Share

bab 7

Penulis: Lotus putih
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 09:04:39

Bagi Mey Yan, sebuah kehadiran yang menyelamatkannya dari kesendirian.

Suatu sore, Jinhai membawakan Mey Yan sebuah buku dengan sampul yang tampak tua. “Ini mungkin bisa membantumu,” katanya sambil menyerahkan buku itu padanya.

Mey Yan membuka buku itu dan melihat bahwa isinya adalah tentang strategi bisnis dan manajemen. “Terima kasih, Jinhai. Ini pasti sangat berguna,” ujarnya dengan tulus.

“Jangan hanya berterima kasih. Kau harus berhasil, Mey Yan. Aku yakin kau bisa,” balas Jinhai dengan senyuman penuh semangat.

Namun, kedekatan mereka tidak luput dari perhatian Duke Zhao. Suatu malam, ketika Mey Yan baru saja pulang dari pertemuannya dengan Jinhai, dia mendapati Duke Zhao menunggunya di ruang tamu. Tatapan pria itu terlihat lebih tajam daripada biasanya.

“Ke mana saja kau?” tanyanya dengan nada yang lebih menuntut daripada biasanya.

Mey Yan merasa ada sedikit getaran dalam suaranya, tapi dia mencoba untuk tetap tenang. “Aku bertemu dengan seorang teman. Dia membantuku mempelajari beberapa hal tentang bisnis,” jawabnya jujur.

“Seorang teman?” Duke Zhao melipat tangannya di dada, alisnya terangkat. “Laki-laki?”

“Namanya Jinhai. Dia seorang teman lama yang kebetulan memiliki pengalaman dalam bisnis. Aku hanya ingin memanfaatkan waktuku sebaik mungkin dan belajar sebanyak mungkin,” Mey Yan menjelaskan tanpa ragu.

Duke Zhao terdiam sejenak. Ada kilatan emosi di matanya yang sulit diartikan. “Hati-hati, Mey Yan. Jangan sampai kau terlibat terlalu jauh. Ingat, kau adalah istriku,” katanya sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan, seolah-olah itu adalah peringatan sekaligus pengingat.

Setelah percakapan itu, Mey Yan menyadari bahwa mungkin ada secercah kecemburuan dalam nada bicara suaminya. Meskipun demikian, dia tetap berusaha fokus pada tujuan utamanya: membuktikan dirinya mampu dan layak mendapatkan tempat dalam hidup Tuan Muda Xu, bukan hanya sebagai istri yang tinggal di rumah, tapi sebagai mitra yang dapat diandalkan.

Mey Yan tahu, perjalanan ini masih panjang dan banyak halangan yang mungkin akan menghadangnya. Namun, dengan dukungan Jinhai dan sedikit demi sedikit perhatian yang mulai tumbuh dari Duke Zhao, dia merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, ada harapan bagi mereka untuk menemukan jalan kembali satu sama lain.

Setelah percakapan mereka yang terakhir, Duke Zhao mulai memperhatikan hal-hal kecil yang sebelumnya luput dari perhatiannya. Dia melihat perubahan pada Mey Yan—bagaimana dia lebih sering terlihat sibuk dengan buku-buku dan dokumen-dokumen bisnis di ruang kerjanya, bagaimana dia mulai mengatur waktu dan kegiatan rumah tangga dengan lebih teratur, dan bahkan bagaimana dia berbicara dengan lebih percaya diri. Perubahan ini membuatnya mulai merasa penasaran.

Suatu pagi, Duke Zhao kembali menemukan Mey Yan di ruang kerja, duduk dengan beberapa lembar kertas yang tampak berantakan di atas meja. Dia terlihat begitu fokus hingga tidak menyadari kehadiran suaminya di ambang pintu. Duke Zhao melangkah mendekat dengan perlahan, membuat Mey Yan tersentak sedikit ketika dia mendengar suaranya.

“Kau benar-benar serius mempelajari semua ini, ya?” tanyanya dengan nada datar namun mengandung sedikit rasa ingin tahu.

Mey Yan menatap suaminya sejenak sebelum tersenyum tipis. “Ya, aku ingin tahu lebih banyak tentang bisnis keluarga ini. Aku merasa sudah saatnya aku berkontribusi lebih banyak.”

“Sejak kapan kau tertarik pada hal seperti ini?” Duke Zhao bertanya, kali ini dengan pandangan yang lebih lekat.

“Sejak aku merasa bahwa menjadi istri yang hanya tinggal di rumah tidak cukup. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan, bukan hanya seseorang yang selalu menunggu,” jawab Mey Yan dengan suara yang tegas namun lembut. Ia menatap suaminya, berharap dapat membaca sedikit emosi di balik ekspresi datarnya.

Duke Zhao terdiam, tampak berpikir sejenak. “Kalau begitu, mungkin kau bisa mulai dari sesuatu yang sederhana,” katanya sambil menyodorkan beberapa dokumen kepadanya. “Ini laporan keuangan dari salah satu anak perusahaan. Kau bisa mencoba memahaminya. Jika ada yang tidak kau mengerti, kau bisa bertanya padaku.”

Mey Yan terkejut, namun dengan cepat mengambil dokumen-dokumen itu. “Terima kasih, aku akan mencoba,” jawabnya penuh semangat. Ini adalah pertama kalinya Duke Zhao memberinya tugas secara langsung, dan meskipun tugas itu mungkin kecil, bagi Mey Yan ini adalah langkah besar.

Sejak saat itu, hubungan mereka mulai berubah secara perlahan. Setiap malam, ketika Duke Zhao pulang, Mey Yan akan duduk bersamanya di ruang kerja dan berbagi tentang apa yang sudah dia pelajari. Kadang-kadang, mereka terlibat dalam diskusi yang serius, kadang hanya percakapan ringan. Meskipun interaksi mereka masih jauh dari hangat, ada kemajuan yang terasa. Setidaknya, keheningan yang sebelumnya selalu menyelimuti rumah mereka mulai terkikis.

Pada suatu sore, saat Mey Yan sedang meninjau ulang laporan keuangan yang diberikan padanya, dia mendapati beberapa kesalahan kecil dalam pencatatan. Dia ragu-ragu sejenak sebelum memutuskan untuk mengangkat hal ini kepada Duke Zhao. Saat suaminya pulang, dia menunggu kesempatan untuk berbicara.

“Duke, aku menemukan beberapa kesalahan dalam laporan ini,” kata Mey Yan ketika mereka duduk di ruang makan bersama. Dia memberikan dokumen itu kepada suaminya dan menunjuk bagian yang ia maksud.

Duke Zhao mengambil dokumen tersebut dan memeriksanya dengan seksama. Raut wajahnya berubah sedikit ketika dia menyadari bahwa Mey Yan benar. “Ini memang kesalahan yang terlewatkan,” ujarnya sambil menatap Mey Yan. “Kau memiliki mata yang tajam. Baiklah, aku akan mempercayakan laporan-laporan ini padamu mulai sekarang.”

Ucapan itu, meskipun singkat, membuat hati Mey Yan melompat senang. Ini adalah pengakuan pertama dari suaminya terhadap usahanya selama ini. Walaupun tidak diungkapkan secara langsung, dia merasa ada sedikit penghargaan dalam nada bicara Duke Zhao.

Namun, bukan berarti semuanya berjalan mulus. Ada saat-saat di mana Mey Yan merasa putus asa, terutama ketika dia menghadapi masalah yang sulit dan tidak tahu harus berbuat apa. Di saat seperti itu, dia masih sering menemui Jinhai untuk meminta nasihat. Jinhai selalu bersedia membantu, dan setiap kali bertemu dengannya, Mey Yan merasa mendapatkan suntikan energi baru, seolah energinya tak pernah terkuras.

Kabar mengenai kedekatan mereka akhirnya sampai juga ke telinga Duke Zhao. Namun, bukannya menunjukkan tanda-tanda cemburu, dia malah semakin tertarik untuk mengetahui apa yang sebenarnya mendorong Mey Yan berubah. Rasa penasaran ini membuatnya diam-diam mengamati istrinya dengan lebih seksama. Dia mulai memperhatikan senyum kecil yang muncul di wajah Mei Yan saat dia menyelesaikan suatu tugas, atau bagaimana matanya berbinar ketika bercerita tentang sesuatu yang baru saja dia pelajari.

Suatu hari, ketika mereka sedang bersama di ruang kerja, Duke Zhao tiba-tiba bertanya, “Temanmu, Jinhai… sepertinya dia banyak membantumu. Apakah dia yang membuatmu tertarik pada dunia bisnis?” Wajah nya datar saja tanpa ekspresi.

Bab terkait

  • MENAWAR TAKDIR    bab 8

    Mey Yan terkejut mendengar nama Jinhai disebut. “Tidak, sebenarnya tidak. Keinginan untuk berubah datang dariku sendiri. Jinhai hanya memberikan dorongan dan bantuan saat aku membutuhkannya,” jawab Mey Yan dengan jujur.Tuan Muda Xu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. “Jadi, apa yang sebenarnya ingin kau capai, Mey Yan?”Pertanyaan itu membuat Mey Yan terdiam sejenak. Dia menatap suaminya dengan serius, lalu berkata, “Aku ingin mendapatkan tempatku di sisi suamiku. Bukan hanya sebagai seorang istri yang berada di belakang, tetapi sebagai mitra yang dapat dipercaya. Aku ingin menjadi seseorang yang bisa kau andalkan, baik dalam kehidupan maupun urusan kerajaan.”Jawaban Mey Yan membuat Duke Zhao terdiam. Dia tidak menyangka istrinya memiliki ambisi sebesar itu. Meskipun begitu, dia tetap menjaga wajahnya agar tidak menunjukkan terlalu banyak emosi. “Kita lihat saja,” jawabnya singkat sebelum beranjak pergi.Meski jawabannya singkat dan datar, Mey Yan merasa ada harapan. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • MENAWAR TAKDIR    bab 9

    “Saya dengar, Duchess, Anda sering bertemu dengan teman lama Anda, Tuan Jinhai,” kata Li dengan nada santai namun menyiratkan sesuatu. “Saya harap Anda tidak melibatkan orang luar dalam urusan istana. Itu bisa berbahaya, Anda tahu.”Mey Yan menatap Li dengan tatapan tegas, tidak terpengaruh oleh sindiran itu. “Saya tidak akan melakukan sesuatu yang membahayakan istana. Tujuan saya hanya untuk memastikan semuanya berjalan sesuai aturan.”Wakil Menteri Li tersenyum tipis, tetapi senyum itu tidak sampai ke matanya. “Baiklah, saya hanya ingin memastikan. Sebagai bagian dari keluarga Zhao, tentu Anda tahu bahwa menjaga nama baik kerajaan adalah prioritas utama.”Pertemuan itu membuat Mey Yan semakin yakin bahwa Li memang terlibat dalam penyimpangan yang terjadi. Dia pun memutuskan untuk mempercepat penyelidikannya dan mengumpulkan bukti yang cukup untuk dihadapkan kepada suaminya. Namun, di sisi lain, dia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa rumor tentang dirinya dan Jinhai bisa menimbulkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • MENAWAR TAKDIR    bab 20

    “Aku tidak bercanda,” balas Mey Yan tegas. “Kami memiliki bukti yang cukup untuk menunjukkan adanya penyimpangan. Jika kau merasa tidak bersalah, kau seharusnya tidak keberatan membantu kami menyelidikinya lebih lanjut.”Li tampak mulai kehilangan kendali. Dia berdiri dari kursinya, wajahnya memerah karena marah. “Kau berani menuduhku tanpa bukti yang jelas? Ini bisa disebut pencemaran nama baik!” suaranya meninggi, menarik perhatian beberapa karyawan di luar ruangan yang kini mulai melirik ke arah mereka.Duke Zhao mengangkat tangannya, memberi isyarat agar Li tenang. “Kita tidak sedang menuduhmu, Li. Kita hanya ingin memastikan bahwa semuanya berjalan sesuai prosedur. Jika memang tidak ada yang salah, maka kau tidak perlu khawatir.”Li akhirnya menghela napas dan duduk kembali, tetapi ekspresinya masih tidak bisa menutupi kegelisahannya. “Baiklah, aku akan bekerja sama. Tapi ingat, Zhao, aku sudah bertahun-tahun bekerja untuk perusahaan ini. Tidak mungkin aku melakukan hal seperti i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • MENAWAR TAKDIR    bab 11

    Namun, Mey Yan menolak tenggelam dalam rasa sepinya. Ia teringat kembali pesan ibunya sebelum meninggalkan rumah. "Seberapa pun sulit hidupmu nanti, jangan menyerah. Jangan biarkan siapa pun menghancurkan semangatmu." Kata-kata itu kini terasa lebih nyata daripada sebelumnya. Ia menarik napas panjang dan bangkit dari tempat tidur. Ia memutuskan untuk keluar, berjalan di taman belakang yang luas.Langkahnya terhenti saat melihat seorang pelayan sedang memetik bunga-bunga di dekat kolam. Wanita paruh baya itu terlihat akrab, dengan wajah yang lembut namun tampak lelah. Mey Yan menghampirinya.“Apakah ada bunga yang sedang bermekaran?” tanyanya dengan lembut, mencoba membuka percakapan.Wanita itu sedikit terkejut dan buru-buru membungkuk hormat. “Nyonya muda, ada beberapa bunga camelia yang mulai mekar. Apakah Anda ingin saya memetikkan untuk Anda?”Mey Yan menggelengkan kepala. “Tidak perlu. Saya hanya ingin melihat-lihat saja.” Ia melirik ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12
  • MENAWAR TAKDIR    bab 12

    Mey Yan menundukkan pandangannya, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang mulai muncul di wajahnya. Tuan Zhao berhenti sejenak, matanya memeriksa ekspresi istrinya dengan sorot yang sulit ditebak. "Dia hanya teman lama," ujar Tuan Zhao, seakan menyadari keraguan yang mungkin ada di hati Mey Yan. Namun, nadanya datar, tidak menunjukkan penjelasan lebih lanjut. Mey Yan mengangguk pelan, berusaha menampilkan senyuman meskipun hatinya masih dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. “Oh, tentu saja. Aku tidak bermaksud ingin tahu,” jawabnya lirih. Tuan Zhao tidak menjawab. Ia hanya memandangnya beberapa detik lebih lama sebelum akhirnya berjalan melewatinya menuju ruang kerjanya. Pintu ruang kerja itu tertutup pelan di belakangnya, seakan menutup juga semua perasaan yang berusaha Mey Yan sembunyikan. Malam itu, Mey Yan duduk sendirian di kamarnya. Pikirannya kembali ke kedekatan Tuan Zhao dengan wanita tadi. "Apa dia seseorang yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • MENAWAR TAKDIR    bab 13

    Malam itu, Mey Yan merenung cukup lama di kamarnya. Pikirannya terus bergulat antara rasa bahagia yang perlahan tumbuh dari perhatian-perhatian kecil Tuan Zhao, dan kekhawatiran yang timbul dari kehadiran wanita asing itu. Ia tak ingin terburu-buru berprasangka, namun bayangan kedekatan mereka sulit diabaikan.Keesokan harinya, Mey Yan memutuskan untuk bersikap seperti biasa. Ia menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan di taman dan ruang rumah, mencoba melupakan perasaan tidak tenang yang menghantui pikirannya. Namun, ketika ia sedang merapikan ruang tengah, ia dikejutkan oleh suara langkah Tuan Zhao yang menghampirinya.“Kau tampak lebih ceria akhir-akhir ini,” kata Tuan Zhao, mengamati wajah Mey Yan. “Apakah karena taman itu?”Mey Yan tersenyum kecil, mengangguk sambil berkata, “Taman ini memang sangat menenangkan. Tapi… mungkin bukan hanya itu.” Ia menahan diri untuk tidak mengungkapkan bahwa salah satu alasannya adalah perhatian yang mulai Tuan Zha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • MENAWAR TAKDIR    bab 14

    Waktu berlalu begitu cepat…Kata-kata itu membuat Mei Yan semakin curiga. Apakah informasi yang diberikan Xu Li memiliki kaitan dengan keselamatan Zhao? Ia ingin bertanya lebih jauh, namun Xu Li berbalik dan menatapnya tajam. "Kau tahu, Mei Yan, bukan hanya para prajurit yang berperang di medan tempur. Kadang, orang-orang di belakang layar juga memainkan peran penting. Itu saja yang perlu kau ketahui."Merasa tak mendapatkan jawaban yang memuaskan, Mei Yan memutuskan untuk tidak memaksa. Ia mengucapkan terima kasih kepada Xu Li dan berpamitan. Namun, perasaannya saat meninggalkan rumah itu semakin tak menentu. Mungkinkah Xu Li memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap keberangkatan Zhao daripada yang ia bayangkan?Beberapa hari kemudian, Zhao kembali ke rumah lebih awal dari biasanya. Kali ini, ia tampak lebih tenang dan tidak terburu-buru seperti biasanya. Setelah makan malam, mereka duduk di ruang tengah, dan Mei Yan merasa ini adalah saat yang tepat

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • MENAWAR TAKDIR    bab 15

    Dengan restu dari keluarga Zhao, Mey Yan segera mempersiapkan perjalanannya. Ia tidak tahu apa yang akan ia temukan di kamp militer, atau bagaimana Zhao XiJin akan menyambutnya. Tapi satu hal yang ia tahu, ia akan berada di sisinya. Meskipun Zhao XiJin mungkin tidak mengharapkan kehadirannya, Mey Yan telah memutuskan bahwa inilah saatnya ia berjuang untuk suaminya, sebagaimana suaminya berjuang di medan perang.Perjalanan ke kamp militer bukanlah perjalanan yang mudah. Mey Yan harus melewati jalan-jalan berbatu dan medan yang sulit. Namun, di sepanjang perjalanan, ia merasa hatinya semakin kuat. Ia tidak lagi hanya istri yang diam di rumah, melainkan seorang wanita yang siap menghadapi segala kemungkinan demi orang yang ia sayangi.Ketika ia tiba di kamp, suasana yang muram menyambutnya. Pasukan yang lelah dan luka-luka terlihat di mana-mana. Mey Yan segera menuju tenda perawatan di mana Zhao XiJin dirawat. Saat ia memasuki tenda, ia melihat Zhao XiJin sedang berbaring dengan mata ter

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15

Bab terbaru

  • MENAWAR TAKDIR    bab 44

    Mey Yan menghela napas panjang. Malam yang seharusnya memberi ketenangan justru menjadi saksi atas perasaannya yang bergejolak. Kata-kata Zhao terdengar tulus, tapi bayangan Lady Lin masih terukir jelas dalam benaknya. Apakah benar tidak ada yang terjadi di antara mereka? Ataukah ia hanya terlalu takut menerima kenyataan?Zhao menggenggam tangannya lebih erat, seolah tak ingin kehilangan kesempatan untuk meyakinkannya. “Aku tahu sulit bagimu untuk mempercayaiku sekarang, tapi aku ingin kamu melihat hatiku, Nyonya. Aku tidak akan pernah melukai perasaanmu dengan sengaja.”Mey Yan menatapnya, mencari sesuatu dalam sorot mata Zhao—kejujuran, ketulusan, atau mungkin hanya jawaban yang bisa menenangkan pikirannya. Namun, pikirannya tetap dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung menemukan kepastian.“Aku ingin percaya, Tuan,” katanya lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh hembusan angin malam. “Tapi hatiku masih takut.”Zhao terdiam, lalu mengangguk pelan. “Aku tidak akan memaksamu untuk memperc

  • MENAWAR TAKDIR    bab 43

    Setelah beberapa hari di ibu kota, Mey Yan mulai merasakan betapa beratnya beban yang harus ia pikul. Setiap langkah yang diambilnya terasa lebih berat dari sebelumnya, seperti ada banyak mata yang mengawasi, menilai, dan mungkin saja menunggunya untuk gagal. Istana yang dulu terasa begitu nyaman kini menjadi penjara bagi hatinya. Rasa cemas yang menggerogoti dirinya terus mengganggu, terutama setelah ia mendapatkan kabar bahwa ada kelompok yang berusaha menggulingkan kekuasaan kerajaan. Hal itu membuat situasi semakin tidak menentu, dan Mey Yan merasa seperti berada di tengah badai yang tak bisa ia hindari.Malam itu, setelah berhari-hari sibuk dengan berbagai urusan kerajaan, Mey Yan memutuskan untuk berjalan di sekitar taman istana. Angin malam yang sejuk berhembus, membawa aroma bunga-bunga yang masih mekar, namun tidak mampu mengusir kegelisahan yang menggelayuti pikirannya. Setiap bayangan di sekitar taman seolah menjadi sesuatu yang asing dan menakutkan. Tiba-tiba, langkahnya t

  • MENAWAR TAKDIR    bab 42

    Zhao masih memeluk Mey Yan dengan erat, seolah ingin menyatukan dua jiwa yang terpisah oleh jarak dan waktu. Mey Yan bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat, begitu jelas di telinganya. Ada sesuatu dalam pelukan itu yang membuat hatinya sedikit lebih tenang, namun keraguan yang masih mengendap tak bisa diabaikan begitu saja.“Mey Yan…” suara Zhao terdengar lagi, lebih lembut, namun ada penekanan dalam kata-katanya. “Aku tahu, ini tidak mudah. Aku tahu aku telah membuatmu merasa sepi dan terabaikan, dan itu adalah salahku. Tapi percayalah, tidak ada satu pun hal yang lebih penting bagiku selain dirimu.”Mey Yan menatap ke lantai, matanya mulai buram oleh air mata yang menunggu untuk jatuh. Ia ingin percaya, ia ingin sekali mempercayai kata-kata itu. Tapi hatinya terlalu rapuh untuk itu. Rasa takut yang tiba-tiba datang, keraguan yang begitu dalam, semua itu seakan-akan meruntuhkan segala usaha yang telah dilakukan Zhao untuk meyakinkannya.“Dan Lady Lin, Tuan?” Suaranya hamp

  • MENAWAR TAKDIR    bab 41

    Zhao berdiri di depan Mey Yan, memandangnya dengan tatapan penuh makna. Meski ia mencoba mengendalikan diri, ada perasaan cemas yang terpendam dalam hatinya. Ia tahu betapa berat perasaan Mey Yan saat ini, betapa banyak yang harus ia hadapi dan jelaskan. Namun, kata-kata tak selalu cukup untuk menyembuhkan luka yang ada.Mey Yan menunduk, matanya menyentuh tanah seakan mencoba menghindari tatapan Zhao. Beberapa saat yang lalu, saat pertama kali datang ke kamp, semuanya terasa jauh lebih sederhana. Perasaan yang ia miliki untuk Zhao begitu kuat, bahkan sebelum mereka menikah, tapi kenyataan ini terasa berbeda. Begitu banyak yang mengganggu pikirannya, termasuk kehadiran Lady Lin yang sering datang membawa hadiah dan makanan untuk para prajurit. Hatinya terasa tercabik-cabik, tak tahu apa yang harus ia percayai lagi.Zhao menghela napas panjang, mendekat sedikit, dan meraih tangan Mey Yan yang terkulai di sampingnya. “Aku tahu kau terluka, Mey Yan. Aku juga merasakannya. Tapi kita harus

  • MENAWAR TAKDIR    bab 40

    Mey Yan berdiri di balik pepohonan, tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Jantungnya berdebar kencang, tapi bukan karena perjalanan panjang yang baru saja ia tempuh. Apa yang dilihatnya kini—Zhao dan Lady Lin berdiri berdekatan, berbincang dalam suasana yang tampak akrab—membuat dadanya terasa sesak.Lady Lin tersenyum lembut, tatapannya tertuju pada Zhao dengan cara yang membuat hati Mey Yan bergejolak. Ia tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, tetapi cukup melihat gerak-gerik keduanya untuk merasakan sesuatu yang asing di dalam hatinya.Ragu, Mey Yan menggigit bibir bawahnya. Apakah ia harus maju dan memanggil Zhao? Atau haruskah ia tetap di tempatnya dan menunggu hingga mereka berpisah?Liang Hui yang berdiri di sampingnya tampak gelisah. “Nyonya…” bisiknya pelan, seolah ikut merasakan kebimbangan yang sama.Mey Yan menghela napas panjang. Ia tidak ingin berpikiran buruk, tetapi bagaimana mungkin ia bisa mengabaikan apa yang ada di depan matanya?Namun, sebelum ia semp

  • MENAWAR TAKDIR    bab 39

    Malam itu, Mey Yan duduk di beranda dengan segelas teh yang sudah mulai dingin di tangannya. Angin berembus pelan, membawa aroma bunga dari taman belakang. Biasanya, suasana seperti ini akan membuatnya tenang, tapi kali ini pikirannya terlalu penuh.Sejak mendengar tentang kedatangan Lady Lin yang semakin sering ke kamp militer, ia tidak bisa berhenti berpikir. Apakah benar semua ini hanya kebetulan? Atau ada sesuatu yang lebih dalam yang belum ia pahami?Liang Hui sudah kembali ke kamarnya setelah melaporkan hasil penyelidikan awalnya. Masih banyak yang belum jelas, tapi satu hal yang pasti—Lady Lin bukan sekadar wanita bangsawan yang gemar memberikan hadiah kepada para prajurit. Ia memiliki tujuan lain.Mey Yan menghela napas panjang. Ia mengangkat pandangannya ke langit yang gelap. Di kejauhan, bintang-bintang bertaburan, berkelap-kelip seperti harapan yang masih menggantung.“Tuan… apa kau baik-baik saja di sana?” gumamnya pelan.Ia merindukan Zhao. Sudah berbulan-bulan mereka ber

  • MENAWAR TAKDIR    bab 38

    Malam semakin larut, tetapi Nyonya Mey Yan masih terjaga di ruang kerjanya. Surat yang baru saja ia baca masih tergenggam erat di tangannya. Jika ia benar-benar pergi ke kuil tua di luar kota, ia harus memastikan segalanya dipersiapkan dengan matang.Ia tidak bisa membawa banyak orang, apalagi membuat pergerakannya terlalu mencolok. Jika ini jebakan, maka ia harus bisa keluar dari sana dengan selamat. Namun, jika ini adalah kesempatan untuk mengetahui siapa pengkhianat di dalam istana, maka ia tidak boleh menyia-nyiakannya.Mey Yan menatap ke luar jendela, menimbang berbagai kemungkinan.Liang Hui masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu dengan sopan. “Nyonya, apa yang ingin Anda lakukan?”Mey Yan menyerahkan surat itu kepadanya. Liang Hui membacanya dengan seksama, lalu mengerutkan kening.“Ini terlalu berisiko,” katanya tegas. “Tidak ada jaminan bahwa ini bukan jebakan.”“Aku tahu,” Mey Yan mengakui. “Tapi jika kita tidak bergerak sekarang, kita bisa kehilangan jejak pengkhiana

  • MENAWAR TAKDIR    bab 37

    Malam semakin larut, tetapi pikiran Nyonya Mey Yan tak kunjung tenang. Setelah pertemuan dengan Li Shen, semuanya terasa semakin berat. Konspirasi yang mereka ketahui bukan hanya mengkhawatirkan, tetapi juga membuktikan bahwa bahaya bisa datang dari berbagai arah.Pagi itu, Tuan Zhao bersiap kembali ke markas militer. Ia ingin memastikan semua persiapan matang jika sewaktu-waktu mereka harus bergerak cepat. Nyonya Mey Yan, meskipun khawatir, tidak berusaha menghalanginya. Ia tahu tanggung jawab Tuan Zhao jauh lebih besar dari sekadar berada di sisinya."Berhati-hatilah," ucap Nyonya Mey Yan lirih saat membantu membetulkan kerah jubah suaminya. Jemarinya sedikit gemetar, seolah takut ini adalah pertemuan terakhir mereka.Tuan Zhao menatapnya dalam, lalu menggenggam tangannya. “Aku akan baik-baik saja. Kau juga, jangan bertindak gegabah. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, segera beri tahu aku.”Nyonya Mey Yan mengangguk. Namun, hatinya dipenuhi kecemasan. Saat melihat sosok suaminya pe

  • MENAWAR TAKDIR    bab 36

    Malam semakin larut, tetapi pikiran Mey Yan terus berkecamuk. Setelah pertemuan mereka dengan Li Shen, semua yang terjadi terasa semakin berat. Informasi tentang konspirasi besar itu tidak hanya mengkhawatirkan, tetapi juga membuka mata mereka akan bahaya yang mengintai dari segala arah.Pagi itu, Zhao memutuskan untuk berangkat lebih dulu ke markas militer. Ia ingin memastikan semua persiapan sudah matang jika mereka harus bergerak cepat. Mey Yan tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya, tetapi ia tahu bahwa tanggung jawab Zhao jauh lebih besar daripada sekadar menjaga dirinya.“Berhati-hatilah,” ujar Mey Yan saat Zhao mengenakan jubahnya. Tangannya sedikit gemetar ketika membetulkan kerah Zhao, seolah takut ini adalah pertemuan terakhir mereka.Zhao tersenyum tipis, menggenggam tangan istrinya. “Aku akan baik-baik saja. Kau juga, jangan mengambil risiko terlalu besar. Jika ada sesuatu yang mencurigakan, beri tahu aku.”Mey Yan mengangguk, tetapi hatinya dipenuhi rasa cemas. Ketika

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status