Pandu semakin tidak percaya ternyata dia melihat sahabatnya masuk ke dalam ruangan persidangan. Ardi bersama Mawar berjalan dengan cepat masuk ke tengah ruangan mengejutkan semua orang.Beberapa polisi menghampiri mereka, lalu memegang mereka dengan sangat kencang. Hakim mengangkat tangannya agar semua orang tidak berisik dan membuat keributan di dalam. "Jangan pernah membuat keributan di sini. Karena aku tidak akan pernah mengizinkan siapa pun untuk melakukannya. Aku akan mengusirnya!" ucapnya dengan sangat keras sambil mengetukkan palu sebanyak 3 kali."Saya adalah saksi yang sesungguhnya, Pak," ucap Ardi dengan cukup lantang.Wojo masuk bersama dengan Selena. Dia mendekati beberapa pengacaranya dan mengatakan jika mereka harus menggunakan Ardi sebagai saksi."Dia adalah saksi. Usahakan untuk membuat dia berbicara di tengah ruangan ini, dan berhadapan dengan hakim itu," ucap Wojo membuat para pengacaranya segera melakukan. Mereka berunding dengan hakim di depan pengacara Sabrina. S
Arum masih saja bertahan dengan cengkraman Selena. Namun, dia tidak akan pernah duduk kembali dan membiarkan Sabrina melakukan rencananya sekali lagi."Selena. Lihatlah. Sabrina keluar dari ruangan. Sementara Ardi tidak bisa memberikan kesaksian. Aku harus mencegahnya, Selena. Pasti Sabrina sudah melakukan suatu hal yang sangat buruk, dan akan membuat masalah semakin rumit. Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa berbuat apa pun selain menyelamatkan Mas Pandu.""Biarkan saja Wojo yang melakukannya. Kau tidak memiliki kuasa apa pun, atau kekuatan untuk melawan mereka semua. Arum, mengertilah. Wojo sudah mencoba untuk membantumu. Percayalah kepadanya untuk sekali ini saja.Arum akhirnya terdiam. Dia kembali menatap Pandu yang membalas tatapannya. Namun, tidak ada senyuman di wajahnya. Arum sangat paham. Pandu juga merasakan kecemasan yang sangat luar biasa. Tapi, apa yang dikatakan Selena memang benar. Dia tidak memiliki kuasa apa pun untuk melawan Sabrina."Mungkin aku akan menundan
Hakim mulai berjalan masuk ke dalam ruangan. Semua orang yang berada di dalam spontan berdiri, lalu kembali duduk saat sang hakim juga sudah menempati kursinya. Seperti biasanya, dia memukulkan palu untuk memulai persidangan yang sudah ditunggu oleh semua orang ini.Pengacara mulai maju ke depan. Pandu semakin cemas dia tidak melihat Selena maupun Wojo di sana. Dia hanya melihat Arum sendirian. Namun, satu hal yang membuat dia sangat terkejut adalah ... Arum berada di sebelah Saras.Pandu sedikit lega saat melihatnya. Kali ini Arum bersama dengan seseorang yang akan mendampinginya, saat dia tidak berada di sebelah Arum. Saat itu Saras memutuskan untuk menuju ke pengadilan. Sebelumnya dia tidak ingin menuju ke sana. Kondisi tubuhnya tidak enak. Bahkan dia merasa demam. Namun, dia sangat cemas di rumah. Saras memutuskan untuk pergi ke klinik terdekat, lalu meminum cukup obat. Setelah itu dia segera menuju ke persidangan. Hatinya merasa lega saat melihat Arum masih berada di sana. Arum
Ardi kini memasuki ruangan setelah Pandu berdiri dan meninggalkan kursi yang dia gunakan untuk kembali bersaksi. Ardi tersenyum kepada Pandu. Dia mengucapkan sumpah akan mengatakan yang sebenarnya.Pandu berkali-kali menarik napas lega saat melihat Ardi benar-benar datang dan membantunya. Walaupun dirinya masih sangat berharap Joko yang ada di dalam ruangan itu.Ardi kini duduk di kursi saksi. Pengacara Sabrina sudah menghampirinya. Mereka akan memberikan beberapa pertanyaan yang tentunya, bisa menyudutkan Ardi. Dia sudah sangat bersiap untuk melawan semua pertanyaan itu. Bahkan, dia memandang semua pengacara Sabrina dengan tatapan yang menusuk."Sejak kapan Anda kenal dengan Raden Pandu?" Pertanyaan pertama yang membuat Ardi terkekeh."Tentu saja aku sudah kenal sangat lama. Bahkan dari kecil aku sudah mengenalnya. Untuk apa memberikan pertanyaan yang berbelit. Tanyakan saja apa yang sudah aku ketahui karena aku tidak sabar untuk mengatakannya," balasnya membuat Hakim sedikit terkej
"Arum, apa yang kau katakan? Persidangan masih belum selesai. Jangan pernah pergi," bisik Selena dengan cemas."Hanya Joko yang bisa membuat persidangan ini berakhir. Tapi dia tidak ada di tempat, Selena. Apakah kau tidak mencurigainya? Pasti Sabrina dan semua pesuruhnya itu sudah membawa Joko pergi dari sini. Bahkan mereka mungkin saja melenyapkannya.""Oh my God. Arum, tidak mungkin mereka sejahat itu dengan menghabisi nyawa seseorang. Aku yakin pasti Joko akan datang. Dia pengawal yang sangat hebat. Tidak mungkin dia kalah dengan semua pesuruh yang berada di bawahnya. Sudahlah sekarang tenang. Karena persidangan masih berjalan. Aku yakin Ardi akan bisa meyakinkan semua orang, jika Pandu memang tidak bersalah."Arum kembali duduk. Dia masih saja sangat cemas, hingga Sarah menariknya dan berbisik, "biarkan aku yang mengamati persidangan ini. Aku yakin pasti mereka akan membuat Pandu selamat. Namun, kau harus pergi menemukan wanita itu. Walaupun Ibu sangat tahu itu adalah suatu hal y
"Ibu Saras. Kenapa membiarkan Arum melakukan hal itu sendirian? Semua itu tidak akan membuktikan apa pun. Entah apa yang dia lakukan, Romo tidak akan pernah memberikan restu itu. Romo sudah sering mengatakan kepadaku saat di Yogyakarta. Walaupun nyawanya sudah terlepas dari jasadnya, dia tetap tidak akan memberikan restu itu. Dia terus mempertahankan kasta yang sudah ditetapkan oleh leluhurnya sejak dulu. Jika Ibu membiarkan Arum, maka sama saja Ibu membuat Arum dalam bahaya. Kita harus mencarinya. Aku tidak akan pernah membiarkan Arum dalam bahaya. Karena Pandu sudah memberikan pesan kepadaku barusan. Kita harus mencari dan menolongnya, Ibu," ucapan Ardi membuat Saras akhirnya menganggukkan kepala.Saras menolehkan pandangan ke arah Selena dan memegang kedua pundak wanita blasteran Inggris itu. "Beritahu Wojo tentang apa yang dilakukan oleh Arum. Hanya dia dan Ardi yang bisa membantu Arum untuk menyelesaikan masalah di luar sana. Mungkin saja Wojo bisa mencari Joko yang menghilang de
Saras semakin resah dia tidak percaya Arum tetap saja masuk ke dalam hutan itu untuk menyelamatkan Joko yang belum tentu berada di sana. Bahkan dia berjalan kaki untuk menuju ke sana. "Kita harus menyusul Arum, Ardi. Bukankah kita bisa menaiki mobil untuk menuju ke sana?" tanya Saras membuat Ardi menganggukkan kepala."Kita akan mencari Arum. Ibu tenang saja," jawabnya. Dia kemudian segera berjalan ke dalam mobil diikuti oleh Saras, Selena, dan Mawar yang masih saja cemas."Apa yang dikatakan oleh dia, apakah memang benar? Arum masuk ke dalam hutan itu?" tanya Selena menatap Ardi dalam tegang. Sementara Ardi menjalankan mesin mobil, dan hanya menjawab dengan menganggukkan kepala."Kenapa Arum seperti itu? Dan, kenapa aku harus membiarkannya? Seharusnya kau juga harus mencegahnya, Ibu. Dia tidak bisa berangkat ke sana sendirian. Itu terlalu berbahaya. Semoga saja mobil ini bisa melewatinya dengan cepat, karena di sana penuh dengan batu. Bisa merusak ban mobil kamu." "Tidak masalah ba
Sabrina sudah melayangkan tangannya. Dia siap untuk menghabisi Arum saat itu juga. Walaupun beberapa pesuruhnya mengamati dengan cukup serius. Mereka semua tidak ingin Sabrina menghabisi Arum. Salah satu dari mereka segera menahan tangan Sabrina. Membuat wanita itu sangat kesal. "Hentikan Nona Sabrina. Jangan pernah melakukan tindakan yang sangat tidak masuk akal. Aku akan menuruti semua keinginan Anda, Nona Sabrina. Tapi aku tidak bisa jika Anda akan menghabisi seorang di sini. Itu sama saja kau sudah menjerat kami ke dalam jalur hukum. Kami tidak bisa membiarkannya.""Aku adalah atasanmu dan kau bukan siapa-siapa! Sekarang lepaskan dan jangan membuat aku semakin marah, dan akhirnya memecatmu. Sekarang, biarkan aku membunuh wanita sialan ini dengan tanganku sendiri. Karena aku tidak akan pernah membiarkan dia mengambil sesuatu yang sangat aku inginkan!""Sabrina, dengarkan. Kau menginginkan aku? Yah, ambil nyawaku sebagai gantinya. Tapi jangan dengan Arum. Dia tidak bersalah dalam m