"Nenek tau rumah Raidi di mana?" Tanya Rino pada nenek Siti.
"Itu yang dekat pohon bambu, kamu tinggal lurus saja. Kalau sudah nampak pohon bambu, terus ada rumah di situ, ya itulah rumah Raidi," jawab nenek Siti dari dapur.
"Hehehe liat saja besok, kamu akan terkejut dengan kejutan yang akan aku berikan," kata Rino pada dirinya sendiri sambil tersenyum licik.
Sepanjang malam, Rino selalu memikirkan Raidi. Entah mengapa, Raidi sangat menarik perhatiannya.
***
Pagi pun menjelang, mentari kini menampakkan dirinya dengan bangga di atas cakrawala yang menawan.
Rino kini bersiap siap untuk pergi ke rumah Raidi. Padahal, ini masih pagi, apa kata keluarga kecil itu nanti kedatangan tamu tak di kenal, kecuali Raidi. Dia kan sudah mengenalnya.
Perubahan sikap Rino saat berada di kampung neneknya adalah rajin bangun pagi-pagi, yang biasanya susah di bangunkan.
***
"Selamat pagi semua," sapa Raidi dengan cerianya kepada keluarga kecilnya itu.
"Selamat pagi juga," jawab keluarganya dengan serempak.
"Hei ada apa denganmu, sepertinya bahagia sekali?" Tanya Dimas.
"Ehhh tidak apa-apa kok kak, emang kakak tidak senang apa masih bisa menghirup udara yang segar di pagi hari, masih bisa tertawa lepas seperti ini, masih bisa ngumpul-ngumpul, dangbyang terpenting adalah masih bisa bernapas. Emang kakak tidak bersyukur," jawab Raidi yang mengundang raut wajah keheranan yang tersirat di wajah keluarganya itu.
"Kakak sehat kan, kok hari ini kakak aneh sekali?" Tanya Isda yang di ikuti anggukan kepala semua.
"Ya sehatlah, emang adek lihat kakak sakit apa? Ada-ada saja deh," ucap Raidi tapi masih dengan senyum yang mengembang.
Orang tuanya hanya geleng-geleng kepala dan tidak tau mau ngomong apa, sebab ini kali pertama mereka melihat putrinya sedramatis itu.
Di tengah kebingungan mereka, tiba-tiba terdengar ketukan pintu dari luar.
"Siapa yang datang pagi-pagi begini?" Tanya pak Ridwan.
"Ia ya, padahal kan ini masih pagi. Apa dari kalian ada yang melakukan kesalahan?" Tanya Bu Nana menyelidik.
Namun, ketiga anaknya menggelengkan kepalanya menandakan tidak ada yang melakukan sebuah kesalahan.
"Selamat pagi," sapa suara dari luar.
"Ia, tunggu sebentar," jawab Raidi yang bertugas membuka pintu.
Dia pun bergegas untuk membuka pintu, dan melihat siapa kira-kira yang datang bertamu sepagi ini.
"Selamat pagi Rai," sapa orang yang di bukakan pintu.
"Eh Rino, ngaain kamu datang nertamu pagi-pagi seperti ini?" Tanya Raidi keheranan.
"Ya elah, bukannya di suruh masuk malah di ajak ngobrol di luar," jawab Rino.
"Maaf, tapi aku tidak terima tamu sepagi ini. Lebih baik kamu pulang, nanti siang baru datang atau sore. Nanti yang ada timbul gosip-gosip yang tidak baik," ucap Raidi sambil menyurih Rino pergi.
"Ya sudahlah, nanti sore saja aku datang," jawab Rino dengan sedih sambil pergi. Gagal deh rencana yang telah dia susun. Ya lagian, siapa juga yang suruh pergi bertamu sepagi itu ke rumah orang. Apalagi dia tidak mengenal keluarga itu kecuali Raidi. Apa kata orang nanti.
Rino pun pulang ke rumah neneknya dengan oerasaan yang campur aduk, ada rasa sedih, marah, dan kecewa. Dia tidak menyangka akan di usir oleh seorang gadis yang telah memikat hatinya. Apabila di kota, cewek-cewek pada ngantri untuk menarik perhatiannya, la di sini dia malah di usir. Dia pun semakin penasaran dengan si gadis yang telah menggoyahkan hatinya itu.
"Tamunya mana nak?" Tanya Bu Nana ketika Raidi menutup pintu.
"Sudah aku suruh pergi Bu," jawab Raidi tanpa merasa bersalah.
"Kok di suruh pergi nak? Kenapa tidak di ajak masuk. Tidak baik mengusir orang yang ingin bertamu ke rumah," ucap pak Ridwan dengan lembut pada anaknya itu.
"Maaf ayah, aku telah bersalah," jawab Raidi dengan penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa nak, lain kali jangan begitu lagi ya. Tidak baik mengusir orang yang datang bertamu ke rumah," jawab pak Ridwan dengan penuh kasih sayang.
Raidi pun merasa bersalah pada Rino karena dia telah mengusirnya tanpa meminta pendapat dari keluarganya duluh.
Dia pun memutuskan untuk pergi ke rumah nenek Siti untuk meminta maaf pada Rino.
***
"Loh kok kelihatan sepi gini ya. Pada kemana penghuninya. Apa pada pergi kali ya, tapi kemana" ucap Raidi pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba, dari belakang rumah muncullah Rino. Dia kaget sekaligus senang, karena dia mengenal gadis yang tengah membelakanginya itu.
"Ngapain dia kesini? Apa aku membuat kesalahan ya tadi pas kerumahnya? Tapi apa, aku kan berniat untuk bertamu saja," bisik Rino pada dirinya sendiri.
"Rai, ngapain ke sini?" Tanya Rino penasaran.
"Aku ke sini untuk minta maaf soal tadi. Aku tidak bermaksud untuk mengusirmu, aku kira orang tuaku bakal marah karena kamu ke rumah pagi-pagi sekali. Eh malah aku yang kena omel karena mengusir kamu," jawab Raidi meminta maaf dengan tulus.
(Apa? Aku nggak salah dengar? Sih makhluk alien ini datang meminta maaf. Harusnya kan aku yang minta maaf karena telah lancang datang ke rumahnya tanpa mengabarinya duluan. Kenapa malah kebalik, ah entahlah yang penting aku masih bisa melihat sih makhluk alien sebelum pulang ke kota). Batin Rino sambil senyum-senyum sendiri, yang membuat Raidi bergidik ngeri.
"Oiii, mikirin apa sih? Awas nanti kesambet senyum-senyum sendiri. Bagi-bagi dong, biar bisa senyum-senyum bersama," ucap Raidi sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Rino.
(Astaga nih makhluk alien, benar-benar ya. Aduh, jantung aku kenapa nih, kok detakannya kencang banget? Makhluk alien, huusss jangan dekat begitu dong. Aduh, perasaan aku jadi nggak karuan gini sih?) Batin Raidi dengan muka yang memerah.
"Ehhh muka kamu kok merah? Kamu kenapa, sakit?" Tanya Raidi sambil memegang pipi Rino dengan lembut.
"Rai," bentak Rino sambil melepas tangan Raidi dengan kasar dari mukanya, karena dia sudah tidak tahan dengan perlakuan Raidi. Alhasil, Raidi jatuh dan menarik tangan Rino. Jadi Rino pun ikut terjatuh dan menindih Raidi.
Adegan ini pun kemudian membuat Raidi juga merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya. Ini pertama kalinya perasaan aneh itu muncul dalam dirinya.
(Perasaan aneh apa ini? Kenapa perasaanku jadi aneh begini sih?) Ucap Raidi dalam hatinya.
(Sumpah, aku bisa mati jantungan kalau seperti ini terus. Makhluk alien, kamu kenapa sih tidak peka amat jadi orang.) Ucap Rino dalam hatinya.
"Aduh, maaf maaf. Aku tidak sengaja menarikmu. Lagian kamu sih, kasar banget jadi orang. Aku kan cuma mau lihat apa kamu sakit atau tidak. Kok malah seperti itu sih," ucap Raidi menyadarkan Rino dari lamunannya.
"Kamu minggir dong Rino, kamu berat sekali. Kamu mau membuat aku gepeng apa," ucap Raidi sambil mendorong Rino.
"Eh maaf maaf, aku tidak bermaksud kasar tadi. Kamu sih pake pegang-pegang muka orang sembarangan. Kan begini jadinya," jawab Rino sambil berdiri dan membantu Raidi berdiri.
Ada-ada saja ya kelakuan anak muda. Kadang mengalah, kadang juga bersikeras untuk terlihat benar. Hidup memang aneh, ada saja kejadian yang membuat kita tidak mengerti kenapa itu bisa terjadi.
Ketika senja mulai mendominasi, sepasang insan sedang dalam gunda gulana. Yang satu sibuk memikirkan cara bagaimana menyampaikan sesuatu hal yang ia rasakan, sedangkan yang satu sibuk memikirkan bagaimana untuk mengatakan salam perpisahan.Di pinggir sungai, di gadis tomboy sedang duduk sambil merenung di sebuah batu besar sambil menjentikkan jarinya di air.Dari arah belakang, Rino mulai menghampiri Raidi. Dia berjalan dengan sangat hati-hati, agar Raidi tidak mengetahui kehadirannya."Oiiii, ngelamun ajah. Nanti kesambet hantu air baru tau rasa," ucap Rino mengagetkan Raidi."Astaga Rino, kamu membuatku kaget saja. Kalau aku jangrungan bagaimana? Kamu mau tanggung jawab?" Ucap sambil kesal."Ya maaf, lagian kamu sih begong ajah. Di pinggir sungai pula, kalau kesambet bagaimana?" ucap Rino membelah diri."Hmmm, ya ini adalah tempat favorit aku. Setiap ada masalah yang membuatku mau menyerah, putus asa, pasti aku ke sini. Kalau d
Sang fajar telah terbit menyingkirkan gelapnya malam. Raidi dan keluarganya tengah berkumpul di ruang tamu untuk merencanakan kegiatan yang akan di lalui hati ini.Mereka memamg keluarga yang sangat harmonis dan saling melengkapi. Keluarga kecil yang selalu bahagia di tengah kehidupan yang kejam. Walau demikian, mereka tetap bahagia dan semangat untuk melanjutkan hidup."Ayah, ibu, kakak, Isda aku mau ke rumah nenek Siti duluh," ucap Raidi pada keluarganya."Ia nak, hati-hati di jalan. Oh ia nak, salam sama nenek Siti, ibu sudah jarang sekali ke rumahnya," jawab Bu Nana."Baik Bu," jawab Raidi sambil pergi yang di ikuti oleh tatapan heran dari keluarganya, pasalnya Raidi akhir-akhir ini sering ke rumah nenek Siti.***"Nenek, aku pamit duluh ya. Nenek jaga diri baik-baik. Rino pasti ke sini lagi untuk menjenguk nenek kalau libur kampus."Ia nak, hati-hati di jalan. Ingat, belajar baik-baik, buat orang tuamu bangga," jawab nenek
Siang ini, Raidi pergi memetik sayur di kebunnya sendirian. Walaupun begitu, dia tetap senang melakukannya, karena dia tahu, hidup memang sangat kejam.Dengan perasaan yang gembira, dia pun mulai memetik sayuran dengan hati hati. Soalnya, kebunnya itu terbilang cukup ektrim untuk di lewati, hehehehe. Ya mau tidak mau harus berhati-hati demi menjaga keselamatan."Huuuffttt capek juga ya memetik sayur, hidup hidup, mengapa engkau serumit ini? Mengapa engkau sekejam ini pada anak yang masih belasan tahun? Tidak tahukah kamu bahwa aku sungguh capek?" Omel Raidi pada kehidupan. Emang kehidupan akan mendengarkan dan meminta maaf? Hahaha ada ada ajah deh kelakuan."Aku pergi memetik buah jambu duluh deh, soalnya aku lapar. Pasti jambu jambu di kebun sudah pada masak, soalnya terakhir kali aku datang, jambunta sudah besar besar," ucap Raidi pada dirinya sendiri.Tanpa pikir panjang, dia pun langsung menuju ke tempat pohon jambu. Dan benar saja dugaannya, ja
Menunggu adalah sebuah hal yang sangat melelahkan. Bagaimana tidak, ketika kita menunggu kita pasti di hadpkan pada banyak sekali masalah. Entah itu rasa bosan, atau yang lain. Pagi ini, Raidi dan keluarganya sedang sibuk gotong royong membersihkan istana kecil mereka. Mereka berbagi tugas agar pekerjaan cepat selesai. Pak Ridwan dan Dimas bertugas untuk membersihkan pekarangan rumah, sedangkan Raidi dan Isda bertugas membersihkan bagian dalam rumah. Sedangkan Bu Nana bertugas untuk pergi ke pasar membeli kebutuhan sehari hari. "Ayah, ibu belum pulang ya?" Tanya Raidi. "Sebentar lagi, kan pasarnya jauh. Tunggu saja," jawab pak Ridwan sambil terus membersihkan. "Ia ayah, Rai lanjut dukuh membersihkan ya," jawab Rai lalu kembali melanjutkan tugasnya. Tidak lama setelah itu, Bu Nana pulang dari pasar dan di sambut senang oleh anak anaknya. "Yeeeeyyy ibu sudah pulang," sorak Isda gembira. Bagaimana tidak setiap
Hari kini menjelang sore, kedua keluarga itu pun asyik bercengkerama mengenang masa mudanya.Kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka adalah kebahagiaan yang tak bisa di jelaskan dan di gambarkan oleh apa pun juga.Sementara itu, Raidi dan Rino masih bercengkerama di pinggir sungai sambil mengingat pertemuan pertama mereka. Sudah 2 hari Rino dan orang tuanya berada di kampung halamannya, kini mereka akan kembali ke kota untuk melanjutkan tugas masing masing.Setelah pamit pada nenek Siti tadi, pak Harnono, Bu Rini dan Rino pergi ke rumah pak Ridwan untuk berpamitan juga."Oh ia Wan, bagaimana dengan tawaran yang kami berikan kemarin? Apakah kamu dan Nana setuju kalau aku dan Rini membawa serta Raidi. Aku janji, aku akan menyekolahkan dia sampai berhasil. Aku juga akan menganggap dia seperti anakku sendiri," ucap pak Hartono."Jujur ya, aku sebenarnya tidak enak sama kamu Har, masak ia aku harus menambah bebanmu dengan mengizin
Di sebuah desa terpencil, hiduplah sebuah keluarga yang hidupnya sangat pas-pasan. Pekerjaan mereka sehari-hari hanyalah bertani. Setiap hari, mereka selalu pergi ke kebun, untuk merawat tanaman mereka. Oh ia, sepasang suami istri itu mempunyai 3 orang anak yang pertama bernama Dimas, umurnya kini 21 tahun. Anak yang kedua bernama Raidi, dia berumur 17 tahun, dan baru tamat SMA. Lalu yang ketiga bernama Raya, dia berumur 13 tahun, dan sekarang sudah duduk di bangku kelas 2 SMP.Mereka bertiga sangat menyayangi kedua orang tuanya. Bisa di bilang, kehidupan mereka sangat bahagia meskipun keadaan ekonominya sangat memprihatinkan.Suatu hari, Raidi bertanya kepada kedua orang tuanya tentang kelanjutan pendidikannya, namun orang tuanya hanya menghela napas dikarenakan mereka tidak mampu membiayai Raidi.“Ayah, ibu, apakah Rai bisa melanjutkan kuliah?” tanya Raidi.“Nak, bukannya ayah tidak mau jikalau Rai melanjutkan kuliah, tap
Dalam hidup, kita di wajibkan untuk saling menolong. Apabila ada sesama kita yang mengalami kesusahan, selagi kita bisa membantu, marilah kita bantu.Setelah preman-preman itu pergi, Raidi pun menghampiri si cowok tersebut."Kamu tidak apa-apa?" Tanya Raidi.Yang di tanya malah bengong saja, sangking terpesonanya dia melihat seorang cewek menolongny. Eaaa terpesona, aku terpesona, hehehe seperti judul lagu."Heiii, kamu tidak apa-apa?" Tanya Raidi kedua kalinya."Ehhh ia, saya tidak apa-apa. Terima kasih telah menolong saya," jawab si cowok."Ok, sama-sama," jawab Raidi."Oh ia, nama kamu siapa?" Tanya si cowok."Namaku Raidi, kamu?" jawab Raidi."Ohhh yayaya, nama saya Rino. Saya dari kota dan kebetulan, saya sedang berlibur ke rumah nenek," jawab Rino."Ohhh, terus kenapa tadi bisa di kejar-kejar sama preman?" Tanya Raidi."Saya juga tidak tau, tiba-tiba saja mereka mengejar aku. Mungkin karena aku ini
Hari kini menjelang sore, kedua keluarga itu pun asyik bercengkerama mengenang masa mudanya.Kebahagiaan yang terpancar dari wajah mereka adalah kebahagiaan yang tak bisa di jelaskan dan di gambarkan oleh apa pun juga.Sementara itu, Raidi dan Rino masih bercengkerama di pinggir sungai sambil mengingat pertemuan pertama mereka. Sudah 2 hari Rino dan orang tuanya berada di kampung halamannya, kini mereka akan kembali ke kota untuk melanjutkan tugas masing masing.Setelah pamit pada nenek Siti tadi, pak Harnono, Bu Rini dan Rino pergi ke rumah pak Ridwan untuk berpamitan juga."Oh ia Wan, bagaimana dengan tawaran yang kami berikan kemarin? Apakah kamu dan Nana setuju kalau aku dan Rini membawa serta Raidi. Aku janji, aku akan menyekolahkan dia sampai berhasil. Aku juga akan menganggap dia seperti anakku sendiri," ucap pak Hartono."Jujur ya, aku sebenarnya tidak enak sama kamu Har, masak ia aku harus menambah bebanmu dengan mengizin
Menunggu adalah sebuah hal yang sangat melelahkan. Bagaimana tidak, ketika kita menunggu kita pasti di hadpkan pada banyak sekali masalah. Entah itu rasa bosan, atau yang lain. Pagi ini, Raidi dan keluarganya sedang sibuk gotong royong membersihkan istana kecil mereka. Mereka berbagi tugas agar pekerjaan cepat selesai. Pak Ridwan dan Dimas bertugas untuk membersihkan pekarangan rumah, sedangkan Raidi dan Isda bertugas membersihkan bagian dalam rumah. Sedangkan Bu Nana bertugas untuk pergi ke pasar membeli kebutuhan sehari hari. "Ayah, ibu belum pulang ya?" Tanya Raidi. "Sebentar lagi, kan pasarnya jauh. Tunggu saja," jawab pak Ridwan sambil terus membersihkan. "Ia ayah, Rai lanjut dukuh membersihkan ya," jawab Rai lalu kembali melanjutkan tugasnya. Tidak lama setelah itu, Bu Nana pulang dari pasar dan di sambut senang oleh anak anaknya. "Yeeeeyyy ibu sudah pulang," sorak Isda gembira. Bagaimana tidak setiap
Siang ini, Raidi pergi memetik sayur di kebunnya sendirian. Walaupun begitu, dia tetap senang melakukannya, karena dia tahu, hidup memang sangat kejam.Dengan perasaan yang gembira, dia pun mulai memetik sayuran dengan hati hati. Soalnya, kebunnya itu terbilang cukup ektrim untuk di lewati, hehehehe. Ya mau tidak mau harus berhati-hati demi menjaga keselamatan."Huuuffttt capek juga ya memetik sayur, hidup hidup, mengapa engkau serumit ini? Mengapa engkau sekejam ini pada anak yang masih belasan tahun? Tidak tahukah kamu bahwa aku sungguh capek?" Omel Raidi pada kehidupan. Emang kehidupan akan mendengarkan dan meminta maaf? Hahaha ada ada ajah deh kelakuan."Aku pergi memetik buah jambu duluh deh, soalnya aku lapar. Pasti jambu jambu di kebun sudah pada masak, soalnya terakhir kali aku datang, jambunta sudah besar besar," ucap Raidi pada dirinya sendiri.Tanpa pikir panjang, dia pun langsung menuju ke tempat pohon jambu. Dan benar saja dugaannya, ja
Sang fajar telah terbit menyingkirkan gelapnya malam. Raidi dan keluarganya tengah berkumpul di ruang tamu untuk merencanakan kegiatan yang akan di lalui hati ini.Mereka memamg keluarga yang sangat harmonis dan saling melengkapi. Keluarga kecil yang selalu bahagia di tengah kehidupan yang kejam. Walau demikian, mereka tetap bahagia dan semangat untuk melanjutkan hidup."Ayah, ibu, kakak, Isda aku mau ke rumah nenek Siti duluh," ucap Raidi pada keluarganya."Ia nak, hati-hati di jalan. Oh ia nak, salam sama nenek Siti, ibu sudah jarang sekali ke rumahnya," jawab Bu Nana."Baik Bu," jawab Raidi sambil pergi yang di ikuti oleh tatapan heran dari keluarganya, pasalnya Raidi akhir-akhir ini sering ke rumah nenek Siti.***"Nenek, aku pamit duluh ya. Nenek jaga diri baik-baik. Rino pasti ke sini lagi untuk menjenguk nenek kalau libur kampus."Ia nak, hati-hati di jalan. Ingat, belajar baik-baik, buat orang tuamu bangga," jawab nenek
Ketika senja mulai mendominasi, sepasang insan sedang dalam gunda gulana. Yang satu sibuk memikirkan cara bagaimana menyampaikan sesuatu hal yang ia rasakan, sedangkan yang satu sibuk memikirkan bagaimana untuk mengatakan salam perpisahan.Di pinggir sungai, di gadis tomboy sedang duduk sambil merenung di sebuah batu besar sambil menjentikkan jarinya di air.Dari arah belakang, Rino mulai menghampiri Raidi. Dia berjalan dengan sangat hati-hati, agar Raidi tidak mengetahui kehadirannya."Oiiii, ngelamun ajah. Nanti kesambet hantu air baru tau rasa," ucap Rino mengagetkan Raidi."Astaga Rino, kamu membuatku kaget saja. Kalau aku jangrungan bagaimana? Kamu mau tanggung jawab?" Ucap sambil kesal."Ya maaf, lagian kamu sih begong ajah. Di pinggir sungai pula, kalau kesambet bagaimana?" ucap Rino membelah diri."Hmmm, ya ini adalah tempat favorit aku. Setiap ada masalah yang membuatku mau menyerah, putus asa, pasti aku ke sini. Kalau d
"Nenek tau rumah Raidi di mana?" Tanya Rino pada nenek Siti."Itu yang dekat pohon bambu, kamu tinggal lurus saja. Kalau sudah nampak pohon bambu, terus ada rumah di situ, ya itulah rumah Raidi," jawab nenek Siti dari dapur."Hehehe liat saja besok, kamu akan terkejut dengan kejutan yang akan aku berikan," kata Rino pada dirinya sendiri sambil tersenyum licik.Sepanjang malam, Rino selalu memikirkan Raidi. Entah mengapa, Raidi sangat menarik perhatiannya.***Pagi pun menjelang, mentari kini menampakkan dirinya dengan bangga di atas cakrawala yang menawan.Rino kini bersiap siap untuk pergi ke rumah Raidi. Padahal, ini masih pagi, apa kata keluarga kecil itu nanti kedatangan tamu tak di kenal, kecuali Raidi. Dia kan sudah mengenalnya.Perubahan sikap Rino saat berada di kampung neneknya adalah rajin bangun pagi-pagi, yang biasanya susah di bangunkan.***"Selamat pagi semua," sapa Raidi dengan cerianya kepada keluarga ke
Dalam hidup, kita di wajibkan untuk saling menolong. Apabila ada sesama kita yang mengalami kesusahan, selagi kita bisa membantu, marilah kita bantu.Setelah preman-preman itu pergi, Raidi pun menghampiri si cowok tersebut."Kamu tidak apa-apa?" Tanya Raidi.Yang di tanya malah bengong saja, sangking terpesonanya dia melihat seorang cewek menolongny. Eaaa terpesona, aku terpesona, hehehe seperti judul lagu."Heiii, kamu tidak apa-apa?" Tanya Raidi kedua kalinya."Ehhh ia, saya tidak apa-apa. Terima kasih telah menolong saya," jawab si cowok."Ok, sama-sama," jawab Raidi."Oh ia, nama kamu siapa?" Tanya si cowok."Namaku Raidi, kamu?" jawab Raidi."Ohhh yayaya, nama saya Rino. Saya dari kota dan kebetulan, saya sedang berlibur ke rumah nenek," jawab Rino."Ohhh, terus kenapa tadi bisa di kejar-kejar sama preman?" Tanya Raidi."Saya juga tidak tau, tiba-tiba saja mereka mengejar aku. Mungkin karena aku ini
Di sebuah desa terpencil, hiduplah sebuah keluarga yang hidupnya sangat pas-pasan. Pekerjaan mereka sehari-hari hanyalah bertani. Setiap hari, mereka selalu pergi ke kebun, untuk merawat tanaman mereka. Oh ia, sepasang suami istri itu mempunyai 3 orang anak yang pertama bernama Dimas, umurnya kini 21 tahun. Anak yang kedua bernama Raidi, dia berumur 17 tahun, dan baru tamat SMA. Lalu yang ketiga bernama Raya, dia berumur 13 tahun, dan sekarang sudah duduk di bangku kelas 2 SMP.Mereka bertiga sangat menyayangi kedua orang tuanya. Bisa di bilang, kehidupan mereka sangat bahagia meskipun keadaan ekonominya sangat memprihatinkan.Suatu hari, Raidi bertanya kepada kedua orang tuanya tentang kelanjutan pendidikannya, namun orang tuanya hanya menghela napas dikarenakan mereka tidak mampu membiayai Raidi.“Ayah, ibu, apakah Rai bisa melanjutkan kuliah?” tanya Raidi.“Nak, bukannya ayah tidak mau jikalau Rai melanjutkan kuliah, tap