MENANTU AMBURADUL 100Hari ini adalah hari paling bersejarah bagi Mia dan juga Ilyas. Hari bahagia yang ditunggu-tunggu oleh mereka berdua juga oleh kami sebagai keluarga. Selama hampir satu bulan penantian mereka akhirnya bisa terealisasi sekarang. Sejak pukul 06.30 Wib, hampir seluruh keluarga besar kami juga Ilyas sudah berkumpul dalam sebuah ruang yang penuh dekorasi bunga-bunga yang indah ini untuk menyaksikan sebuah acara sakral kedua mempelai. Meski ada beberapa orang juga yang datang belakangan. Acara yang keluarga Ilyas bilang sederhana ini adalah acara yang mewah bagiku. Meski tidak di gelar di sebuah gedung, di rumah megah ini saja, kemegahannya sungguh nyata terpancar. Sungguh Allah Maha dari segala Maha. Kemarenan ujian bertubi-tubi dilimpahkan kepada Mia, kini setelah Mia memutuskan untuk memperbaiki dirinya, ia malah dijanjikan sebuah kebahagiaan yang tidak pernah terduga sebelumnya dan dari mana asalnya. Congratulation Mia dan Ilyas, semoga diberikan kelancaran aca
MENANTU AMBURADUL 101Tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah sang Maha Pencipta. _____________Resepsi Pernikahan Mia dan Ilyas telah sampai di penghujung acara. Kini saatnya bagi kami para tamu untuk bersiap-siap pulang. Aku mendekati keberadaan Mama juga Papa untuk kuajak pulang bersama. Ternyata Mama dan Papa sedang mengobrol bersama dengan orang tua Ilyas. “Mari Bu, kami pamit ya. Terimakasih atas jamuan yang luar biasa ini.” pamitku kepada kedua orang tua mempelai lelaki. “Hehehe mbaknya bisa aja. Terimakasih atas kehadirannya ya.” ucap orang tua dari Ilyas. Kami juga berpamitan kepada kedua mempelai. Mia tampak meneteskan air mata, karena sebentar lagi akan kami tinggalkan dia sendiri di sini, dan kami sekeluarga harus pulang. “Selamat ya, semoga lancar malam pertamanya.” ucap Mbak Rini, kami semua ikut tertawa. “Ahhh, Mbak Rini selalu hobinya ngledek.” balas Mia.“Baju sama semua barang milik kamu udah kami bereskan dari rumah Ibu ya M
MENANTU AMBURADUL 102Aku berterimakasih kepada Papa karena sudah diantarkan, lalu meminta Papa segera pulang untuk menemani Mama di rumah. Papa pamit kepadaku dan Aku berpesan untuk hati-hati di jalan. “Jangan lupa kasih kabar kami ya Nis, kalau ada apa-apa.” “Iya Pa.” Papa ikutan panik kali ini. Sesampainya di Rumah Sakit, Aku menghubungi Mimi dan menanyakan dimana keberadaan yang lainnya. Mimi bilang masih di UGD. Aku buru-buru menyusul mereka bertiga. Kulihat Mas Rama dan Mimi sedang berada di luar UGD Rumah Sakit. “Dimana Ibu, Mas?” tanyaku pada Mas Rama. “Masih diperiksa di dalam. Ada Yusuf yang nemenin.”“Ceritanya gimana sih ini? Ada apa sebenernya?” desakku pada keduanya. “Ibu itu awalnya bilang sakit perut Mbak, katanya nggak tahan sakitnya, terus beliau juga bilang sakit kepala. Dadanya juga sesak. Terus katanya mual. Banyaklah Mbak yang dikeluhkan. Nggak biasanya Ibu begini. Makanya Mimi dan Mas Rama langsung bawa Ibu ke sini.”“Astaghfirullah Ibu.” jawabku panik.
MENANTU AMBURADUL 103 Kusapa dengan sopan para Suster dan Dokter yang sedang berdinas pagi dan duduk-duduk santai di counter perawat. Ruangan Ibu mengharuskan kami yang menjaga Ibu untuk melewati counter suster tersebut. “Pagi Pak Ilyas,” sapa salah seorang Dokter senior yang usianya mungkin hampir 70 tahun. “Pagi Dok,” sahut Ilyas menimpali. Aku agak aneh melihat mereka saling sapa. Bukankah Ilyas baru hari ini menginjakkan kakinya di sini. Tapi Aku tak berani bertanya langsung. Aku dan Ilyas masuk ke dalam sebuah lift. Kami bersamaan dengan suster yang sedang mendorong seorang pasien di sebuah kursi roda. “Pagi Buk, Pak.” Sapa Ramah suster tersebut kepada kami. Kami berdua melempar senyum. Sungguh tidak seimbang rasanya penampilanku disejajarkan dengan penampilan seorang Ilyas. Aku yang memakai baju lusuh dan belum mandi ini sepertinya kelihatan cocok jika berstatus sebagai pembantu Ilyas. Hahahaha. Sampailah kami di lantai 1, atau Lobbi rumah sakit. Kami keluar dari lift da
MENANTU AMBURADUL 104Pukul 19.10 Wib, Aku, Mbak Rini juga Mimi sampai di Rumah sakit. Kebetulan Mas Rama dan Mas Yusuf sengaja kusuruh untuk menyusul sepulang dari kantor langsung ke RS, supaya nanti Mbak Rini bisa pulang bareng dengan Mas Rama. Jadi Aku nggak perlu bolak balik kayak kitiran buat nganterin. Hehehe.Muka Mbak Rini masih muram, mungkin dia masih kesal dengan isi pesan Ibu mertua tercinta tadi. Sampailah kami di ruangan mewah tempat Ibu di rawat. Ruangan pilihan Ibu sendiri. Baru sehari jadi mertua seorang menantu tajir, Ibu sudah menunjukkan bahwa standar hidupnya mulai naik kelas. “Hallo Pengantin baru, hallo Ibu.” sapaku sok manis di hadapan mereka bertiga.Ibu seperti biasa, membalas sapaan kami dengan ekspresi muka kecut. Seperti mangga yang bener-bener masih mentah. Kalau dilihat dan di rasain dalam hati, duuuuuuh asem bener. Hahahahahaha. “Hallo semua.” jawab Mia. “Sudah pada makan?” tanya Mbak Rini. “Sudah Mbak. Kalian gimana? Kalau belum biar kupesankan ma
MENANTU AMBURADUL 105Sesuatu yang bisa merubah hidupmu adalah Takdir. Ia merubah banyak hal yang bahkan sebelumnya tidak pernah kamu bayangkan sekalipun. Meski terlihat datang dengan tiba-tiba, sebenarnya ia telah tertulis jauh hari sebelum akhirnya benar-benar terjadi. Allah Maha pengampun, Allah Maha pemaaf. Seburuk apapun dirimu di hari kemaren, jika hari ini kamu tulus dan ikhlas ingin berubah ke arah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang lebih baik, Allah akan permudah jalanmu menuju ke tempat terbaik itu. __________Aku menelfon Mas Yusuf juga Mas Rama, menanyakan apakah mereka tidak datang berkunjung ke rumah sakit. Mas Rama bilang hari ini tidak bisa karena ada lembur di kantor. Sedangkan Mas Yusuf bilang akan telat datang ke Rumah Sakit, karena dia sedang ada pertemuan dengan bos dan klien. Itulah mungkin sebab kenapa Ibu begitu marah kepadaku. Pikir Ibu mungkin akulah dalang dari setiap kejadian buruk yang tidak Ibu harapkan. Ditambah lagi Mia dan Ilyas tidak juga dat
MENANTU AMBURADUL 106Kehadiran sosok Ilyas dalam hidup Mia sedikit banyak merubah kehidupan Ibu. Dulu saat Raihan yang menjadi menantu beliau, semua yang Ibu minta tampak seperti sebuah tekanan, karena status Raihan yang bukan dari kalangan keluarga berkecukupan dan cara Raihan memenuhi permintaan istri juga mertuanya, tampak terlalu memberatkan baginya. Tapi sekarang, tidak ada tekanan yang tampak dari seorang Ilyas. Dia memberikan apa yang Ibu minta dengan gampangnya.__________Satu tahun berlalu, Mia dan Ilyas tak kunjung diberikan momongan. Entah memang mereka berdua menundanya atau memang belum dikasih oleh Allah, tidak ada yang tahu. Melihat Adam dan Fajarina yang sama-sama masih kecil bisa saja menjadi alasan mereka untuk menunda memiliki momongan.Satu tahun pernikahan Mia, tidak pernah ada kabar tentang Raihan. Entah dia tinggal dimana atau hidupnya sekarang seperti apa tidak ada yang pernah mendengar kabarnya.Padahal ada Fajarina yang harusnya diperhatikan, tapi Raihan s
MENANTU AMBURADUL 107Aku masuk ke dalam rumah Ibu untuk membuatkan minuman Raihan juga Ilyas. Sepertinya Raihan baru saja pergi dari suatu tempat, ia masih membawa ransel juga berpenampilan layaknya habis perjalanan jauh. Kumisnya yang dahulu tidak pernah terlihat kini nampak seperti sengaja tidak dicukur. Rambutnya juga panjang sebahu. Sungguh berbeda sekali penampilannya sekarang. Lusuh tak terawat, beda jauh dengan dulu."Kamu selama ini kemana saja Mas?" Mia mulai menyodorkan beberapa pertanyaan untuk mantan suaminya, Raihan."Aku merantau Mia, kerja." jawab Raihan lesu."Merantau kemana?""Ke luar Jawa. Bapak meninggal satu tahun yang lalu, adik-adik kutitipkan pada tanteku. Sementara Aku kerja untuk menghidupi mereka. Maaf jika Aku tidak mampu mencukupi kebutuhan Rina selama ini.""Innalillah, turut berduka ya Mas, atas meninggalnya bapak. Tidak masalah Mas, suamiku bisa mencukupi kebutuhan kami, kok.""Iya Mia. Aku senang melihatmu sudah memiliki keluarga yang baru. Semoga kal