"Ibu Saras. Kenapa membiarkan Arum melakukan hal itu sendirian? Semua itu tidak akan membuktikan apa pun. Entah apa yang dia lakukan, Romo tidak akan pernah memberikan restu itu. Romo sudah sering mengatakan kepadaku saat di Yogyakarta. Walaupun nyawanya sudah terlepas dari jasadnya, dia tetap tidak akan memberikan restu itu. Dia terus mempertahankan kasta yang sudah ditetapkan oleh leluhurnya sejak dulu. Jika Ibu membiarkan Arum, maka sama saja Ibu membuat Arum dalam bahaya. Kita harus mencarinya. Aku tidak akan pernah membiarkan Arum dalam bahaya. Karena Pandu sudah memberikan pesan kepadaku barusan. Kita harus mencari dan menolongnya, Ibu," ucapan Ardi membuat Saras akhirnya menganggukkan kepala.Saras menolehkan pandangan ke arah Selena dan memegang kedua pundak wanita blasteran Inggris itu. "Beritahu Wojo tentang apa yang dilakukan oleh Arum. Hanya dia dan Ardi yang bisa membantu Arum untuk menyelesaikan masalah di luar sana. Mungkin saja Wojo bisa mencari Joko yang menghilang de
Saras semakin resah dia tidak percaya Arum tetap saja masuk ke dalam hutan itu untuk menyelamatkan Joko yang belum tentu berada di sana. Bahkan dia berjalan kaki untuk menuju ke sana. "Kita harus menyusul Arum, Ardi. Bukankah kita bisa menaiki mobil untuk menuju ke sana?" tanya Saras membuat Ardi menganggukkan kepala."Kita akan mencari Arum. Ibu tenang saja," jawabnya. Dia kemudian segera berjalan ke dalam mobil diikuti oleh Saras, Selena, dan Mawar yang masih saja cemas."Apa yang dikatakan oleh dia, apakah memang benar? Arum masuk ke dalam hutan itu?" tanya Selena menatap Ardi dalam tegang. Sementara Ardi menjalankan mesin mobil, dan hanya menjawab dengan menganggukkan kepala."Kenapa Arum seperti itu? Dan, kenapa aku harus membiarkannya? Seharusnya kau juga harus mencegahnya, Ibu. Dia tidak bisa berangkat ke sana sendirian. Itu terlalu berbahaya. Semoga saja mobil ini bisa melewatinya dengan cepat, karena di sana penuh dengan batu. Bisa merusak ban mobil kamu." "Tidak masalah ba
Sabrina sudah melayangkan tangannya. Dia siap untuk menghabisi Arum saat itu juga. Walaupun beberapa pesuruhnya mengamati dengan cukup serius. Mereka semua tidak ingin Sabrina menghabisi Arum. Salah satu dari mereka segera menahan tangan Sabrina. Membuat wanita itu sangat kesal. "Hentikan Nona Sabrina. Jangan pernah melakukan tindakan yang sangat tidak masuk akal. Aku akan menuruti semua keinginan Anda, Nona Sabrina. Tapi aku tidak bisa jika Anda akan menghabisi seorang di sini. Itu sama saja kau sudah menjerat kami ke dalam jalur hukum. Kami tidak bisa membiarkannya.""Aku adalah atasanmu dan kau bukan siapa-siapa! Sekarang lepaskan dan jangan membuat aku semakin marah, dan akhirnya memecatmu. Sekarang, biarkan aku membunuh wanita sialan ini dengan tanganku sendiri. Karena aku tidak akan pernah membiarkan dia mengambil sesuatu yang sangat aku inginkan!""Sabrina, dengarkan. Kau menginginkan aku? Yah, ambil nyawaku sebagai gantinya. Tapi jangan dengan Arum. Dia tidak bersalah dalam m
Mereka tidak percaya Romo dan keluarga Sabrina sudah berada di sana. Romo menatap Arum dengan tatapan menghina seperti biasanya. Dia masih bersikeras jika Arum bukan wanita yang cocok untuk anaknya.Kali ini Arum mengangkat wajahnya dan tidak akan pernah menunduk dalam takut. Dia akan menghadapi semuanya. Dia akan menunjukkan, jika dia benar-benar sangat mencintai Pandu dan hanya ingin memberikan kebahagiaan padanya."Untuk apa Romo ke sini? Bukankah sudah jelas, saya tidak akan pernah berpisah dengan Mas Pandu. Kami sudah ditakdirkan bersama. Sebesar apa pun dinding pemisah itu, akan kamu terjang. Kami tidak akan pernah menyerah," ucap Arum dengan cukup tegas."Di mana Sabrina. Kalian pasti tahu di mana Sabrina berada. Dia sudah hilang sejak dari tadi. Kalian pasti sudah membuat dia pergi. Kalian sangat membencinya. Siapa lagi yang bisa melakukan hal itu, kecuali kalian," ucap Romo yang sangat menohok. Membuat Ardi menahan amarahnya.Arum ingin sekali berteriak dan membentak Ayah Pan
"Apakah kau akan seperti itu jika bertemu dengan ayahmu sendiri? Atau kau sudah lupa jika memiliki keluarga?" kata Romo dengan nada yang tegas, membuat Pandu menundukkan kepala. Bagaimanapun juga dia harus menghormati kedua orang tuanya."Kami tidak sengaja melewati kantor polisi ini, anakku. Lalu, kita mampir dan ingin melihat keadaanmu. Ibu sangat cemas denganmu," ucapnya kemudian memeluk Pandu. Dia mendekati daun telinga Pandu dan berbisik, "Aku sudah berada di rumah Arum. Dia baik-baik saja. Sekarang kau jangan cemas. Aku tahu kau sebelumnya cemas melihat dia keluar dari ruangan persidangan itu. Ibu terus mengamatimu. Sekarang tersenyumlah, dan jangan memikirkan suatu hal yang sangat berat." Nyai melerai pelukannya dan memandang Pandu dengan senyuman bahagia. Hati Pandu sangat lega. Dia terus menarik napas berkali-kali, kemudian menatap ibunya. Dia membalas senyuman yang sangat dia rindukan."Aku tidak bisa berkata apa. Yang aku bisa katakan Pandu sangat bersyukur memiliki seora
Waktu berlalu dengan cepat. Persidangan pun dimulai. Kali ini Sabrina datang dengan sangat semringah. Dia terus tersenyum mengamati semua orang. Membuat Arum sudah pasrah. Dia tidak akan pernah melihat Pandu terbebas, dan terlepas dari semua tuduhan yang sudah menderunya. Namun, kini Arum hanya bisa melihat bagaimana nanti Pandu dengan nasibnya hari ini.Kedua mata Arum kembali melebar ketika Pandu memasuki ruangan dan melambai ke arahnya. Mereka saling menatap walaupun dari kejauhan. Kerinduan meluap begitu saja. Walaupun hanya dengan pandangan, mereka terus saling memandang dengan tatapan hangat. Ingin sekali mendekat dan memeluk satu sama lain. Mengungkapkan perasaan cinta, serta bersentuhan. Tapi apalah daya. Semua itu tidak bisa dilakukan."Apa yang harus aku lakukan melihat suamiku seperti ini? Bahkan dia bisa saja di penjara selama belasan tahun. Tetapi aku akan tetap menunggunya. Walaupun kulitku nanti akan berkerut. Aku akan hidup selamanya, sampai kapanpun. Sampai maut memis
Kesaksian Joko membuat semua yang berada di dalam persidangan makin terkejut. Terutama Pandu bisa tersenyum mendengar pernyataan Joko dengan jelas. Dia sudah mengatakan kebenaran yang seharusnya diketahui oleh semua orang. Kini dia tidak akan pernah tersudut kembali dengan semua tuduhan palsu yang sudah ditetapkan kepadanya. Apalagi Arum semakin tersenyum, bahkan meneteskan air mata bahagia mendengar pengakuan Joko yang bisa membebaskan Pandu. Dari jeratan hukum yang bisa membuatnya sangat sengsara berada di dalam penjara selama puluhan tahun.Pengacara Sabrina tidak terima. Dia melakukan keberatan kepada hakim karena Joko tidak memiliki bukti apa pun dengan pernyataannya barusan."Pak Hakim. Saya keberatan. Dia tidak memiliki bukti dan itu hanya keluar dari mulutnya. Bisa saja dia mendapatkan tekanan dan sogokan untuk memberi pengakuan palsu kepada semua orang," ucapnya dengan tegas membuat Joko berdiri, membuktikan hasil tes kehamilan Sabrina yang sudah dia dapatkan saat mengantar S
Sarman mengangkat tangannya. Dia akan menyerang Joko yang masih saja bersaksi di tengah persidangan. Bahkan jalannya yang sangat cepat, tidak bisa membuat beberapa polisi mencegahnya.Wojo spontan mengarahkan tangannya kepada beberapa pesuruh yang masih duduk di belakangnya, untuk segera mendekat. Dengan cepat pesuruh itu berlari dan mencegah Sarman. Namun, Sarman terus meronta."Hentikan! Aku tidak akan pernah membuat dia bebas. Padahal kami sudah memberikan yang terbaik kepadanya. Kehidupan dan semuanya. Dia sudah menjadi pengkhianat dan tidak pantas untuk hidup!" teriak Sarman semakin kencang. Membuat semua semakin resah. Pandu tidak ambil diam. Dia juga berdiri dan berlari mendekati Sarman. Kemudian berusaha untuk melepaskan pistol yang berada digenggamannya.Sarman terus meronta. Beberapa polisi dan pesuruh Wojo sedikit menghindar karena Sarman terus mengarahkan pistol itu. Mereka sangat takut jika terkena lesatan pelurunya."Jangan pernah melakukan ini, Tuan. Anda akan mendapatk