Share

Nama Lain Dihati Suamiku

Refan hanya terdiam tak memberikan tanggapan mengenai pernyataan Elmira. Pada kenyataannya memang benar, bahwa dia tidak ada yang dapat menggantikan posisi Hanum dalam hidupnya. Entah diganti dengan wanita cantik seperti apapun, Hanum sudah menempati hati terdalamnya dan sebelah hatinya pun ikut mati bersama kepergian Hanum.

“Kenapa masih terdiam di sana? Aku bertanya di mana tempat tidurku.”

Refan berjalan ke sebelah kanan tidak jauh dari kamarnya, hanya terhalang oleh perpustakaan pribadi milik Hanum ada kamar tamu di sana. Dia menunjukkan kamar itu kepada Elmira dan mempersilahkan Elmira istirahat.

“Ada pakaian juga di dalam, kamu bisa gunakan sementara sebelum sopir mengantarkannya ke sini.”

“Apakah itu pakaian milik Hanum?”

Refan tidak memberikan jawaban, dia kembali diam. Sengaja memang baju itu tidak disingkirkan, tapi keluarga memintanya untuk menyimpan di kamar tamu agar tidak membuat Refan terus teringat istrinya.

“Nama itu sudah ada di sini, jadi kurasa tidak akan mudah bagi siapapun masuk dan menempatinya selayaknya kamu menempatkan dia di dalamnya,” ucap Elmira seraya beranjak masuk kamar.

Sementara Refan masih terpaku di ambang pintu, tak tahu harus berbuat apa setelahnya. Dia menyadari ini akan menyakiti hati istri barunya, tetapi dia tidak bisa berbohong akan perasaan terhadap Hanum dan arti pernikahan dirinya dengan Elmira.

[Bos, ada masalah di kantor. Tolong segera datang, sebab klien tidak mau bicara dengan kami selain bertemu Bos]

Pesan masuk dari Angga, salah satu orang kepercayaan Refan yang tak lain juga teman dekatnya. Mendapatkan pesan tersebut Refan memutuskan berangkat ke kantor saat itu juga. Tidak lupa dia menyampaikan pesan kepada asisten tangganya agar membaritahu Ruhi bahwa dia pergi bekerja.

Refan juga meminta Angga menjemput, sebab di sudah lelah seharian membawa mobil. Tentu saja dengan senang hati Angga menjemputnya.

“Jadi, bagaimana sekarang setelah memilih istri lagi?” goda Angga saat keduanya melakukan perjalanan menuju kantor.

“Apanya yang bagaimana? Kamu tahu bahwa aku tidak mencintainya? Hanya Hanum wanitaku satu-satunya.”

“Kalau ternyata suatu saat kamu mencintainya? Bagaimana?”

“Itu tidak mungkin! Aku dengannya sudah membuat sebuah perjanjian bahwa aku tidak akan menyentuhnya, aku akan biarkan dia menjadi seorang gadis, agar tidak membuatnya semakin menderita jika suatu saat kita tidak bisa mempertahankan pernikahan.”

Angga hanya menggelengkan kepalanya, dia tidak mengerti dengan isi kepala Refan. Bagaimana bisa dia membuat pernikahan seolah hanyalah sebuah hitam di atas putih. Bahkan dia akan terus menyembunyikan status pernikahannya dengan Elmira.

Usai keduanya tiba di kantor, Refan segera menemui klien yang ingin menemuinya secara langsung. Sebagai pemilik perusahaan  fashion yang cukup terkenal baik secara kualitas dan juga kuantitasnya, tentu saja Refan tidak ingin mengecewakan klien. Apalagi busana yang sedang dirancang kali ini khusus untuk pernikahan salah seorang anak pejabat, tentu tidak ingin ada satu hal pun celah dan harus benar-benar sempurna.

Seorang design muda bernama Annie memberikan rancangan busananya menemani Refan menemui klien. Dia juga menjelaskan mengenai kelebihan dari gaun yang dibuatnya. Setelah berdiskusi cukup dan ada beberapa perubahan diminta oleh klien, keduanya mengakhiri pertemuan dengan sebuah kesepakatan.

“Padahal kalaupun harus bertemu dengan Annie saja sudah cukup, memang dasar saja dia mencari perhatianmu dasar perempuan gila.”

“Memang kenapa? Pesona duda keren ini membuat banyak wanita tergila-gila, haha.”

“Oke akan kuakui itu, tapi kamu juga harus ingat agar tidak menyakiti hati perempuan. Kalau kamu tidak berniat untuk hidup bersamanya, lalu kenapa tetap bertahan? Itu namanya kamu menyiksa batinnya.”

“Dia yang mau bertahan, kok. Jadi bukan salahku.”

“Iya, tapi ‘kan itu tidak adil untuknya.”

“Cukup, tidak bahas dia di kantor. Oh iya, urusan kita sudah selesai, aku pulang sekarang. Anak-anak pasti mencariku.”

Angga kembali mengantarkan Refan pulang. Dia juga tidak begitu bersemangat bekerja hari ini. Setelah kepergian ke Bandung banyak hal terjadi dan memang dia kurang istirahat, saat ini dia ingin segera pulang dan rehat agar besok bisa kembali ke kantor.

Refan disambut oleh Elmira dari balik pintu, tidak seperti biasanya. Dia tampak bingung, ke mana kedua asisten rumah tangga yang biasa membukakan pintu untuknya.

“Kemana Mbak Yuni? Kenapa kamu yang buka pintu?”

“Memangnya tidak boleh, kalau istrimu membukakan pintu?”

“Aku tidak mengatakan bahwa aku melarangmu. Di mana anak-anak?”

“Mereka sedang main di koridor atas. Kamu sudah makan? Aku siapkan makananmu ya?”

“Tidak perlu, aku belum lapar, nanti saja.”

Refan tidak peduli dengan Elmira, seperti Wwwyang dilakukan oleh dia sebelumnya. Sekali kali, dia mengecewakan wanita yang terus berusaha memberikan pelayanan terbaik untuknya. Tak peduli dia sikap kecewa istrinya, dia memilih menemui kedua anaknya.

“Nak, kamu gadis yang baik. Sebelumnya Refan tidak pernah bersikap seacuh ini, tapi dia banyak berubah usai istrinya. Kamu harus sabar ya, semoga kelak dia akan menerima kamu.”

“Aku tidak akan banyak memberikan harapan untuk diriku sendiri, Mbak. Refan tidak bisa menerimaku karena cintanya hanya untuk Hanum.”

“Nak, jangan berkecil hati, Refan itu manusia biasa dia akan berubah suatu hari nanti. Sebagai seorang istri cukuplah kamu berdoa meminta yang terbaik untuk pernikahan kalian. Kalian masih muda, perjalanan masih sangat panjang.”

Elmira hanya mengangguk pelan, dia berjalan menuju koridor di lantai dua menemui kedua anaknya. Pemandangan itu memang sangat indah, tapi Elmira merasa sedih karena tidak bisa membuat lelaki yang menikahinya itu menerima dirinya.

“Bunda...” Ruhi memanggil dengan bahagia seraya menyambut tangan Elmira.

“Ayo bergabung! Aku sedang bermain dengan Ayah. Sekarang tuan putri sudah memiliki ibu lagi. Ini Ayah, aku, adik dan juga Bunda.”

“Ruhi, sudah sore. Waktunya mandi, temui Mbak Meli,” pintu Refan.

“Tunggu, Nak. Bagaimana kalau Bunda yang mandikan? Mbak lagi nungguin adek.”

“Asyik, aku mandi dengan Bunda.”

Ruhi tampak senang dengan penawaran Elmira. Selama ini Hanum memang sibuk bekerja dan sering tidak ada waktu bersama anak-anaknya, tapi kali ini dia senang memiliki yang punya banyak waktu dengannya.

Usai memandikan Ruhi, Elmira juga memandikan Calista. Dia tampak telaten, meski masih meminta Mbak Meli yang ajarkan.

“Jangan kamu pikir dengan melakukan ini akan membuatku tertarik dan menerimamu,” ucap Refan sebelum berlalu meninggalkannya.

“Meskipun hatiku kamu patahkan berulang kali, akan kuperjuangkan pernikahan ini sampai aku lelah untuk berjuang,” batin Elmira.

Usai menyelesaikan tugasnya, dia masuk ke dapur menemui Mbak Yuni yang sedang menyiapkan makan malam. Dia tetap berusaha melakukan pekerjaan itu meskipun Refan tidak menyukainya.

“Sudah, biar Mbak saja yang melakukan ini.”

“Aku hanya ingin membantu, lagi pula aku sudah menikah dan hal ini harusnya aku lakukan.”

“Seharusnya Refan melihat ketulusan ini darimu, Nak. Tapi, kalau suatu saat kamu lelah, kamu boleh memilih pergi. Kamu juga layak bahagia.”

“Emh, iya Mbak. Aku sendiri tidak tahu akan berapa lama lagi bertahan dengannya. Hanya saja...”

“Hanya saja, apa?”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status