Bab 28Hari ini ada jadwal kontrol dengan dokter spesialis obgyn dan dokter spesialis anak. Aku dan Daffa harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kesehatan kami berdua. Kali ini kami diantar oleh papa, karena Mas Yusuf kebetulan sedang ada janji dengan klien. “Luka jahitnya bagus ya, Mom, tidak ada tanda-tanda adanya infeksi. Jangan lupa makan makanan yang bergizi ya, sayur, buah, daging, ikan, swmua boleh konsumsi. Tidak ada makanan pantangan kecuali makanan yang membuat tubuh Ibu mengalami alergi.” pesan Dokter Sesil. Dokter kesayanganku. "Iya, Dok. Beruntung saya punya orang tua yang selalu mendukung kebaikan untuk saya dan cucunya. Tidak seperti orang tua yang menjunjung tinggi kebiasaan di jamannya dahulu." "Alkhamdulillah, itu artinya ada dukungan dari pihak keluarga Mbak Nisa untuk tetap menjaga pola makan empat sehat lima sempurna. Semoga lekas pulih ya lukanya. Juga semoga sehat selalu ibu dan bayinya. Bayi yang sudah diharapkan sejak lama." "Terharu saya, D
Bab 29Pagi ini langit tampak gelap. Awan tebal hitam terlihat rata menyelimuti di langit, sepertinya pertanda hujan lebat akan segera turun. Daffa hanya jalan-jalan pagi memakai stroller, tidak berjemur matahari karena cuaca mendung. Aku mendorongnya dengan hati-hati. Tahu sendiri bukan sedikit saja dia kena lecet, harga diriku taruhannya. Bukan hanya diomeli papa, mama ataupun ayahnya Daffa, melainkan mertua beserta anak-anaknya juga bakalan gencar menyalahkanku sebagai menantu yang lalai, abai, dan ai ai lainnya, yang penting bukan jablai. Hahaha. Kali ini rasa nyeri bekas luka operasiku sudah banyak berkurang. Akupun mulai beraktivitas seperti biasa. Hanya belum boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sama mama, alias pekerjaan dengan beban angkat yang over. Takut ngefek ke luka jahitan dan menyebabkan sesuatu yang fatal. “Daffa sayang.... Nenek datang,” Terdengar sumber suara dari belakang kami berdua berada. Ternyata Ibu datang berkunjung, setelah beberapa hari tidak memuncul
MENANTU AMBURADUL Bab 30Mama kulihat sedang sibuk mempersiapkan sesuatu di dapur. Aku ikut nimbrung saja demi menanyakan sesuatu pada beliau. Sesuatu yang selama beberapa hari ini cukup membuatku penasaran dan mengganggu indera penglihatan. “Ma?” “Kenapa Nisa?”“Mbak Lilis punya gebetan, ya?” tanyaku berbisik. “Kenapa memangnya?” mama ikut penasaran. “Sekarang dia itu masih pagi banget sudah rapi dan wangi loh, Ma, biasanya kan Mbak Lilis saat ke pasar belum mandi, sekarang pakai acara mandi dulu.”“Masa, Iya? Kamu ini kenapa mendadak jadi detektif sih, Nis?” ucap mama heran. “Iya, makanya Mama perhatikan dong. Masa enggak ngeh, Nisa saja tahu ada perbedaan sama Mbak Lilis.”“Itu karena kamu sudah jadi tukang gosip sekarang. Makanya suka cari bahan gosip. Heran deh, bukannya sibuk besarkan Daffa, ada saja topik ghibah kamu setiap harinya. Biasanya mertua, sekarang Mbak Lilis, besok Mia? Terus lusa siapa lagi?" celoteh mama. Aku berpikir sejenak dan ngebatin, benar juga nih emak
MENANTU AMBURADULBab 31Sore ini jadwal kita pergi ke makam Nenek dan Kakek. Aku, Mama, Mas Yusuf dan Papa berangkat setelah salat ashar. Perjalanan kami ke makam cukup jauh, sekitar satu jam kurang lebih. Aku menitipkan Daffa kepada Mbak Lilis di rumah, karena tidak memungkinkan untuk membawanya ke makam. Sebenarnya mama sudah menyuruhku untuk tetap di rumah saja, tapi apalah daya keinginanku untuk ikut sangatlah menggebu-gebu. Di makam sudah pada menunggu kedatangan kami, yaitu kerabat dari keluarga Papa. Kebetulan hari ini ada acara memperingati hari meninggalnya Nenek. Acaranya digelar di rumah Tante Risa, adik perempuan Papa paling bungsu. Aku dan keluarga tak bisa lama-lama, kami segera pulang setelah acara dari makam selesai. Di jalan kami membeli martabak manis rasa keju dan ketan hitam, kesukaanku dan Mama. Mbak Lilis kubelikan bakso babat, sesuai kesukaannya. Papa dan Mas Yusuf ngikut saja apa selera para istri. “Kapan rencana mau tengok rumah kalian?” Tanya Papa. “Bel
MENANTU AMBURADUL Bab 32Aku kembali menjenguk Mia bersama dengan Mbak Rini. Mas Yusuf dan Mas Rama masih sibuk bekerja, jadi kami sebagai wakil dari mereka setidaknya harus absent muka. Apalagi di depan ibu mertua tercinta dan terkasih. Kami berangkat sendiri-sendiri dari rumah, Khaity dijagain sama Ibu Mbak Rini. Sementara Daffa dijaga oleh Mama dan juga Mbak Lilis. Beruntung punya ART yang bisa dipercaya. Jadi tidak khawatir meninggalkan buah hati bersamanya. Ditambah lagi masih dalam pengawasan orang tuaku, jadi insyaAllah aman. Sampailah diriku di lobby rumah sakit tempat di mana Mia dirawat. Mbak Rini katanya sedang berada di sebrang rumah sakit, baru turun dari taksi. Aku bersabar menunggunya di sebelah lift depan apotik rumah sakit. Setelah menunggu beberapa menit, tampang Mbak Rini akhirnya nongol juga. Kami masuk lift bersamaan, dengan beberapa suster yang ikut naik lift untuk naik ke lantai atas.Kami bertanya kepada petugas medis yang berjaga, lalu dipersilakan untuk
MENANTU AMBURADULBab 33Kita tidak bisa memuaskan hati semua orang. Kita juga tidak bisa memaksa semua orang untuk suka kepada kita. Semua itu alami. Ada yang suka juga ada yang benci. Yang suka pun bisa jadi benci, begitu juga sebaliknya. Seperti halnya diri kita tidak bisa mencintai semua orang. Ada saja orang yang terkadang ada sisi yang kita tidak sukai. Entah kelakuannya, entah sifatnya, entah perkataannya, dan dalam sisi lain sebagainya. “Gimana Nisa? Jadi tengok rumah minggu ini?” tanya Papa membuyarkan lamunanku di pagi ini. “Kayaknya sih belum bisa kalau minggu ini, Pa. Soalnya adik Mas Yusuf baru saja melahirkan. Kami bertiga berniat menjenguk ke rumah Ibu. Maaf ya, Pa.” “Oh, yasudah kalau begitu. Papa pergi memancing saja kalau begitu sama teman-teman Papa.” “Gimana bayinya si Mia, Nis? Sudah dibawa pulang?” tanya Mama menyela obrolanku bersama suaminya alias papa. “Loh, bayinya kenapa memangnya?” Papa lebih dulu menimpali pertanyaan Mama. Sepertinya beliau tertinggal
MENANTU AMBURADULBab 34Hari ini Aku dan Mas Yusuf memutuskan untuk melihat rumah baru kami yang baru dibeli beberapa waktu yang lalu. Kami mengajak kedua orang tuaku juga keluarga Mas Yusuf untuk ikut. Kecuali Mia dan Raihan. Mbak Rini dan Mas Rama bertugas menjemput Ibu di rumah, mereka rencananya akan berangkat bersama. Kukirimkan alamat lengkapnya lewat ponsel Mbak Rini. Karena Aku, Mas Yusuf dan kedua orang tuaku berangkat dari rumah langsung menuju ke tempat tujuan. Mbak Lilis juga kuajak supaya bisa gantikan tugas menggendong Daffa. Lagian kasian juga jika harus tinggal di rumah sendirian, meski sebenarnya itu hal yang paling menyenangkan mungkin bagi seorang assisten rumah tangga karena bisa beristirahat dari hiruk pikuk aktivitas harian yang melelahkan. Sampailah kami di depan pintu gerbang rumah baru. Tinggal menunggu kedatangan mobil milik Mas Rama. Sekitar sepuluh menit kami menunggu, akhirnya mobil mereka sampai. "Hai... Nisa? Wah congrate ya. Nggak sabar lihat isi dal
AMBURADUL Bab 35Tasyakuran pengajian untuk rumah baru, baru saja terlaksana. Kami sudah bisa pindah kapan saja setelah ini. Ada raut sedih di wajah Mama dan Papa, karena sebentar lagi kami bakalan tinggal sendiri di tempat yang berbeda dengan keduanya. Setelah sekian lama ini kami tinggal bersama dalam satu atap. Tapi mereka juga senang akhirnya kami bisa memiliki sebuah hunian. Hunian yang akan menyelamatkanku dari keharusan untuk tinggal satu rumah dengan ibu mertua. Terimakasih Mama, Papa, selama ini sudah mau direpotkan. Keesokan harinya, Mas Yusuf langsung mengajak kami berdua pindah rumah. Setelah semua barang yang diperlukan saat pindahan sudah ready. Kami berangkat pindah rumah diantarkan Papa dan Mama. Kami bertiga tidak membawa banyak barang dari rumah Papa, hanya sebagian saja yang perlu dibawa. Terutama perlengkapan Daffa sehari-harinya. Sisanya milikku dan Mas Yusuf yang tak begitu banyak. Rencananya perabot rumah tangga akan kami isi dengan model yang baru, yang sek
MENANTU AMBURADUL 161 (ENDING)Setiap manusia selalu punya pilihan untuk selalu bersikap baik kepada sesama atau justru sebaliknya.___________Takdir hidup terkadang memang mengejutkan. Apalagi dengan terjadinya pendekatan dan rencana pernikahan antara Mimi dan Raihan. Semua orang bahkan diriku sendiri juga kaget. Apalagi mereka yang baru saja tinggal satu rumah dalam hitungan hari. Mimi dulu sempat ingin diadopsi sebagai anak oleh Ibu setelah kematian Mia, tapi rencana Ibu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari anak-anak lelaki Ibu, kini Ia malah akan dijadikan istri oleh Raihan. Seseorang yang pernah menjadi menantu Ibu.Herannya si Mimi juga bersedia dengan permintaan Raihan yang ingin mempersuntingnya. Entah apapun itu motifnya yang jelas doa terbaik selalu untuk mereka berdua.Jika dengan menikah dengan Raihan membuat Mimi akan bersikap lebih penyayang kepada Fajarina dan Ibu, sungguh itu ide yang bagus. Karena selama ini Ibu sudah di rawat dengan Mimi dengan sepenuh ha
MENANTU AMBURADUL 160Kulihat betapa senangnya Daffa diperhatikan oleh Mama dan Papa. Daffa juga sangat bahagia karena Mama dan Papa beberapa hari ini tinggal di rumah kami. Dua orang yang memang sejak Daffa kecil sangat dekat dengan Daffa.Dulu, si Sulungku justru malah sering kutinggalkan bersama kedua orang tuaku karena banyak hal. Itu sebabnya suatu waktu Mama pernah memarahiku karena hal tersebut. Karena kesibukanku di duniaku sendiri sehingga sering meninggalkan anakku di tempat Mama.Sering juga kutinggalkan Daffa karena ulah Ibu mertua. Atau masalah keluarga Mas Yusuf yang tak jarang menyita waktuku. Tentang almarhumah Mia, tentang Ibu, atau masalah lainnya.Dari sebab inilah Daffa menjadi lebih dekat dan intensitas kebersamaannya dengan Grandma dan Grandpanya sangat sering."Lagi pada asyik ngapain?" tanyaku pada Papa dan Daffa yang sedang bercengkerama di ruang Tv."Lagi jawab teka-teki silang nih Mom." jawab Daffa."Siapa yang menang?""Nggak ada yang menang, kami jawab b
MENANTU AMBURADUL 159Mas Rama, Mbak Rini, Khaity dan Mama Papa berpamitan untuk pulang. Berhubung acara buka bersama telah usai. Sebenarnya ingin tarawih berjamaah juga, tapi takutnya kemalaman.Ibu mengamankan diri di kamar, mungkin sedang menyelesaikan beberes barang-barang. Begitu juga Mimi, dia digaji untuk mengikuti kemanapun Ibu akan tinggal.Mungkin tidak lama lagi Mimi bisa bekerja dengan Ibu, karena umur dia sekarang sudah menunjukkan umur seorang wanita yang pantas untuk menikah. Kedua orang tuanya sudah sering mendesak Mimi untuk segera menikah. Tidak peduli bagaimana senangnya Mimi mencari uang.Mungkin kedua orang tua Mimi takut jika nanti Mimi menikah terlalu tua. Apalagi di kampung pasti banyak yang akan ikut berkomentar jika ada anak gadis salah satu warga yang menikah terlalu tua.Aku berpesan kepada Mimi untuk jangan lebih dulu bilang sama Ibu jika memang sudah mau resign dari pekerjaan ini. Karena tahu sendiri pasti Ibu akan merasa gelisah jika diberi tahu di awal.
MENANTU AMBURADUL 158Tidak ada yang bisa merubah watak seseorang, kecuali dirinya sendiri yang ingin merubahnya.Betapa sulitnya menuruti semua kemauan Ibu. Dari hal sepele, sampai hal yang paling berat sekalipun. Dari waktu yang bersahabat atau waktu yang sedang tidak bersahabat. Jika si Ibu sudah berkehendak, maka keinginan itu harus terwujud."Ibu jadinya puasa atau enggak, Bu?""Mana kuat Ibu puasa, Ibu kan enggak sahur Nis. Ada-ada aja kamu.""Oooh, gegara menu sahur enggak sesuai keinginan Ibu, Ibu jadi mutusin buat nggak puasa ya.""Ngomong apa sih kamu ini." Elak Ibu. Mungkin si kanjeng ratu malu mau jujur."Ibu minta menu apa buat nanti sahur. Biar bisa puasa bareng kita.""Apa ya, nanti Ibu kasih tahu deh kalau sudah dapat menu yang Ibu pingin.""Sekarang saja Bu. Nggak usah nanti-nanti. Yang mau belanja dan yang masih jualan lauk mentah siapa kalau sudah sore. Ini bentar lagi juga orang sibuk nyari takjil. Bukan sayur mayur atau lauk mentah." cerocosku mendesak Ibu agar me
MENANTU AMBURADUL 157"Marhaban ya Romadhon. Marhaban Syahrossiyam."Selamat menunaikan Ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita semua diberikan kesehatan sehingga bisa beribadah dengan maksimal di bulan suci ini. Aamiin.____________"Nek, maafkan Rina. Nenek jangan marah." kata Rina di balik pintu kamar neneknya sambil ketok-ketok.Ibu mengunci pintu kamar beliau dari dalam, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa masuk, termasuk Mimi."Pergi saja semua. Jangan perdulikan Nenek lagi.""Kami semua masih peduli kok sama Nenek.""Bohong. Buktinya kamu tidak mau tinggal sama Nenek. Kamu malah memilih tinggal bersama Ayahmu.""Nenek boleh ikut sama kami. Kata Ayah, kita akan tinggal bersama."Hening... tidak ada balasan dari dalam ruangan yang pastinya berantakan itu akibat ulah dari Ibu. Segala barang yang ada di dalam selalu dirusak saat Ibu marah. Itu sebabnya kami tidak banyak meletakkan barang-barang berbahan kaca yang mudah pecah. Salah satu alasannya ya karena itu. Tidak i
MENANTU AMBURADUL 156Kami masih di Supermarket langganan. Cuman beda posisi saja. Aku, Fateh, Rina, Daffa dan Mbak Karti sedang menunggu Ibu dan Mimi yang masih ada di dalam. Mas Yusuf entah menghilang kemana?Daffa awalnya membantu Neneknya mendorong troli belanjaan, tapi dia antarkan troli tersebut sampai kasir lalu pamit mencari Daddynya agar bisa membantunya membawakan belanjaan si nenek. Sudah Daffa cari kemana-mana, batang hidung Daddynya belum juga nongol, akhirnya Daffa menemukan keberadaan kami dan menunggu Mas Yusuf bersama kami di sini."Loh, kok kalian pada di sini? Ibu dimana?" tanya Mas Yusuf yang mendadak care dengan keberadaan ibunya."Helloooo kemana aja dari tadi Mas?" batinku mengomel.Entah dari mana asalnya Mas Yusuf tiba-tiba muncul begitu saja. Bilangnya sih dari toilet. Entah ngumpet atau ngapain dia sejak tadi di sana? Kami saja sudah duduk di sini sekitar 15 menit. Berarti Mas Yusuf berada di toilet hampir 45 menitan. Hahahaha mustahil sekali Mas. Alasan k
MENANTU AMBURADUL 155Suara huru-hara orang yang hendak beraktivitas mulai terdengar di luar. Sang embun mulai menampakkan diri, pertanda bahwa pagi ini masih begitu dingin. Kembali kututup pintu rumah, lalu menikmati pekerjaan pagi yang setiap hari kujalani.Mbak Karti sudah memulai pekerjaan rumah lebih dulu, ia tampak serius sedang bergelut dengan cucian dan mesin. Sementara Aku sedang menyiapkan bumbu dan bahan makanan untuk kukupas dan potong-potong.Mas Yusuf dan Fateh masih terlelap tidur. Tadi mereka asyik bercanda dari sebelum subuh, namun akhirnya keduanya tertidur kembali setelah Mas Yusuf melakukan sholat subuh.Daffa dan Fajarina juga kebetulan sedang ada di rumah. Mereka sedang menikmati liburan di rumah menjelang ramadhan dari pesantren. Tidak lama sih, sekitar satu minggu. Itupun sudah membuat mereka berdua merasa senang, karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Khaity juga pulang."Boleh Rina bantu, Tante?" sapa seseorang dari belakangku."Eh Rina,
MENANTU AMBURADUL 154Kudengar bel rumah berbunyi, sepertinya ada seseorang yang datang. Aku berdiri dari posisi awalku yang sedang duduk di samping Fateh untuk menitipkan sementara Fateh, kepada Mbak Karti. Dengan sedikit rasa penasaran Akupun membuka pintu depan."Assalamu'alaikum Mbak Nisa. Saya rindu sekali dengan Mbak Nisa." sapa seorang dokter perempuan cantik di hadapanku. Ia Aisyah, istri dari Ilyas.Kami saling berpelukan. Sudah lama sekali sepertinya kami tidak berjumpa."Alhamdulillah Baik. Tahu rumahku dari Mana, Syah?""Minta sama Mbak Rini. Hehehehe nggak papa kan Mbak? Maaf sudah lancang.""Nggak papa dong. Malahan seneng ada yang datang ke sini jengukin diriku.""Hehehehe Mbak Nisa bisa saja."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, rupanya Aku sedikit pangling padanya. Kini Aisyah tampak lebih subur, sepertinya benar yang dibilang oleh Fajarina, Aisyah terlihat seperti sedang berbadan dua. Wajahnya masih saja cantik, bahkan lebih cantik sekarang dengan aura keibuannya ya
MENANTU AMBURADUL 153Sudah sekitar 45 menit kami menunggu mobil yang dinaiki oleh Ibu singgah di sini. Kami semua seperti orang hilang di sebuah Pom Bensin ini. Bukan seperti lagi, kami ibarat keluarga yang terdampar tanpa kepastian.Ibu tak kunjung ada kabar. Selain cemas, kami juga sempat berfikiran buruk tentang mereka bertiga yang kebetulan di supiri oleh orang sewaan yang kurang begitu kami kenal. Takutnya mereka bertiga kenapa-napa. Misalnya diculik gitu. Tapi ribet juga sih kalau yang diculik Ibu. Bakalan susah ngerawatnya. Belum lagi pas kena omel si Ibu, bisa-bisa nyerah penculiknya. Angkat tangan beserta kaki. Hahahahaa.Selang berapa lama, Mas Yusuf dan Mas Rama akhirnya berhasil menghubungi si driver lewat sambungan telfon. Saat ditanya oleh Mas Rama kebetulan si driver baru sampai rumah lagi. Tadinya masih di jalan dan susah ambil ponsel di sakunya, makanya tidak kunjung diangkat.Ternyata Ibu melupakan sesuatu, tas beliau ketinggalan di ruang tamu lengkap beserta pons