MENANTU AMBURADUL 103 Kusapa dengan sopan para Suster dan Dokter yang sedang berdinas pagi dan duduk-duduk santai di counter perawat. Ruangan Ibu mengharuskan kami yang menjaga Ibu untuk melewati counter suster tersebut. “Pagi Pak Ilyas,” sapa salah seorang Dokter senior yang usianya mungkin hampir 70 tahun. “Pagi Dok,” sahut Ilyas menimpali. Aku agak aneh melihat mereka saling sapa. Bukankah Ilyas baru hari ini menginjakkan kakinya di sini. Tapi Aku tak berani bertanya langsung. Aku dan Ilyas masuk ke dalam sebuah lift. Kami bersamaan dengan suster yang sedang mendorong seorang pasien di sebuah kursi roda. “Pagi Buk, Pak.” Sapa Ramah suster tersebut kepada kami. Kami berdua melempar senyum. Sungguh tidak seimbang rasanya penampilanku disejajarkan dengan penampilan seorang Ilyas. Aku yang memakai baju lusuh dan belum mandi ini sepertinya kelihatan cocok jika berstatus sebagai pembantu Ilyas. Hahahaha. Sampailah kami di lantai 1, atau Lobbi rumah sakit. Kami keluar dari lift da
MENANTU AMBURADUL 104Pukul 19.10 Wib, Aku, Mbak Rini juga Mimi sampai di Rumah sakit. Kebetulan Mas Rama dan Mas Yusuf sengaja kusuruh untuk menyusul sepulang dari kantor langsung ke RS, supaya nanti Mbak Rini bisa pulang bareng dengan Mas Rama. Jadi Aku nggak perlu bolak balik kayak kitiran buat nganterin. Hehehe.Muka Mbak Rini masih muram, mungkin dia masih kesal dengan isi pesan Ibu mertua tercinta tadi. Sampailah kami di ruangan mewah tempat Ibu di rawat. Ruangan pilihan Ibu sendiri. Baru sehari jadi mertua seorang menantu tajir, Ibu sudah menunjukkan bahwa standar hidupnya mulai naik kelas. “Hallo Pengantin baru, hallo Ibu.” sapaku sok manis di hadapan mereka bertiga.Ibu seperti biasa, membalas sapaan kami dengan ekspresi muka kecut. Seperti mangga yang bener-bener masih mentah. Kalau dilihat dan di rasain dalam hati, duuuuuuh asem bener. Hahahahahaha. “Hallo semua.” jawab Mia. “Sudah pada makan?” tanya Mbak Rini. “Sudah Mbak. Kalian gimana? Kalau belum biar kupesankan ma
MENANTU AMBURADUL 105Sesuatu yang bisa merubah hidupmu adalah Takdir. Ia merubah banyak hal yang bahkan sebelumnya tidak pernah kamu bayangkan sekalipun. Meski terlihat datang dengan tiba-tiba, sebenarnya ia telah tertulis jauh hari sebelum akhirnya benar-benar terjadi. Allah Maha pengampun, Allah Maha pemaaf. Seburuk apapun dirimu di hari kemaren, jika hari ini kamu tulus dan ikhlas ingin berubah ke arah yang lebih baik dan menjadi pribadi yang lebih baik, Allah akan permudah jalanmu menuju ke tempat terbaik itu. __________Aku menelfon Mas Yusuf juga Mas Rama, menanyakan apakah mereka tidak datang berkunjung ke rumah sakit. Mas Rama bilang hari ini tidak bisa karena ada lembur di kantor. Sedangkan Mas Yusuf bilang akan telat datang ke Rumah Sakit, karena dia sedang ada pertemuan dengan bos dan klien. Itulah mungkin sebab kenapa Ibu begitu marah kepadaku. Pikir Ibu mungkin akulah dalang dari setiap kejadian buruk yang tidak Ibu harapkan. Ditambah lagi Mia dan Ilyas tidak juga dat
MENANTU AMBURADUL 106Kehadiran sosok Ilyas dalam hidup Mia sedikit banyak merubah kehidupan Ibu. Dulu saat Raihan yang menjadi menantu beliau, semua yang Ibu minta tampak seperti sebuah tekanan, karena status Raihan yang bukan dari kalangan keluarga berkecukupan dan cara Raihan memenuhi permintaan istri juga mertuanya, tampak terlalu memberatkan baginya. Tapi sekarang, tidak ada tekanan yang tampak dari seorang Ilyas. Dia memberikan apa yang Ibu minta dengan gampangnya.__________Satu tahun berlalu, Mia dan Ilyas tak kunjung diberikan momongan. Entah memang mereka berdua menundanya atau memang belum dikasih oleh Allah, tidak ada yang tahu. Melihat Adam dan Fajarina yang sama-sama masih kecil bisa saja menjadi alasan mereka untuk menunda memiliki momongan.Satu tahun pernikahan Mia, tidak pernah ada kabar tentang Raihan. Entah dia tinggal dimana atau hidupnya sekarang seperti apa tidak ada yang pernah mendengar kabarnya.Padahal ada Fajarina yang harusnya diperhatikan, tapi Raihan s
MENANTU AMBURADUL 107Aku masuk ke dalam rumah Ibu untuk membuatkan minuman Raihan juga Ilyas. Sepertinya Raihan baru saja pergi dari suatu tempat, ia masih membawa ransel juga berpenampilan layaknya habis perjalanan jauh. Kumisnya yang dahulu tidak pernah terlihat kini nampak seperti sengaja tidak dicukur. Rambutnya juga panjang sebahu. Sungguh berbeda sekali penampilannya sekarang. Lusuh tak terawat, beda jauh dengan dulu."Kamu selama ini kemana saja Mas?" Mia mulai menyodorkan beberapa pertanyaan untuk mantan suaminya, Raihan."Aku merantau Mia, kerja." jawab Raihan lesu."Merantau kemana?""Ke luar Jawa. Bapak meninggal satu tahun yang lalu, adik-adik kutitipkan pada tanteku. Sementara Aku kerja untuk menghidupi mereka. Maaf jika Aku tidak mampu mencukupi kebutuhan Rina selama ini.""Innalillah, turut berduka ya Mas, atas meninggalnya bapak. Tidak masalah Mas, suamiku bisa mencukupi kebutuhan kami, kok.""Iya Mia. Aku senang melihatmu sudah memiliki keluarga yang baru. Semoga kal
MENANTU AMBURADUL 108"Tante, Khaity mau pipis." aku buru-buru menurunkan Khaity dari kasur, lalu mengantarkannya ke toilet. Sepertinya ia masih lesu.Mas Yusuf menggendong Sulthan agar berhenti menangis. Sebotol susu sudah kubuatkan untuknya.Daffa masih bingung celingukan di atas kasur. Mungkin sedang mikir, kenapa sepupunya pada di sini semua?"Minum Mommy." ucap Daffa. Sambil nglihatin Daddy-nya yang sedang menggendong Sulthan.Aku memberikannya segelas air putih hangat. Sungguh berat rasanya bebanku mengemong 3 anak sekaligus. Rasanya campur aduk, antara ngantuk, capek, juga lesu.Aku membuatkan sarapan Daffa juga Khaity bubur ayam. Kupindah ke mangkok-mangkok kecil untuk mereka berdua, lalu menakar masing-masing untuk Khaity juga Daffa.Mas Yusuf kubuatkan nasi goreng kesukaannya. Setelah sarapan, Aku dan Mas Yusuf gotong royong memandikan ketiganya. Mas Yusuf bagian memandikan, Aku yang mengganti pakaian mereka. Setelah rapi, Aku mengawasi mereka main. Mas Yusuf kusuruh untuk b
MENANTU AMBURADUL 109Aku mengamankan anak-anak, mencoba menenangkan mereka bertiga dari tangis akibat dimarahin Ibu. Nggak enak juga sama tetangga kalau mendengar suara berisik tangisan anak-anak malam-malam begini.Sulthan buru-buru kuberikan susu formula dalam sebuah botol, Mimi masih setia menggendongnya, akhirnya Sulthan diam setelah diberikan sufor. Daffa hanya butuh sebuah pelukan, begitu juga Khaity."Nggak papa, nenek cuma mau nonton tv saja sebenernya. Tapi Daffa sama Khaity suaranya lebih kenceng, jadi nenek terganggu deh. Beliau nggak bermaksud memarahi kalian, kok." kataku menenangkan.Kutawarkan mereka main kembali atau mau beristirahat di dalam kamar."Masih mau main? Atau masuk ke dalam?" tanyaku pada keduanya.Mereka berdua melirik ke arah neneknya yang sedang ikut menatap mereka berdua. Dengan ekspresi ketakutan mereka memilih untuk masuk ke dalam kamar. Akhirnya Mas Yusuf mengajak keduanya untuk masuk.Udah kayak ngelihat Nenek Lampir saja sih kalian ini Nak. Aku
MENANTU AMBURADUL 110Hal yang pasti akan datang kepada setiap manusia adalah kematian. Tidak ada yang bisa mencegah kedatangannya jika memang sudah waktunya untuk tiba. Semua yang ada di sekelilingnya akan ia tinggalkan bersama dengan kenangan sepanjang masa hidupnya.Sedangkan hal tersulit dalam hidup adalah, mengikhlaskan yang tadinya ada, menjadi tidak ada. Yang tadinya berada di sisi kita, pergi menghilang tanpa kita bisa lagi bertegur sapa. Apalagi untuk menyentuhnya. Tak akan lagi bisa.Maut dan Takdir, akan banyak merubah keadaan suatu manusia._____________Jenazah pak Subandio Almarhum mertua Mas Rama katanya sudah perjalanan dari rumah sakit menuju ke rumah duka. Aku, Ibu dan Mas Yusuf membawa serta Mimi untuk ikut bersama kami datang ke rumah orang tua Mbak Rini.Sebisa mungkin kami harus datang lebih awal, agar bisa menyambut kedatangan Mbak Rini dan keluarga. Khaity juga Sulthan ikut bersama kami. Sedangkan Daffa ikut bersama mobil Papa dan Mama. Aku mengajak serta kedua
MENANTU AMBURADUL 161 (ENDING)Setiap manusia selalu punya pilihan untuk selalu bersikap baik kepada sesama atau justru sebaliknya.___________Takdir hidup terkadang memang mengejutkan. Apalagi dengan terjadinya pendekatan dan rencana pernikahan antara Mimi dan Raihan. Semua orang bahkan diriku sendiri juga kaget. Apalagi mereka yang baru saja tinggal satu rumah dalam hitungan hari. Mimi dulu sempat ingin diadopsi sebagai anak oleh Ibu setelah kematian Mia, tapi rencana Ibu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari anak-anak lelaki Ibu, kini Ia malah akan dijadikan istri oleh Raihan. Seseorang yang pernah menjadi menantu Ibu.Herannya si Mimi juga bersedia dengan permintaan Raihan yang ingin mempersuntingnya. Entah apapun itu motifnya yang jelas doa terbaik selalu untuk mereka berdua.Jika dengan menikah dengan Raihan membuat Mimi akan bersikap lebih penyayang kepada Fajarina dan Ibu, sungguh itu ide yang bagus. Karena selama ini Ibu sudah di rawat dengan Mimi dengan sepenuh ha
MENANTU AMBURADUL 160Kulihat betapa senangnya Daffa diperhatikan oleh Mama dan Papa. Daffa juga sangat bahagia karena Mama dan Papa beberapa hari ini tinggal di rumah kami. Dua orang yang memang sejak Daffa kecil sangat dekat dengan Daffa.Dulu, si Sulungku justru malah sering kutinggalkan bersama kedua orang tuaku karena banyak hal. Itu sebabnya suatu waktu Mama pernah memarahiku karena hal tersebut. Karena kesibukanku di duniaku sendiri sehingga sering meninggalkan anakku di tempat Mama.Sering juga kutinggalkan Daffa karena ulah Ibu mertua. Atau masalah keluarga Mas Yusuf yang tak jarang menyita waktuku. Tentang almarhumah Mia, tentang Ibu, atau masalah lainnya.Dari sebab inilah Daffa menjadi lebih dekat dan intensitas kebersamaannya dengan Grandma dan Grandpanya sangat sering."Lagi pada asyik ngapain?" tanyaku pada Papa dan Daffa yang sedang bercengkerama di ruang Tv."Lagi jawab teka-teki silang nih Mom." jawab Daffa."Siapa yang menang?""Nggak ada yang menang, kami jawab b
MENANTU AMBURADUL 159Mas Rama, Mbak Rini, Khaity dan Mama Papa berpamitan untuk pulang. Berhubung acara buka bersama telah usai. Sebenarnya ingin tarawih berjamaah juga, tapi takutnya kemalaman.Ibu mengamankan diri di kamar, mungkin sedang menyelesaikan beberes barang-barang. Begitu juga Mimi, dia digaji untuk mengikuti kemanapun Ibu akan tinggal.Mungkin tidak lama lagi Mimi bisa bekerja dengan Ibu, karena umur dia sekarang sudah menunjukkan umur seorang wanita yang pantas untuk menikah. Kedua orang tuanya sudah sering mendesak Mimi untuk segera menikah. Tidak peduli bagaimana senangnya Mimi mencari uang.Mungkin kedua orang tua Mimi takut jika nanti Mimi menikah terlalu tua. Apalagi di kampung pasti banyak yang akan ikut berkomentar jika ada anak gadis salah satu warga yang menikah terlalu tua.Aku berpesan kepada Mimi untuk jangan lebih dulu bilang sama Ibu jika memang sudah mau resign dari pekerjaan ini. Karena tahu sendiri pasti Ibu akan merasa gelisah jika diberi tahu di awal.
MENANTU AMBURADUL 158Tidak ada yang bisa merubah watak seseorang, kecuali dirinya sendiri yang ingin merubahnya.Betapa sulitnya menuruti semua kemauan Ibu. Dari hal sepele, sampai hal yang paling berat sekalipun. Dari waktu yang bersahabat atau waktu yang sedang tidak bersahabat. Jika si Ibu sudah berkehendak, maka keinginan itu harus terwujud."Ibu jadinya puasa atau enggak, Bu?""Mana kuat Ibu puasa, Ibu kan enggak sahur Nis. Ada-ada aja kamu.""Oooh, gegara menu sahur enggak sesuai keinginan Ibu, Ibu jadi mutusin buat nggak puasa ya.""Ngomong apa sih kamu ini." Elak Ibu. Mungkin si kanjeng ratu malu mau jujur."Ibu minta menu apa buat nanti sahur. Biar bisa puasa bareng kita.""Apa ya, nanti Ibu kasih tahu deh kalau sudah dapat menu yang Ibu pingin.""Sekarang saja Bu. Nggak usah nanti-nanti. Yang mau belanja dan yang masih jualan lauk mentah siapa kalau sudah sore. Ini bentar lagi juga orang sibuk nyari takjil. Bukan sayur mayur atau lauk mentah." cerocosku mendesak Ibu agar me
MENANTU AMBURADUL 157"Marhaban ya Romadhon. Marhaban Syahrossiyam."Selamat menunaikan Ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita semua diberikan kesehatan sehingga bisa beribadah dengan maksimal di bulan suci ini. Aamiin.____________"Nek, maafkan Rina. Nenek jangan marah." kata Rina di balik pintu kamar neneknya sambil ketok-ketok.Ibu mengunci pintu kamar beliau dari dalam, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa masuk, termasuk Mimi."Pergi saja semua. Jangan perdulikan Nenek lagi.""Kami semua masih peduli kok sama Nenek.""Bohong. Buktinya kamu tidak mau tinggal sama Nenek. Kamu malah memilih tinggal bersama Ayahmu.""Nenek boleh ikut sama kami. Kata Ayah, kita akan tinggal bersama."Hening... tidak ada balasan dari dalam ruangan yang pastinya berantakan itu akibat ulah dari Ibu. Segala barang yang ada di dalam selalu dirusak saat Ibu marah. Itu sebabnya kami tidak banyak meletakkan barang-barang berbahan kaca yang mudah pecah. Salah satu alasannya ya karena itu. Tidak i
MENANTU AMBURADUL 156Kami masih di Supermarket langganan. Cuman beda posisi saja. Aku, Fateh, Rina, Daffa dan Mbak Karti sedang menunggu Ibu dan Mimi yang masih ada di dalam. Mas Yusuf entah menghilang kemana?Daffa awalnya membantu Neneknya mendorong troli belanjaan, tapi dia antarkan troli tersebut sampai kasir lalu pamit mencari Daddynya agar bisa membantunya membawakan belanjaan si nenek. Sudah Daffa cari kemana-mana, batang hidung Daddynya belum juga nongol, akhirnya Daffa menemukan keberadaan kami dan menunggu Mas Yusuf bersama kami di sini."Loh, kok kalian pada di sini? Ibu dimana?" tanya Mas Yusuf yang mendadak care dengan keberadaan ibunya."Helloooo kemana aja dari tadi Mas?" batinku mengomel.Entah dari mana asalnya Mas Yusuf tiba-tiba muncul begitu saja. Bilangnya sih dari toilet. Entah ngumpet atau ngapain dia sejak tadi di sana? Kami saja sudah duduk di sini sekitar 15 menit. Berarti Mas Yusuf berada di toilet hampir 45 menitan. Hahahaha mustahil sekali Mas. Alasan k
MENANTU AMBURADUL 155Suara huru-hara orang yang hendak beraktivitas mulai terdengar di luar. Sang embun mulai menampakkan diri, pertanda bahwa pagi ini masih begitu dingin. Kembali kututup pintu rumah, lalu menikmati pekerjaan pagi yang setiap hari kujalani.Mbak Karti sudah memulai pekerjaan rumah lebih dulu, ia tampak serius sedang bergelut dengan cucian dan mesin. Sementara Aku sedang menyiapkan bumbu dan bahan makanan untuk kukupas dan potong-potong.Mas Yusuf dan Fateh masih terlelap tidur. Tadi mereka asyik bercanda dari sebelum subuh, namun akhirnya keduanya tertidur kembali setelah Mas Yusuf melakukan sholat subuh.Daffa dan Fajarina juga kebetulan sedang ada di rumah. Mereka sedang menikmati liburan di rumah menjelang ramadhan dari pesantren. Tidak lama sih, sekitar satu minggu. Itupun sudah membuat mereka berdua merasa senang, karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Khaity juga pulang."Boleh Rina bantu, Tante?" sapa seseorang dari belakangku."Eh Rina,
MENANTU AMBURADUL 154Kudengar bel rumah berbunyi, sepertinya ada seseorang yang datang. Aku berdiri dari posisi awalku yang sedang duduk di samping Fateh untuk menitipkan sementara Fateh, kepada Mbak Karti. Dengan sedikit rasa penasaran Akupun membuka pintu depan."Assalamu'alaikum Mbak Nisa. Saya rindu sekali dengan Mbak Nisa." sapa seorang dokter perempuan cantik di hadapanku. Ia Aisyah, istri dari Ilyas.Kami saling berpelukan. Sudah lama sekali sepertinya kami tidak berjumpa."Alhamdulillah Baik. Tahu rumahku dari Mana, Syah?""Minta sama Mbak Rini. Hehehehe nggak papa kan Mbak? Maaf sudah lancang.""Nggak papa dong. Malahan seneng ada yang datang ke sini jengukin diriku.""Hehehehe Mbak Nisa bisa saja."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, rupanya Aku sedikit pangling padanya. Kini Aisyah tampak lebih subur, sepertinya benar yang dibilang oleh Fajarina, Aisyah terlihat seperti sedang berbadan dua. Wajahnya masih saja cantik, bahkan lebih cantik sekarang dengan aura keibuannya ya
MENANTU AMBURADUL 153Sudah sekitar 45 menit kami menunggu mobil yang dinaiki oleh Ibu singgah di sini. Kami semua seperti orang hilang di sebuah Pom Bensin ini. Bukan seperti lagi, kami ibarat keluarga yang terdampar tanpa kepastian.Ibu tak kunjung ada kabar. Selain cemas, kami juga sempat berfikiran buruk tentang mereka bertiga yang kebetulan di supiri oleh orang sewaan yang kurang begitu kami kenal. Takutnya mereka bertiga kenapa-napa. Misalnya diculik gitu. Tapi ribet juga sih kalau yang diculik Ibu. Bakalan susah ngerawatnya. Belum lagi pas kena omel si Ibu, bisa-bisa nyerah penculiknya. Angkat tangan beserta kaki. Hahahahaa.Selang berapa lama, Mas Yusuf dan Mas Rama akhirnya berhasil menghubungi si driver lewat sambungan telfon. Saat ditanya oleh Mas Rama kebetulan si driver baru sampai rumah lagi. Tadinya masih di jalan dan susah ambil ponsel di sakunya, makanya tidak kunjung diangkat.Ternyata Ibu melupakan sesuatu, tas beliau ketinggalan di ruang tamu lengkap beserta pons