Share

Ilmu Pengobatan

Penulis: Hare Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Hofat! Saya minta nama-nama mereka yang keluar dari kaki bukit ini!” ujar Hakya kemudian dengan berteriak saking marahnya.

“Iya, Guru,” jawab Hofat dengan segera. Karena semua orang pastinya begitu takut melihat ekspresi Hakya yang benar-benar menunjukkan aura dan kemarahan yang luar biasa.

“Beberapa orang tolong bantu saya ambilkan daun pucuk tiga yang banyak, kemudian beberapa orang juga buatlah ramuan dari daun itu dengan menumbuk setelah dicuci. Lalu balurkan ke luka teman-teman kita ini!” perintah Hakya yang segera dilaksanakan oleh murid-muridnya dengan patuh.

Hakya tidak bisa membayangkan kalau dia terlambat kembali ke kaki bukit, bisa-bisa dia banyak kehilangan nyawa para muridnya ini, karena mereka semua belum diberikan perbekalan tentang obat-obatan.

“Dua orang cari buah merah yang banyak, rebus dan nanti airnya diminumkan kepada yang mengalami luka. Bukan cuma yang luka parah, namun yang luka ringan juga ikut minum air itu sampai semua luka mengering dan sembuh!”

“Baik Gur
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kekurangan Anggota

    Saat ini Hakya benar-benar merasa bersyukur dengan keputusan Kanaya yang akhirnya menyadari dan tidak jadi ikut turun. Hakya tidak bisa membayangkan kalau waktu itu Kanaya terus ngotot minta ikut turun, dan pastinya dia akan sangat merasa ketakutan kalau melihat semua orang saat ini terluka.“Apakah selama ini mereka itu tidak menunjukkan kalau mereka tidak setia, dan hanya akan mengambil kesempatan saja?” tanya Hakya kepada Hofat dan Jirat, saat hari mulai gelap dan Hakya sedang duduk bersama dengan para pemimpin kelompoknya itu.Hakya juga tidak habis pikir dengan mereka yang selama ini bekerja begitu rapi, sehingga bukan hanya Hofat dan Jirat, bahkan Hakya sendiri yang tidak menyadari ada pengkhianat di dalam kelompok itu.“Bahkan selama ini mereka menjadi anggota yang sangat baik dan penurut. Juga mereka adalah termasuk ke dalam orang-orang yang sangat cepat menangkap setiap pelajaran yang Guru ajarkan,” jawab Jirat pelan dengan mata yang menerawang. Sepertinya Jirat benar-benar

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Ilmu Menaklukkan Air

    “Apakah semuanya sudah paham dengan obat-obatan yang beberapa waktu ini kita pelajari?” tanya Hakya kepada semua muridnya yang sudah berbaris rapi.Dua minggu setelah kedatangan Hakya di kaki bukit, semua anggota yang terluka sudah membaik. Mereka sudah bisa beraktifitas seperti sediakala. “Sudah, Guru!” teriak mereka serentak.Karena kejadian itu, mereka akhirnya menetap di pinggir sungai, karena mereka akan dilindungi oleh perlindungan double.Mereka menjadikan tempat itu sebagai tempat tinggal dan juga tempat latihan mereka. Dan sebelumnya mereka bekerja sama membersihkan tempat itu agar layak untuk mereka tinggali, dan mereka akan merasa nyaman tinggal disana.“Jangan lupa kalian ingat, jika memang terjadi sesuatu yang tidak terduga seperti kejadian waktu itu dimanapun kalian berada, kalau ada yang terluka gunakan tumbuhan-tumbuhan itu. Dan itu bukan tumbuhan khusus bukit ini. Mereka tumbuh dengan liar dimana saja,” pesan Hakya kepada para muridnya itu.“Hari ini kita akan mulai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Gerimis Mulai Turun

    “Kondisi kalian mesti stabil dan punya tekad yang kuat!” teriak Hakya memberikan arahan kepada semua anggota pelatihan itu.Bahkan semenjak Hakya kembali ke kaki bukit dengan suasana yang kacau balau itu, dalam meditasi-pun Hakya belum sempat untuk melihat Kayana. Padahal dia masih sangat merindukan sang istrinya itu, namun saat ini dia tidak memiliki waktu untuk itu. Dia harus menyelesaikan semuanya.“Konsentrasikan otak kalian, buang semua pikiran yang tidak penting. Dan fokus dengan jurus yang ada. Ingat hanya dengan setetes air kalian bisa menghancurkan para iblis dan juga kekuatan jahat!”Hakya dibantu oleh Hofat dan Jirat terus mengawasi semuanya, dan mereka berlatih dengan keras secara bergantian. Mereka membuat piket untuk tugas menyiapkan makanan saking mereka tidak ingin kehilangan waktu sedetikpun untuk latihan.“Sekarang giliran kalian berdua, dan harapannya kalian berdua lebih fokus daripada yang lainnya,” ujar Hakya kepada kedua pimpinan kelompok itu.“Siap, Guru!” jawab

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Kanaya Sakit

    “Hujan?” tanya Hakya yang seolah tidak percaya.Hakya mengucek matanya yang masih terasa sangat mengantuk, dia tidak percaya kalau dilur hujan.Dan memang benar saat Hakya keluar dari tenda, dia mendapati rintik yang terus turun dari langit, walaupun tidak deras.“Dewa, apakah ini bonus? Ataukah ini memang ada sesuatu yang terjadi?” tanya Hakya sambil menampung air hujan dengan tangannya.Hakya masih ingat, memang Dewa menjanjikan akan sesekali menurunkan hujan selama Hakya dan Kanaya sedang berusaha selama beberapa bulan ini. Namun, Hakya juga tidak paham, apakah memang itu pemberian Dewa ataukah memang Kanaya saat ini mulai hamil.“Tapi, kenapa hanya rintik? Kenapa tidak hujan deras?” tanya Hakya sambil bergumam. Dia terus memperhatikan hujan itu dari bawah tenda, dan terlihat beberapa anggota pelatihan tampak bermain hujan sambil latihan. Mereka sedang memanfaatkan tetesan hujan itu untuk memperdalam ilmu yang telah mereka terima. Hakya menyungging kan senyumannya melihat semangat

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Perang Dimulai!

    “Kok hujannya berhenti?”Terdengar teriakan dari seseorang yang berada di luar, membuat Hakya yang masih terdiam di tempatnya segera membuka matanya dan melihat keluar. Dan benar apa yang mereka katakan kalau hujan itu sudah berhenti dan saat ini hanyalah ada matahari yang bersinar dengan begitu garangnya.Hakya tertegun, dia seperti baru saja mengalami mimpi buruk. Padahal dia tahu itu bukanlah sebuah mimpi, tapi itu memang kedatangan Dewa yang marah kepadanya.Bahkan dia belum sempat mengatakan apapun Dewa sudah menyalahkannya dan pergi meninggalkannya, disaat yang bersamaan juga rintik hujan tiba-tiba berhenti.Hakya hanya bisa menghela nafas berat.“Kalian yang baru saja latihan di tengah hujan, sekarang bersihkan tubuh kalian dan istirahatlah. Sebentar kagi kita akan memulai latihan yang lainnya, dan mulai saat ini latihan kita akan sangat keras. Kalau kita sudah bisa semua, kita bisa memajukan rencana,” ujar Hakya kemudian.“Siap, Guru!” jawab mereka semua serentak.Hakya bertek

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Seraaaang!

    Mereka berjalan di tengah gelapnya malam, beriring-iringan dengan membawa beberapa obor sebagai penerangan.Mereka yakin akan menang malam ini, dan membawa ratusan atau mungkin ribuan pekerja paksa disana. Dan bahkan ada beberapa orang tua maupun keluarga dari salah satu anggota pelatihan. Makanya mereka begitu bersemangat ikut latihan, karena memang ada orang-orang yang harus mereka bebaskan.Selama dalam perjalanan, Hakya berjalan di belakang bersama dengan Hofat. Sedangkan Jirat memimpin paling depan, nanti saat akan menyerang Hakya baru maju ke barisan depan.“Hati-hati, karena ini malah banyak sesuatu yang tidak terlihat di jalanan. Terus tingkatkan kewaspadaan, jangan sampai malah kalian yang tertidur,” ujar Hakya mengingatkan mereka agar terus memperhatikan jalanan.“Siap, Guru!” jawab mereka serentak.Hakya juga sebagai pemimpin tertinggi dalam kelompok itu terus waspada, bahkan suara sekecil apapun Hakya harus mendengarnya. Dia tidak ingin para anggotanya mengalami hal yang t

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Pertarungan Menantu dan Mertua

    “Siap, seraaaang!” teriak seluruh anggota dengan semangat.“Wwhuuust!”Hakya mengeluarkan jurusnya untuk mengganggu penglihatan para penjaga pertambangan tersebut sehingga mereka semua tampak terkejut dengan serangan yang datang dengan tiba-tiba itu.“Aauuw, toloooong!” teriak mereka yang tiba-tiba tidak bisa melihat. Dan mereka merasakan banyak orang yang merangsek masuk ke area pertambangan.Suasana menjadi sangat ricuh. Beberapa orang yang bertugas untuk mengumpulkan para pekerja itu dengan cepat memberikan aba-aba agar mereka berkumpul di tempat yang aman. Dan ternyata dari semua pekerja itu, yang merasa tubuhnya masih memiliki kekuatan mereka dengan sukarela membantu Hakya dan para pemuda itu melakukan penyerangan.“Sebaiknya, kalian saling menjaga diri saja. Dan mohon bantuan untuk menjaga yang lainnya yang dalam kondisi lemah,” ujar Hofat yang menjadi pemimpin dalam penyelamatan itu.“Iya ada beberapa dari kami yang bertugas untuk menjaga yang lainnya dan akan membawa mereka se

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Senjata Makan Tuan

    Dengan cekatan Hakya menghindari ayunan pedang dari Kafka.“Sebaiknya menyerah dan bebaskan semua orang-orang yang kalian paksa bekerja, maka kami akan memberikan kalian kesempatan untuk hidup,” ujar Hakya menahan pedang Kafka dengan pedang panjang yang dimilikinya.“Kata-kata itu kami kembalikan buat kalian, karena jangan salahkan kami kalau kalian tidak akan bisa pergi dari sini dengan selamat kalau tidak mau menyerah,” jawab Kafka.Bruk!Hakya mendorong pedang di tangannya dan membuat tubuh sang mertua terpental. Padahal Hakya hanya menggunakan sebagian energi dari tubuhnya. Namun, Kafka malah tampak tidak bisa menahannya.Kafka sangat terkejut, pedangnya yang sudah berisi ilmu sihir yang paling ampuh tampak tidak bisa menahan dorongan Hakya.Hakya tahu, pada pedang Kafka bukan hanya ilmu sihir jahat, tetapi juga pedang itu sudah dioleskan minyak yang beracun. Sehingga orang yang terkena sabetan pedang itu akan keracunan dan akan mati kalau tidak segera mendapatkan pertolongan. Nam

Bab terbaru

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Akhir yang Bahagia

    "Astaga Zanaya! Kamu bisa duduk diam, gak?!" bentak Kanaya kepada Zanaya yang mencecar Kafka dengan pertanyaan, padahal Kafka baru saja sadar."Kenapa? Kamu gak khawatir sama ayah? Kamu mau ayah mati di tangan suami kamu ini?" tanya Zanaya lagi."Za-Naya…," panggil Kafka lemah.Mendengar suara Kafka membuat Farah dan Zanaya hanya terdiam menutup mulutnya. Mereka tidak percaya kalau Kafka bisa berbicara.Selama ini Kafka jangankan memanggil nama anak dan istrinya, mengeluarkan suara sedikit saja tidak bisa."Iya ayah, ayah bisa bicara lagi?" tanya Zanaya kemudian.Kafka mengangguk dan menatap ke arah Kanaya dan Hakya secara beegantian."Terima kasih, Hakya," ujar Kafka dengan suara yang pelan. Karena tubuhnya masih sangat lemah."Iya ayah, ayah jangan banyak gerak dulu," jawab Hakya."Sayang, kamu sudah siap kan sup hangat yang tadi aku minta buatkan? Kalau sudah tolong suapin ayah makan dengan nasi yang lembut ya," ujar Hakya kepada Kanaya.Kanaya menganggukkan kepalanya dan segera men

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Prasangka Buruk

    "Hakya, apa yang terjadi dengannya?" tanya Farah khawatir saat melihat Kafka terkulai lemah tidak berdaya.Hakya yang masih tampak terengah-engah memeriksa semua nadi Kafka. Dia tidak bisa membayangkan kalau Kafka akan meninggal saat semua ikatannya terlepas."Ayah, hanya pingsan. Mungkin karena terlalu lama menahan sakit. Terus saja kompres kepala ayah," ujar Hakya kemudian setelah memastikan nadi Kafka masih berdenyut normal."Apa kamu yakin?" tanya Farah yanh seolah tidak percaya, karena dia melihat Kafka tidak menunjukkan pergerakan sama sekali."Iya bu, ayah terlalu lelah menahan sakitnya. Karena seperti yang Hakya katakan ini, ini terasa sangat sakit dan rasa nyawa sudah di ujung kepala. Tapi, sebentar lagi ayah akan sadar," jawab Hakya yang tampak menyeka keringat yang membanjiri wajahnya.Farah hanya mengangguk, dia memberikan kepercayaan kepada Hakya. Dan berharap kalau Kafka akan segera sadar."Tapi, apakah semua berhasil kamu lepaskan, Hakya?" tanya Farah lagi."Iya bu. Sem

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Delapan Jam Kesakitan

    “Ini sangat sakit,” lanjut Hakya.Kafka tampak mengangguk, dan Hakya meminta izin kepada Farah. Karena dia takut kalau nanti akan disangka membunuh Kafka. Karena rasa sakit yang ditimbulkan itu adalah sangat luar biasa seperti nyawa akan terlepas dari tubuh saking sakitnya.“Lakukan, Hakya,” jawab Farah kemudian sambil mengangguk.“Tapi, ini sangat sakit bu. Kalau ibu tidak sanggup melihat ayah kesakitan, ibu bisa tunggu di luar saja,” ujar Hakya kemudian.“Tapi, kamu yakin ini bisa lepas?” tanya Farah penasaran.“Iya. Semua yang dipasang oleh Ratu Ilmu Hitam itu harus perlahan-lahan di lepaskan, dan itu membutuhkan waktu yang lama tergantung cara mengikatnya. Selama proses itu ayah akan merasa sangat kesakitan, bahkan bisa jadi muntah ataupun membuang kotoran tanpa di sengaja saking sakitnya,” jelas Hakya.“Ibu akan disini saja,” jawab Farah.Hakya hanya mengangguk.“Bisa dipastikan Zanaya tidak masuk kesini ya bu, nanti dia salah sangka dan membuat semuanya tidak berhasil,” ujar Hak

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Keadaan Ayah Mertua yang Sekarat Akibat Ilmu Hitam

    Hakya dan Kanaya tampak menunduk dan berusaha meraih tangan Farah, dan tidak ada penolakan dari Farah.“Maafkan kami, ibu,” ujar Hakya kemudian diikuti juga oleh Kanaya yang meminta maaf.Sementara itu Hanaya yang berada di dalam gendongan Kanaya hanya terdiam, dia bingung melihat kedua orang tuanya yang tampak sedang serius meminta maaf. “Hanaya, ini nenek. Kamu salim tangannya,” ujar Hakya kepada Hanaya dan meminta Kanaya menurunkan Hanaya dari gendongannya.Farah menatap wajah Hanaya dengan pancaran mata harus, namun dia masih belum menjawab apapun.“Ne-nek,” ujar Hanaya dengan suara yang terbata-bata mengeja dengan benar. Sepertinya dia masih sangat penasaran dengan Farah sehingga dia menarik-narik tangan Farah membuat neneknya itu tersadar.“Cucu nenek…,” ujar Farah kemudian yang langsung memeluk Hanaya dengan erat dan airmata jatuh saat menciumi wajah lembut Hanaya.Hanaya hanya mengangguk dan berusaha melepaskan pelukan Farah, karena memang dia belum mengenal siapa Farah yang

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Tiba Di Tujuan

    “Hei cantik sini,” panggil ibu-ibu penjual dengan ramah saat melihat Hanaya menunjuk ke lapak jualannya.Hakya dan Kanaya hanya bisa terdiam melihat tempat yang ditujukan oleh Hanaya. Ternyata dia menuju ke penjual roti basah. Mungkin bau roti basah itu memancing Hanaya untuk berjalan menuju ke arah sana.“Hanaya mau roti?” tanya Kanaya lembut.“Iya,” jawab Hanaya sambil menganggukkan kepalanya.Hakya juga ikutan mendekat, dan pandangannya bertemu dengan penjual roti basah itu.“Wah, ini Hakya?” tanya penjual itu kepada Hakya dengan sangat antusias.Hakya menganggukkan kepalanya, dia tidak menyangka kalau ternyata bau roti basah buatan ibu itu yang membuat Hanaya berjalan memasuki pasar itu. “Wah si cantik ini pasti anaknya yang menyukai roti basah?” tanya ibu itu lagi.“Iya bu, kemarin dia senang banget saat makan roti basah yang masih hangat, bahkan ini dia berjalan dengan sendirinya,” jawab Kanaya sambil tersenyum dan memesan beberapa roti itu untuk Hanaya.“Ini kalian mau kemana?

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hanaya, Anak yang Luar Biasa

    “Kami berangkat, ya,” ujar Hakya kepada beberapa muridnya itu.“Guru, apakah yakin tidak perlu kami kawal? Setidaknya kami bisa membantu membawa barang-barang dan juga bergantian menggendong Hanaya,” tawar Hofat kepada Hakya dan Kanaya yang sudah bersiap untuk turun dengan membawa barang yang cukup banyak dan juga sepertinya dalam perjalanan itu Hanaya juga akan lebih banyak minta gendong.Hakya menggeleng sambil tersenyum, karena dia tidak mau Kafka akan menganggapnya lelaki pengecut, datang ke rumah mertuanya dengan membawa pasukan. Jadi Hakya akan datang hanya bersama Kanaya dan Hanaya saja.“Benaran gapapa kok, kalian tetap saja disini. Rawat ladang kita dengan baik, kalau memang sampai waktunya panen dan kami belum kembali kalian harus memanennya dan menjualnya di pasar,” pesan Hakya kepada semuanya.“Dan ingat kalian berdua adalah ketuanya dan bertanggung jawab dalam segala hal. Jangan sampai ada yang kelaparan,” ujar Hakya kepada Hofat dan Jirat.Keduanya mengangguk, ada rasa b

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Menemui Mertua

    “Hanaya, kami pulang!”Hakya dan muridnya berteriak memanggil Hanaya saat memasuki bukit tunggal tersebut. Dan tidak berapa lama kemudian terdengar suara sorakan riang dari Hanaya yang kegirangan saat menyambut kedatangan Hakya dan murid-muridnya.“Oleeee!” teriak Hanaya dengan suara cadelnya.Hanaya semakin bahagia menyambut mereka semua yang datang membawa makanan yang begitu banyak. Apalagi saat Hakya membuka bungkusan di tangannya dan aroma roti basah menguar membuat Hanaya tidak tahan untuk segera mencicipinya.“Anaass!”Teriak Hanaya saat tangannya menyentuh roti yang masih panas itu membuat semua orang tergelak dengan tingkah lucunya. Dengan bantuan Hakya yang meniup roti itu akhirnya Hanaya bisa menikmati roti tersebut dengan mulut yang penuh.Sementara itu murid-murid Hakya yang lainnya membuka hadiah yang lainnya sepertinya mereka sangat penasaran dengan hadiah yang diberikan itu.“Woww!”Ucap mereka kekaguman saat membuka semua barang-barang itu. Banyak bahan makanan, pakai

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Hadiah Kemenangan

    “Siap!” jawab para murid Hakya yang sudah siap dengan pedang masing-masing.“Karena kalian sudah lelah, jadi saya serahkan mereka kepada kalian. Bunuh mereka sesuai dengan yang kalian inginkan! Jangan biarkan satu orangpun hidup!” teriak Hakya memancing semuanya. Dan seperti yang diduga mereka semua ketakutan saat mendengar Hakya meminta membunuh mereka. Apalagi saat melihat kilatan pedang dari para murid-murid Hakya. “Tolong jangan bunuh kami!”Teriak beberapa anak buah Zarkya dengan memohon, mereka begitu takut akan kematian. Namun, mereka berani bergabung dengan orang seperti Zarkya. Sementara itu Zarkya tampak menunduk, dia merasa tidak memiliki kemampuan lagi untuk melawan ataupun berteriak.Zarkya berusaha mengeluarkan ilmu sihirnya, dia berharap dengan begitu bisa membunuh Hakya, namun apa yang dia lakukan tidak luput dari perhatian Hakya.Sssuuuit!Hakya bersiul dan seketika tubuh Zarkya lemah dan kehilangan tenaganya. Dia menatap Hakya dengan sorot mata tajam. Karena dia me

  • MENANTU SETENGAH DEWA   Lebih Baik Mati Di Tangan Iblis!

    Zarkya tampak terdiam, dia membenarkan di dalam hatinya apa yang Hakya sampaikan. Karena dia juga melihat kalau beberapa anak buahnya tampak sedang memperhatikan jalan keluar bukannya sibuk melawan para anak buah Hakya.“Iblis yang kau ciptakan, apakah mereka tidak bisa membuka tali itu?” tanya Hakya sambil tersenyum.Hakya memang melepaskan tali untuk mengikat para iblis itu. Hakya akan menghancurkan mereka secara perlahan dan terakhir Zarkya jika memang dia tidak ada niat untuk menjadi lebih baik.“Kau hanya berani menggunakan ilmu sihirmu untuk melawan mereka. Kau belum tahu bagaimana melawannya mereka itu!” teriak Zarkya yang masih tetap bersikeras dan tidak mau mengalah dengan apa yang Hakya lakukan.Zarkya masih sangat yakin kalau iblis yang masih tersisa itu akan membantunya.Ziiiink! Ziiink!Suara pedang saling beradu membuat suasana sangat menakutkan. Sementara itu orang-orang yang berkumpul di luar pagar itu sangat penasaran apalagi mereka melihat ada iblis yang berusaha kab

DMCA.com Protection Status