Bab 27Ku sertakan sebuah alamat lengkap beserta rutenya supaya Mbak Lilis bisa dengan mudah menemukan kediaman kedua orang tuaku. Aku menyarankannya untuk menaiki sebuah mobil travel dibandingkan alat trasnportasi lainnya. Ya, meski nantinya akan diajak sang driver untuk berkeliling mengantarkan satu persatu alamat penumpang sesuai urutan terdekat dan paling jauh, sepertinya hanya alat transportasi tersebut yang bisa mengantarkan penumpangnya sampai di depan rumah. Dan setelah melalui perjalanan panjang dari desa, Mbak Lilis pun akhirnya sampai di depan rumah mama dan papa pagi-pagi sekali. Aku sigap membukakan pintu setelah Mbak Lilis memberitahukanku sudah berada di teras rumah. Kebetulan pintu gerbang sudah terbuka selepas subuh begini, karena Mas Yusuf dan papa biasanya salat berjamaah di mushola yang dekat dengan rumah. "Mbak Lilis..." panggilku. "Eh, Neng Nisa," sahutnya. Kami berdua saling memeluk satu sama lain, aku mencoba menenangkan dirinya dengan diselimuti rasa haru,
Bab 28Hari ini ada jadwal kontrol dengan dokter spesialis obgyn dan dokter spesialis anak. Aku dan Daffa harus pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisi kesehatan kami berdua. Kali ini kami diantar oleh papa, karena Mas Yusuf kebetulan sedang ada janji dengan klien. “Luka jahitnya bagus ya, Mom, tidak ada tanda-tanda adanya infeksi. Jangan lupa makan makanan yang bergizi ya, sayur, buah, daging, ikan, swmua boleh konsumsi. Tidak ada makanan pantangan kecuali makanan yang membuat tubuh Ibu mengalami alergi.” pesan Dokter Sesil. Dokter kesayanganku. "Iya, Dok. Beruntung saya punya orang tua yang selalu mendukung kebaikan untuk saya dan cucunya. Tidak seperti orang tua yang menjunjung tinggi kebiasaan di jamannya dahulu." "Alkhamdulillah, itu artinya ada dukungan dari pihak keluarga Mbak Nisa untuk tetap menjaga pola makan empat sehat lima sempurna. Semoga lekas pulih ya lukanya. Juga semoga sehat selalu ibu dan bayinya. Bayi yang sudah diharapkan sejak lama." "Terharu saya, D
Bab 29Pagi ini langit tampak gelap. Awan tebal hitam terlihat rata menyelimuti di langit, sepertinya pertanda hujan lebat akan segera turun. Daffa hanya jalan-jalan pagi memakai stroller, tidak berjemur matahari karena cuaca mendung. Aku mendorongnya dengan hati-hati. Tahu sendiri bukan sedikit saja dia kena lecet, harga diriku taruhannya. Bukan hanya diomeli papa, mama ataupun ayahnya Daffa, melainkan mertua beserta anak-anaknya juga bakalan gencar menyalahkanku sebagai menantu yang lalai, abai, dan ai ai lainnya, yang penting bukan jablai. Hahaha. Kali ini rasa nyeri bekas luka operasiku sudah banyak berkurang. Akupun mulai beraktivitas seperti biasa. Hanya belum boleh mengerjakan pekerjaan yang berat sama mama, alias pekerjaan dengan beban angkat yang over. Takut ngefek ke luka jahitan dan menyebabkan sesuatu yang fatal. “Daffa sayang.... Nenek datang,” Terdengar sumber suara dari belakang kami berdua berada. Ternyata Ibu datang berkunjung, setelah beberapa hari tidak memuncul
MENANTU AMBURADUL Bab 30Mama kulihat sedang sibuk mempersiapkan sesuatu di dapur. Aku ikut nimbrung saja demi menanyakan sesuatu pada beliau. Sesuatu yang selama beberapa hari ini cukup membuatku penasaran dan mengganggu indera penglihatan. “Ma?” “Kenapa Nisa?”“Mbak Lilis punya gebetan, ya?” tanyaku berbisik. “Kenapa memangnya?” mama ikut penasaran. “Sekarang dia itu masih pagi banget sudah rapi dan wangi loh, Ma, biasanya kan Mbak Lilis saat ke pasar belum mandi, sekarang pakai acara mandi dulu.”“Masa, Iya? Kamu ini kenapa mendadak jadi detektif sih, Nis?” ucap mama heran. “Iya, makanya Mama perhatikan dong. Masa enggak ngeh, Nisa saja tahu ada perbedaan sama Mbak Lilis.”“Itu karena kamu sudah jadi tukang gosip sekarang. Makanya suka cari bahan gosip. Heran deh, bukannya sibuk besarkan Daffa, ada saja topik ghibah kamu setiap harinya. Biasanya mertua, sekarang Mbak Lilis, besok Mia? Terus lusa siapa lagi?" celoteh mama. Aku berpikir sejenak dan ngebatin, benar juga nih emak
MENANTU AMBURADULBab 31Sore ini jadwal kita pergi ke makam Nenek dan Kakek. Aku, Mama, Mas Yusuf dan Papa berangkat setelah salat ashar. Perjalanan kami ke makam cukup jauh, sekitar satu jam kurang lebih. Aku menitipkan Daffa kepada Mbak Lilis di rumah, karena tidak memungkinkan untuk membawanya ke makam. Sebenarnya mama sudah menyuruhku untuk tetap di rumah saja, tapi apalah daya keinginanku untuk ikut sangatlah menggebu-gebu. Di makam sudah pada menunggu kedatangan kami, yaitu kerabat dari keluarga Papa. Kebetulan hari ini ada acara memperingati hari meninggalnya Nenek. Acaranya digelar di rumah Tante Risa, adik perempuan Papa paling bungsu. Aku dan keluarga tak bisa lama-lama, kami segera pulang setelah acara dari makam selesai. Di jalan kami membeli martabak manis rasa keju dan ketan hitam, kesukaanku dan Mama. Mbak Lilis kubelikan bakso babat, sesuai kesukaannya. Papa dan Mas Yusuf ngikut saja apa selera para istri. “Kapan rencana mau tengok rumah kalian?” Tanya Papa. “Bel
MENANTU AMBURADUL Bab 32Aku kembali menjenguk Mia bersama dengan Mbak Rini. Mas Yusuf dan Mas Rama masih sibuk bekerja, jadi kami sebagai wakil dari mereka setidaknya harus absent muka. Apalagi di depan ibu mertua tercinta dan terkasih. Kami berangkat sendiri-sendiri dari rumah, Khaity dijagain sama Ibu Mbak Rini. Sementara Daffa dijaga oleh Mama dan juga Mbak Lilis. Beruntung punya ART yang bisa dipercaya. Jadi tidak khawatir meninggalkan buah hati bersamanya. Ditambah lagi masih dalam pengawasan orang tuaku, jadi insyaAllah aman. Sampailah diriku di lobby rumah sakit tempat di mana Mia dirawat. Mbak Rini katanya sedang berada di sebrang rumah sakit, baru turun dari taksi. Aku bersabar menunggunya di sebelah lift depan apotik rumah sakit. Setelah menunggu beberapa menit, tampang Mbak Rini akhirnya nongol juga. Kami masuk lift bersamaan, dengan beberapa suster yang ikut naik lift untuk naik ke lantai atas.Kami bertanya kepada petugas medis yang berjaga, lalu dipersilakan untuk
MENANTU AMBURADULBab 33Kita tidak bisa memuaskan hati semua orang. Kita juga tidak bisa memaksa semua orang untuk suka kepada kita. Semua itu alami. Ada yang suka juga ada yang benci. Yang suka pun bisa jadi benci, begitu juga sebaliknya. Seperti halnya diri kita tidak bisa mencintai semua orang. Ada saja orang yang terkadang ada sisi yang kita tidak sukai. Entah kelakuannya, entah sifatnya, entah perkataannya, dan dalam sisi lain sebagainya. “Gimana Nisa? Jadi tengok rumah minggu ini?” tanya Papa membuyarkan lamunanku di pagi ini. “Kayaknya sih belum bisa kalau minggu ini, Pa. Soalnya adik Mas Yusuf baru saja melahirkan. Kami bertiga berniat menjenguk ke rumah Ibu. Maaf ya, Pa.” “Oh, yasudah kalau begitu. Papa pergi memancing saja kalau begitu sama teman-teman Papa.” “Gimana bayinya si Mia, Nis? Sudah dibawa pulang?” tanya Mama menyela obrolanku bersama suaminya alias papa. “Loh, bayinya kenapa memangnya?” Papa lebih dulu menimpali pertanyaan Mama. Sepertinya beliau tertinggal
MENANTU AMBURADULBab 34Hari ini Aku dan Mas Yusuf memutuskan untuk melihat rumah baru kami yang baru dibeli beberapa waktu yang lalu. Kami mengajak kedua orang tuaku juga keluarga Mas Yusuf untuk ikut. Kecuali Mia dan Raihan. Mbak Rini dan Mas Rama bertugas menjemput Ibu di rumah, mereka rencananya akan berangkat bersama. Kukirimkan alamat lengkapnya lewat ponsel Mbak Rini. Karena Aku, Mas Yusuf dan kedua orang tuaku berangkat dari rumah langsung menuju ke tempat tujuan. Mbak Lilis juga kuajak supaya bisa gantikan tugas menggendong Daffa. Lagian kasian juga jika harus tinggal di rumah sendirian, meski sebenarnya itu hal yang paling menyenangkan mungkin bagi seorang assisten rumah tangga karena bisa beristirahat dari hiruk pikuk aktivitas harian yang melelahkan. Sampailah kami di depan pintu gerbang rumah baru. Tinggal menunggu kedatangan mobil milik Mas Rama. Sekitar sepuluh menit kami menunggu, akhirnya mobil mereka sampai. "Hai... Nisa? Wah congrate ya. Nggak sabar lihat isi dal