aku bisa keluar dengan kakak ku hari ini? Dia ingin memberikan hadiah untuk calon tunangannya yang akan berulang tahun.” Tanya Claire dengan antusias.“Dia sudah punya tunangan?” Tanya Leonidas dengan mengerutkan dahinya seolah itu adalah berita yang langka.Claire mengangguk, “Aku juga bingung, karena kakak sangat tertutup masalah asmaranya tapi kemarin dia menghubungiku untuk menemaninya membeli kado untuk calon tunangannya.” “Oh, jika begitu pergilah. Aku tak akan melarangmu.” Ucap Leonidas dengan lembut seolah dia adalah pria luhur yang tidak mengekang wanitanya.“Oke, aku akan membelikan sesuatu sesuatu untukmu nanti.” Claire tampak bersemangat.
“Claire, kak Ethan?” Tiba-tiba suara James yang kebetulan juga ada di pusat perbelanjaan tersebut terdengar.Claire dan Ethan yang sedang makan siang langsung menoleh. “Kau disini juga, James?” Ucap Ethan dengan tenang.“Iya, aku sedang membeli beberapa peralatan dapur. Aku baru pindah ke apartemen jadi barangnya belum lengkap.” Ucap James sambil menunjukkan belanjaannya pada mereka.“Kau masih sama saja tidak suka tinggal di mansion ya?” Tanya Claire dengan tenang.James menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal.“Aku merasa terlalu besar dan sepi, mungkin saat menikah aku akan tinggal di mansion.” Ucap James dengan tenang sambil melihat ke arah Claire penuh arti.Ethan yang mengamati itu diam-diam tersenyum, “Baguslah, jika berkumpul seperti ini jadi ingat masa sekolah. Kau yang selalu menggendong Claire jika dia terjatuh karena kecerobohannya.” “Kakak! Ish, jangan membuatku malu. Itu kan saat aku masih SD.”James tertawa ringan mendengar keluhan Claire, kenangan masa kecil mer
“Kau sudah pulang, Claire?” Leonidas menyambut Claire dengan senyum yang terpasang indah.Dengan kursi roda yang di dorong oleh Kendrick, dia mulai mendekati wanita itu yang membawa barang belanjaan yang tidak terlalu banyak.Claire langsung menghampiri Leonidas dengan mood yang baik, “Iya, apakah kau sudah makan malam?” Tanya Claire dengan penuh perhatian.“Aku menunggu istriku, tapi sepertinya istriku telah makan bersama orang lain.” Ucap Leonidas yang masih mempertahankan senyumannya.Claire tersenyum tipis, merasa sedikit bersalah tapi tetap menjaga nada suaranya ceria. "Aku memang makan siang dengan James dan kak Ethan. Kami bertemu secara kebetulan di pusat perbelanjaan, dan setelah itu, aku dan James menghabiskan waktu bersama. Tapi, aku tidak makan malam, jadi kita bisa makan bersama sekarang."Leonidas mengangguk perlahan, tatapannya tetap fokus pada Claire. "Baguslah. Aku ingin menghabiskan waktu denganmu malam ini."Claire meletakkan belanjaannya di meja, lalu berjalan mend
“Tinggal menambah ini dan….” Gumam Claire dengan semangat saat dia mulai meracik obat untuk kesebuhan kaki Leonidas.“Boom! Sempurna.” Katanya pelan dengan penuh antusias.Claire menatap campuran obat di depannya dengan rasa puas. Setelah beberapa hari bereksperimen, akhirnya dia berhasil menciptakan formula yang sempurna untuk mempercepat pemulihan kaki Leonidas. Dia tersenyum lebar, merasa bangga dengan usahanya."Ini akan membuatnya segera bisa berjalan," pikir Claire sambil memasukkan obat itu ke dalam wadah kecil. Sambil merapikan peralatannya, Claire membayangkan reaksi Leonidas saat dia melihat hasil dari usaha kerasnya ini. "Semoga ini bisa membuatmu bahagia," gumamnya, berharap obat itu juga bisa sedikit meredakan kekhawatirannya tentang masa depan mereka.Setelah semuanya siap, Claire membersihkan area kerjanya dan bersiap untuk memberikan kabar baik ini kepada Leonidas.Saat sudah selesai dia mulai membersihkan diri karena bau obat kimia cukup melekat padanya, sehingga mem
“Awsss.” Ringis Leonidas saat Claire membersihkan pecahan kaca dari lengannya.Pecahan itu menusuk kulit Leonidas yang membuat darah terus mengalir.“Akan sedikit sakit, tapi jika tidak segera dibersihkan maka akan infeksi. Untungnya lukanya tidak lebar jadi tidak perlu dijahit.” Ucap Claire dengan serius.Leonidas menahan rasa sakitnya sambil terus memperhatikan Claire yang dengan hati-hati membersihkan luka-lukanya. Meski setiap kali Claire mengeluarkan pecahan kaca terasa seperti tusukan, perhatian dan ketelitiannya memberikan sedikit kenyamanan di tengah rasa sakit itu. Leonidas bahkan menemukan dirinya tersenyum tipis saat melihat ekspresi serius Claire yang sedang fokus pada tugasnya.“Terima kasih, Claire,” ucap Leonidas lembut, suaranya sedikit serak. “Kau selalu tahu cara merawatku, bahkan di saat-saat seperti ini.”Claire berhenti sejenak, lalu menatap Leonidas. “Itu sudah tugasku, Leonidas. Aku tidak bisa membiarkanmu terluka lebih parah.” Meskipun Claire menjawab dengan n