Share

Bab 30

Author: Miss Kay
last update Last Updated: 2024-12-24 15:58:02
Abizar tahu, sekadar kata-kata tak akan cukup. Elsa adalah seseorang yang terluka, seseorang yang telah lama mengubur harapan untuk bersamanya. Abizar sadar, sikapnya yang dingin selama ini telah melukai gadis itu, membuatnya merasa tak diinginkan. Sekarang, semua perasaan itu meledak dalam dirinya, dan ia tak mampu mengabaikannya.

Abizar menyandarkan kepalanya di kaca jendela, menatap bayangannya sendiri. “Aku mencintaimu, Elsa,” gumamnya lirih, seakan menyatakan janji pada dirinya sendiri.

Pagi mulai menyingsing, dan Abizar telah memutuskan. Hari ini, ia akan berbicara dengan Darwin. Mungkin ini bukan keputusan yang mudah, tapi ia harus melangkah. Sebagai seseorang yang menganggap Darwin seperti kakak sendiri, ia harus menjelaskan semuanya, termasuk keputusannya yang kini membawa risiko.

Di kantor, Darwin sudah menunggunya dengan ekspresi yang tegas. “Abizar, aku tak menduga kau akan datang pagi ini,” sambut Darwin dengan suara dingin, matanya mengamati Abizar dengan tajam.
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 31

    “Amira,” sapa Abizar dengan pelan, mencoba mencari kata yang tepat. “Aku datang untuk berbicara dengan Elsa, atau setidaknya… menyerahkan ini padanya. Ponselnya sulit dihubungi." Amira melihat surat itu dengan tatapan ragu, namun akhirnya menerimanya. “Aku akan memberikannya padanya. Tapi aku tidak bisa menjanjikan Elsa akan membaca atau membalasnya.” “Aku mengerti. Terima kasih, Amira.” Setelah menyerahkan surat itu, Abizar melangkah pergi dengan perasaan bercampur aduk. Ia tahu Elsa berhak menentukan pilihan, namun dalam hatinya, ia masih memegang janji itu. Sebuah janji untuk tidak menyerah. --- Di saat yang sama, ancaman dari luar yang ia tinggalkan mulai terasa lebih nyata. Keluarga Smith dan rekan-rekan mereka yang berpengaruh menganggap keputusan Abizar sebagai penghinaan. Kabar tentang pemutusan pernikahan itu menyebar cepat di kalangan bisnis dan mafia, dan Abizar tahu bahwa setiap langkahnya kini berada dalam pengawasan ketat. Suatu malam, ketika Abizar sed

    Last Updated : 2024-12-24
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 32

    Abizar, dengan latar belakangnya sebagai bagian dari keluarga Ebizawa, tidak kesulitan menghadapi mereka. Gerakannya cepat, pukulannya keras dan terarah. Dalam hitungan menit, pria-pria itu terkapar, meringis kesakitan. Saat semua telah selesai, Elsa berdiri terpaku, matanya penuh ketakutan. "Abizar… apa yang baru saja terjadi? Siapa mereka?" Abizar menatapnya dengan tatapan lembut yang bertolak belakang dengan kekerasan yang baru saja ia tunjukkan. "Mereka mencoba menyakitimu. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi." "Siapa mereka? Kenapa mereka mengejarku?" Elsa mulai panik. "Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Sekarang, kau harus ikut denganku. Aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian." Di apartemen Abizar, Elsa duduk di sofa dengan gelisah. Abizar menuangkan teh hangat untuknya sebelum duduk di seberang meja. Ia tahu ini adalah waktu yang tepat untuk berbicara jujur, tapi ia juga tahu bahwa hal ini akan membuat Elsa semakin sulit percaya padanya. "Elsa," Abizar memula

    Last Updated : 2024-12-24
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 33

    Abizar mendekat dengan tenang, tatapannya dingin. "Kalian pikir kalian bisa mengancamku? Kalian bahkan tidak tahu siapa yang kalian hadapi." Pria dengan samurai itu melangkah maju, senyum sinis di wajahnya. "Kalau begitu, tunjukkan apa yang bisa kau lakukan." Tanpa peringatan, pria itu menyerang, mengayunkan samurainya ke arah Abizar. Tapi Abizar sudah siap. Dengan gerakan cepat, ia menghindar dan meraih pipa besi yang tergeletak di lantai. Suara denting logam memenuhi ruangan saat samurai dan pipa saling beradu. Ryu dan anak buahnya tidak tinggal diam. Mereka melawan pria-pria lainnya, perkelahian yang penuh kekerasan. Suara tembakan bergema di udara, membuat suasana semakin mencekam. Abizar terus bertarung dengan pria bersamurai itu. Gerakannya lincah dan penuh strategi, seperti seseorang yang sudah terbiasa menghadapi bahaya. Dengan satu gerakan cepat, ia berhasil menjatuhkan samurai dari tangan pria itu dan menodongkan pistol ke kepalanya. "Kau ingin hidup?" tanya Abi

    Last Updated : 2024-12-25
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 34

    Sementara itu, Abizar berjalan perlahan ke meja di sudut apartemennya. Ia membuka laci, mengambil sebuah foto kecil yang tersembunyi di antara tumpukan kertas. Foto itu menunjukkan Elsa sedang tersenyum lebar, memegang setangkai bunga mawar putih. Ia tidak tahu kapan Elsa menyelipkan foto itu di jaketnya, tapi foto itu sudah ada di sana selama berbulan-bulan. Tatapannya melembut. Hatinya menghangat, tapi juga terluka. “Kenapa aku begitu bodoh?” gumamnya. Ia menyentuh wajah Elsa di foto itu dengan ujung jarinya, seolah ingin merasakan kehangatannya. “Kenapa aku tidak menyadari semuanya lebih cepat?” Abizar tahu dirinya telah membuat kesalahan besar. Ia telah menyia-nyiakan momen berharga bersama Elsa, dan kini gadis itu mulai menjauh darinya. Tapi yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa ia mungkin kehilangan Elsa untuk selamanya. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke sudut ruangan. Sebuah amplop kecil tergeletak di sana, berisi surat terakhir Elsa sebelum ia meninggalka

    Last Updated : 2024-12-25
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 35

    Tapi senyuman itu tidak bertahan lama. Di halaman terakhir, ada kata-kata kecil yang tertulis dengan tinta hitam. _'Kenapa kau harus menyentuh hatiku, Abizar? Aku hanya ingin melupakanmu.'_ Kalimat itu menghantamnya seperti badai. Ia sadar bahwa luka Elsa jauh lebih dalam dari yang ia bayangkan. Dengan buku sketsa itu di tangannya, ia tahu ia harus menemukan Elsa—tidak hanya untuk memperbaiki segalanya, tapi juga untuk mengungkapkan perasaannya yang selama ini tersembunyi. Ia menutup buku itu dengan perlahan, matanya penuh tekad. “Aku akan menemukanmu, Elsa. Tidak peduli berapa jauh kau mencoba pergi.” Tapi ketika ia melangkah pergi dari taman itu, sebuah bayangan muncul di kejauhan. Elsa berdiri di sana, di balik pohon besar, dengan mata yang penuh air mata. Tapi sebelum Abizar menyadari keberadaannya, Elsa berbalik dan menghilang dalam kegelapan. *** Abizar berdiri di tengah ruang tamu rumah keluarganya yang megah. Udara di sana terasa berat, bukan karena kemewahan yang

    Last Updated : 2024-12-26
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 36

    Abizar berdiri di luar pagar rumah kecil itu, menyadari bahwa ada banyak halangan di antara mereka. Ia melihat dari kejauhan, Elsa sedang duduk di taman belakang, memegang buku sketsanya. Wajahnya tampak lelah, tapi tetap memancarkan keindahan yang sama seperti yang selalu ia ingat. Abizar melangkah mendekat, tapi sebelum ia mencapai gerbang, seseorang menghentikannya. Darwin Luis berdiri di sana, dengan tangan menyilang di dadanya. “Kau tidak seharusnya ada di sini,” kata Darwin dingin. Abizar menatapnya tanpa gentar. “Aku hanya ingin berbicara dengannya.” “Tidak ada yang perlu dibicarakan,” balas Darwin. “Elsa sudah cukup terluka. Kau hanya akan membuat segalanya lebih buruk.” “Aku mencintainya,” kata Abizar tegas. “Aku akan melakukan apa saja untuk melindunginya, bahkan jika itu berarti menghadapi keluargamu atau siapa pun yang mencoba menyakitinya.” Abizar mengepalkan tangan, tapi ia menahan emosinya. “Aku tahu aku bukan yang terbaik untuknya. Tapi aku tidak akan menyer

    Last Updated : 2024-12-27
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 37

    Elsa membuka mulutnya untuk menjawab, tapi kata-kata itu tidak keluar. Ia terlalu terkejut, terlalu terguncang. "Elsa, dengarkan aku!" suara Abizar bergetar. "Aku mencintaimu. Kau harus tahu itu. Aku tidak akan membiarkan siapa pun membawamu pergi, tidak lagi." Air mata mulai mengalir di pipi Elsa. Ia menatap Abizar dengan campuran emosi yang sulit dijelaskan. Tapi sebelum ia sempat berkata apa-apa, pria kedua yang tadi mundur tiba-tiba menarik Elsa ke dalam kapal. "Maaf, Tuan Abizar, tapi ini perintah!" katanya sebelum kapal mulai melaju. "Elsa!" Abizar mencoba mengejarnya, tapi sudah terlambat. Kapal itu melaju ke tengah lautan, meninggalkan Abizar berdiri di dermaga dengan tubuh basah kuyup dan hati yang hancur. Dua hari kemudian, Abizar menemukan dirinya berdiri di depan sebuah mansion tua di Lombok. Bangunan itu megah, tapi tampak sunyi dan sedikit berdebu. Ia tahu Darwin telah membawa Elsa ke tempat ini. Darwin ingin mengujinya—menguji sejauh mana ia rela berjuang untuk

    Last Updated : 2024-12-27
  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 38

    Pagi harinya, Elsa berjalan-jalan sendirian di taman. Udara pagi yang segar memberikan sedikit ketenangan, meski pikirannya masih dipenuhi kebingungan. Ia berhenti di dekat danau kecil, memandangi air yang tenang. “Pagi yang indah, bukan?” suara Abizar terdengar dari belakangnya. Elsa menoleh, menemukan Abizar berdiri beberapa langkah darinya. Pria itu tampak lelah, tapi matanya memancarkan tekad yang kuat. “Kau masih di sini,” gumam Elsa, suaranya datar. “Aku bilang aku akan menunggumu,” jawab Abizar pelan. Ia melangkah mendekat, tapi menjaga jarak yang cukup agar Elsa tidak merasa terancam. “Aku tidak akan pergi sampai kau percaya padaku, Elsa.” Elsa menghela napas. “Abizar, aku butuh waktu. Dan aku butuh ruang. Kau tidak bisa memaksa ini.” “Aku tahu,” balas Abizar dengan nada lembut. “Tapi aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak akan pernah menyerah.” Elsa mengangguk pelan, lalu berbalik pergi. Namun, sebelum ia terlalu jauh, ia berhenti dan berkata, “Aku hanya ingin

    Last Updated : 2024-12-28

Latest chapter

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 111

    Boy merasa sangat sedih dan kecewa karena Alan tidak mau melihatnya. Boy hanya ingin mencari tahu tentang keadaan Laura, tapi malah dihalangi oleh pengawal-pengawal kakaknya. Boy memutuskan untuk tidak memaksa Alan untuk berbicara dengannya. Dia tidak ingin membuat situasi menjadi lebih buruk. Boy memutuskan untuk pergi dan mencari tahu tentang keadaan Laura dari sumber lain. Saat Boy berjalan pergi, dia melihat seorang perawat yang sedang keluar dari ruang ICU. Boy segera mendekati perawat tersebut dan bertanya tentang keadaan Laura. "Maaf, saya ingin tahu tentang keadaan Nona Laura. Apakah lukaanya parah?" tanya Boy dengan suara yang khawatir. Perawat tersebut memandang Boy dengan simpati sebelum menjawab. "Maaf, tuan. Nona Laura masih dalam keadaan kritis. Kami masih berusaha untuk menyelamatkan nyawanya."

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 110

    Vale mencoba menghubungi Alan melalui telepon, karena Laura tidak kembali setelah beberapa jam. Sementara itu, Alan yang menunggu lama Laura yang tak datang-datang juga menghubungi istrinya, Vale. 'Halo, sayang. Kamu sedang apa?' tanya Alan melalui telepon. 'Alan, aku khawatir. Laura tidak kembali setelah beberapa jam. Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi tidak ada jawaban,' jawab Vale dengan suara yang khawatir. Alan terdiam sejenak, kemudian menjawab. 'Aku juga menunggu Laura, tapi dia tidak datang-datang. Aku sudah mencoba menghubunginya juga, tapi tidak ada jawaban. Aku akan mencari tahu apa yang terjadi padanya.' Vale merasa lega karena Alan akan mencari tahu apa yang terjadi pada Laura. 'Terima kasih, Alan. Aku sangat khawatir tentang Laura,' kata Vale.

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 109

    Vale duduk di dalam mobil dengan wajah yang tidak senang. Dia merasa bahwa Boy telah melebih-lebihkan dengan mengatakan bahwa ada pengawal yang menjaganya. Laura memulai mesin mobil dan memandang ke belakang untuk memastikan bahwa Vale sudah siap untuk berangkat. "Maaf, Nyonya," kata Laura dengan suara yang lembut. "Saya akan mengantar anda pulang sekarang." Vale tidak menjawab, tetapi hanya mengangguk dengan wajah yang masih tidak senang. Laura memahami bahwa Vale masih marah dengan Boy, jadi dia tidak berbicara lagi dan hanya fokus pada mengemudi. Saat mereka pergi, Boy masih berdiri di luar restoran, memandang mobil yang pergi dengan wajah yang sedikit gelisah. Dia merasa bahwa perasaannya tak tenang, tetapi dia tidak tahu apa itu. Sampai di mansion... Vale duduk di sofa yang empuk, mengelus perutnya yang sedang hamil besar. Dia masih terlihat marah dan frustras

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 108

    Boy memasuki apartemennya dengan langkah yang berat, emosi yang masih menggelora di hatinya membuatnya merasa tidak tenang. Dia memang menyukai Laura, tapi hanya sebatas suka, tidak sampai mencintainya. Dia merasa bahwa Laura adalah wanita yang cantik dan baik, tapi dia tidak merasakan adanya hubungan yang lebih dalam dengan Laura. Boy berjalan ke arah jendela dan memandang ke luar, mencoba untuk menenangkan dirinya. Dia merasa bahwa dia telah membuat keputusan yang tepat dengan menolak perjodohan dengan Laura dan memilih Cloe sebagai kekasihnya. Tapi, dia juga merasa bahwa dia telah menyakiti Laura dan keluarganya. Boy mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk membuang pikiran-pikiran yang mengganggu dirinya. Dia tahu bahwa dia harus fokus pada hubungannya dengan Cloe dan tidak boleh membiarkan perasaan-perasaan yang tidak diinginkan mengganggu dirinya. Dua ming

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 107

    Boy memandang Alan dengan mata yang marah dan sedih. "Kamu tidak adil, Kak! Cloe bukanlah anak pelakor! Dia adalah wanita yang aku cintai!" teriak Boy dengan nada keras. Alan memandang Boy dengan mata yang tajam. "Kau tidak tahu siapa dia! Yang aku peduli adalah keluarga ini! Dan aku tidak akan membiarkan kamu merusaknya dengan wanita seperti Cloe!" bentak Alan. Boy memandang Alan dengan mata yang penuh kecewa. "Kamu tidak mengerti, Kak! Aku mencintai Cloe! Dan aku akan melakukan apa saja untuk membuatnya bahagia!" teriak Boy dengan nada keras. "Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan itu, Boy! Aku tak menyutujuinya!" bentak Alan. "Kamu tidak adil, Kak! Aku hanya ingin bahagia! Lalu apa bedanya dengan Laura wanita yang tak jelas asal usulnya!" teriak Boy dengan nada keras. "Aku tidak peduli apa yang kamu inginkan, Boy! Asal kau t

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 106

    Laura berjalan dengan langkah cepat ke dalam markas, tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Dia masuk ke dalam ruang senjata, tempat dia biasa melatih diri dan menguji kemampuan tempurnya. Tapi kali ini, Laura tidak datang untuk melatih diri. Dia datang untuk meluapkan amarahnya. Dia mengambil peluru dari tempat penyimpanan dan memasukkannya ke dalam senjatanya. Dengan mata yang berapi-api, Laura menatap beberapa patung boneka yang berada di ruangan itu. Dia menganggap patung-patung itu sebagai Boy, tuan mudanya yang telah menolak perjodohannya dengannya. Dengan gerakan yang cepat dan tepat, Laura menembaki patung-patung itu berkali-kali. Peluru-peluru menghantam patung-patung itu, membuatnya hancur dan berantakan. Laura terus menembaki patung-patung itu, tidak peduli deng

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 105

    Laura merasa tidak nyaman ketika melihat pesan tersebut. Dia tidak ingin berbicara dengan orang itu, karena dia tahu bahwa percakapan mereka hanya akan membuatnya semakin sakit hati. 'Aku tidak ingin bicara denganmu,' kata Laura dalam hati, sambil menatap ponselnya. Tapi, ponselnya kembali bergetar. Orang itu tidak mau menyerah. {'Aku tahu kamu sedang online, tapi aku harus bicara denganmu. Tolong, Laura angkat teleponku'} kata pesan tersebut. Laura merasa malas. Dia tahu apa yang ingin dikatakan oleh orang itu, tapi dia tahu bahwa dia tidak bisa menghindarinya. Terpaksa dia mengangkat panggilan itu. ['Dengan siapa aku bicara?'} tanya Laura, sambil mengambil napas dalam-dalam. {'Jangan pura-pura lupa ingatan,'} jawab Boy. Laura diam dan menebak dalam hati. 'Apa dia ingin bicara dengannya tentang perjodoh

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 104

    Laura keluar dari toilet dengan langkah ringan, ia terkejut ketika melihat seorang lelaki tampan bersandar di dinding, menyilangkan tangan dengan wajah datar. Boy, mendekatinya dengan langkah mantap hingga wajah mereka hanya berselisih beberapa sentimeter saja. Laura bisa merasakan hembusan nafas lelaki itu di wajahnya, membuatnya terdiam. "Kau cemburu, hem?" tanya Boy dengan suara yang menggoda, sambil menatap lurus mata hijau Laura. Laura hanya bisa membalas tatapan tajam Boy sambil tersenyum tipis. "Apa maksud Anda, tuan muda?" tanyanya dengan nada dingin, mencoba menyembunyikan kecanggungannya di balik senyumnya. "Jangan pura-pura kau cemburukan kalau aku dekat dengan wanita lain," ucap Boy sambil menggerakkan jari-jarinya di samping wajah Laura, membuatnya semakin merasa tidak nyaman.

  • MENGGODA MANTAN ISTRI   Bab 103

    Vale tersenyum melihat pemandangan di depannya. Laura, pengawalnya yang dingin, sedang digoda oleh adik iparnya, Boy. Meskipun terlihat dingin, Vale tahu bahwa di balik sikapnya yang keras, Laura sebenarnya adalah sosok yang lembut dan penuh kasih. Vale yang sedang hamil begitu senang melihat kedua manusia tersebut. Ia berharap agar Laura dan Boy bisa menjadi sepasang kekasih. "Laura, Boy, kenapa kalian selalu bertengkar? Kalian tidak sadar bahwa sebenarnya kalian saling menyukai," ujar Vale sambil tersenyum lembut. Laura menatap Vale dengan tatapan datar. "Apa yang anda bicarakan, Nyonya Vale?" Boy menimpali sambil tersenyum jail. "Kak Vale benar, Laura. Jika kita selalu bertengkar karena saling menyukai. Ayo berikan kesempatan padaku untuk menjadiknmu kekasihku." Laura hanya tersenyum tipis mendengar

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status