“Hofat! Saya minta nama-nama mereka yang keluar dari kaki bukit ini!” ujar Hakya kemudian dengan berteriak saking marahnya.“Iya, Guru,” jawab Hofat dengan segera. Karena semua orang pastinya begitu takut melihat ekspresi Hakya yang benar-benar menunjukkan aura dan kemarahan yang luar biasa.“Beberapa orang tolong bantu saya ambilkan daun pucuk tiga yang banyak, kemudian beberapa orang juga buatlah ramuan dari daun itu dengan menumbuk setelah dicuci. Lalu balurkan ke luka teman-teman kita ini!” perintah Hakya yang segera dilaksanakan oleh murid-muridnya dengan patuh.Hakya tidak bisa membayangkan kalau dia terlambat kembali ke kaki bukit, bisa-bisa dia banyak kehilangan nyawa para muridnya ini, karena mereka semua belum diberikan perbekalan tentang obat-obatan.“Dua orang cari buah merah yang banyak, rebus dan nanti airnya diminumkan kepada yang mengalami luka. Bukan cuma yang luka parah, namun yang luka ringan juga ikut minum air itu sampai semua luka mengering dan sembuh!”“Baik Gur
Saat ini Hakya benar-benar merasa bersyukur dengan keputusan Kanaya yang akhirnya menyadari dan tidak jadi ikut turun. Hakya tidak bisa membayangkan kalau waktu itu Kanaya terus ngotot minta ikut turun, dan pastinya dia akan sangat merasa ketakutan kalau melihat semua orang saat ini terluka.“Apakah selama ini mereka itu tidak menunjukkan kalau mereka tidak setia, dan hanya akan mengambil kesempatan saja?” tanya Hakya kepada Hofat dan Jirat, saat hari mulai gelap dan Hakya sedang duduk bersama dengan para pemimpin kelompoknya itu.Hakya juga tidak habis pikir dengan mereka yang selama ini bekerja begitu rapi, sehingga bukan hanya Hofat dan Jirat, bahkan Hakya sendiri yang tidak menyadari ada pengkhianat di dalam kelompok itu.“Bahkan selama ini mereka menjadi anggota yang sangat baik dan penurut. Juga mereka adalah termasuk ke dalam orang-orang yang sangat cepat menangkap setiap pelajaran yang Guru ajarkan,” jawab Jirat pelan dengan mata yang menerawang. Sepertinya Jirat benar-benar
“Apakah semuanya sudah paham dengan obat-obatan yang beberapa waktu ini kita pelajari?” tanya Hakya kepada semua muridnya yang sudah berbaris rapi.Dua minggu setelah kedatangan Hakya di kaki bukit, semua anggota yang terluka sudah membaik. Mereka sudah bisa beraktifitas seperti sediakala. “Sudah, Guru!” teriak mereka serentak.Karena kejadian itu, mereka akhirnya menetap di pinggir sungai, karena mereka akan dilindungi oleh perlindungan double.Mereka menjadikan tempat itu sebagai tempat tinggal dan juga tempat latihan mereka. Dan sebelumnya mereka bekerja sama membersihkan tempat itu agar layak untuk mereka tinggali, dan mereka akan merasa nyaman tinggal disana.“Jangan lupa kalian ingat, jika memang terjadi sesuatu yang tidak terduga seperti kejadian waktu itu dimanapun kalian berada, kalau ada yang terluka gunakan tumbuhan-tumbuhan itu. Dan itu bukan tumbuhan khusus bukit ini. Mereka tumbuh dengan liar dimana saja,” pesan Hakya kepada para muridnya itu.“Hari ini kita akan mulai
“Kondisi kalian mesti stabil dan punya tekad yang kuat!” teriak Hakya memberikan arahan kepada semua anggota pelatihan itu.Bahkan semenjak Hakya kembali ke kaki bukit dengan suasana yang kacau balau itu, dalam meditasi-pun Hakya belum sempat untuk melihat Kayana. Padahal dia masih sangat merindukan sang istrinya itu, namun saat ini dia tidak memiliki waktu untuk itu. Dia harus menyelesaikan semuanya.“Konsentrasikan otak kalian, buang semua pikiran yang tidak penting. Dan fokus dengan jurus yang ada. Ingat hanya dengan setetes air kalian bisa menghancurkan para iblis dan juga kekuatan jahat!”Hakya dibantu oleh Hofat dan Jirat terus mengawasi semuanya, dan mereka berlatih dengan keras secara bergantian. Mereka membuat piket untuk tugas menyiapkan makanan saking mereka tidak ingin kehilangan waktu sedetikpun untuk latihan.“Sekarang giliran kalian berdua, dan harapannya kalian berdua lebih fokus daripada yang lainnya,” ujar Hakya kepada kedua pimpinan kelompok itu.“Siap, Guru!” jawab
“Hujan?” tanya Hakya yang seolah tidak percaya.Hakya mengucek matanya yang masih terasa sangat mengantuk, dia tidak percaya kalau dilur hujan.Dan memang benar saat Hakya keluar dari tenda, dia mendapati rintik yang terus turun dari langit, walaupun tidak deras.“Dewa, apakah ini bonus? Ataukah ini memang ada sesuatu yang terjadi?” tanya Hakya sambil menampung air hujan dengan tangannya.Hakya masih ingat, memang Dewa menjanjikan akan sesekali menurunkan hujan selama Hakya dan Kanaya sedang berusaha selama beberapa bulan ini. Namun, Hakya juga tidak paham, apakah memang itu pemberian Dewa ataukah memang Kanaya saat ini mulai hamil.“Tapi, kenapa hanya rintik? Kenapa tidak hujan deras?” tanya Hakya sambil bergumam. Dia terus memperhatikan hujan itu dari bawah tenda, dan terlihat beberapa anggota pelatihan tampak bermain hujan sambil latihan. Mereka sedang memanfaatkan tetesan hujan itu untuk memperdalam ilmu yang telah mereka terima. Hakya menyungging kan senyumannya melihat semangat
“Kok hujannya berhenti?”Terdengar teriakan dari seseorang yang berada di luar, membuat Hakya yang masih terdiam di tempatnya segera membuka matanya dan melihat keluar. Dan benar apa yang mereka katakan kalau hujan itu sudah berhenti dan saat ini hanyalah ada matahari yang bersinar dengan begitu garangnya.Hakya tertegun, dia seperti baru saja mengalami mimpi buruk. Padahal dia tahu itu bukanlah sebuah mimpi, tapi itu memang kedatangan Dewa yang marah kepadanya.Bahkan dia belum sempat mengatakan apapun Dewa sudah menyalahkannya dan pergi meninggalkannya, disaat yang bersamaan juga rintik hujan tiba-tiba berhenti.Hakya hanya bisa menghela nafas berat.“Kalian yang baru saja latihan di tengah hujan, sekarang bersihkan tubuh kalian dan istirahatlah. Sebentar kagi kita akan memulai latihan yang lainnya, dan mulai saat ini latihan kita akan sangat keras. Kalau kita sudah bisa semua, kita bisa memajukan rencana,” ujar Hakya kemudian.“Siap, Guru!” jawab mereka semua serentak.Hakya bertek
Mereka berjalan di tengah gelapnya malam, beriring-iringan dengan membawa beberapa obor sebagai penerangan.Mereka yakin akan menang malam ini, dan membawa ratusan atau mungkin ribuan pekerja paksa disana. Dan bahkan ada beberapa orang tua maupun keluarga dari salah satu anggota pelatihan. Makanya mereka begitu bersemangat ikut latihan, karena memang ada orang-orang yang harus mereka bebaskan.Selama dalam perjalanan, Hakya berjalan di belakang bersama dengan Hofat. Sedangkan Jirat memimpin paling depan, nanti saat akan menyerang Hakya baru maju ke barisan depan.“Hati-hati, karena ini malah banyak sesuatu yang tidak terlihat di jalanan. Terus tingkatkan kewaspadaan, jangan sampai malah kalian yang tertidur,” ujar Hakya mengingatkan mereka agar terus memperhatikan jalanan.“Siap, Guru!” jawab mereka serentak.Hakya juga sebagai pemimpin tertinggi dalam kelompok itu terus waspada, bahkan suara sekecil apapun Hakya harus mendengarnya. Dia tidak ingin para anggotanya mengalami hal yang t
“Siap, seraaaang!” teriak seluruh anggota dengan semangat.“Wwhuuust!”Hakya mengeluarkan jurusnya untuk mengganggu penglihatan para penjaga pertambangan tersebut sehingga mereka semua tampak terkejut dengan serangan yang datang dengan tiba-tiba itu.“Aauuw, toloooong!” teriak mereka yang tiba-tiba tidak bisa melihat. Dan mereka merasakan banyak orang yang merangsek masuk ke area pertambangan.Suasana menjadi sangat ricuh. Beberapa orang yang bertugas untuk mengumpulkan para pekerja itu dengan cepat memberikan aba-aba agar mereka berkumpul di tempat yang aman. Dan ternyata dari semua pekerja itu, yang merasa tubuhnya masih memiliki kekuatan mereka dengan sukarela membantu Hakya dan para pemuda itu melakukan penyerangan.“Sebaiknya, kalian saling menjaga diri saja. Dan mohon bantuan untuk menjaga yang lainnya yang dalam kondisi lemah,” ujar Hofat yang menjadi pemimpin dalam penyelamatan itu.“Iya ada beberapa dari kami yang bertugas untuk menjaga yang lainnya dan akan membawa mereka se