MENANTU AMBURADUL 110Hal yang pasti akan datang kepada setiap manusia adalah kematian. Tidak ada yang bisa mencegah kedatangannya jika memang sudah waktunya untuk tiba. Semua yang ada di sekelilingnya akan ia tinggalkan bersama dengan kenangan sepanjang masa hidupnya.Sedangkan hal tersulit dalam hidup adalah, mengikhlaskan yang tadinya ada, menjadi tidak ada. Yang tadinya berada di sisi kita, pergi menghilang tanpa kita bisa lagi bertegur sapa. Apalagi untuk menyentuhnya. Tak akan lagi bisa.Maut dan Takdir, akan banyak merubah keadaan suatu manusia._____________Jenazah pak Subandio Almarhum mertua Mas Rama katanya sudah perjalanan dari rumah sakit menuju ke rumah duka. Aku, Ibu dan Mas Yusuf membawa serta Mimi untuk ikut bersama kami datang ke rumah orang tua Mbak Rini.Sebisa mungkin kami harus datang lebih awal, agar bisa menyambut kedatangan Mbak Rini dan keluarga. Khaity juga Sulthan ikut bersama kami. Sedangkan Daffa ikut bersama mobil Papa dan Mama. Aku mengajak serta kedua
MENANTU AMBURADUL 111Dulu sebelum menikah, cinta sangat penting, bahkan ada di urutan pertama untuk menentukan apakah hubungan kalian akan berlanjut ke jenjang pernikahan ataukah tidak. Tapi setelah pernikahan itu sendiri, sifat masing-masing dari pasangan adalah penentu kalian bisa bertahan atau tidak dengan pernikahan yang sudah kalian pilih tersebut.Menikah itu banyak sekali kejutan. Hal yang dulunya hanya kalian yang rasakan, setelah pernikahan, areanya akan semakin meluas. Ada keluargamu, keluarga pasanganmu, saudaramu, saudara pasanganmu. Temanmu, teman pasanganmu, dan lain sebagainya.__________Aku bersyukur memiliki Mas Yusuf yang selalu mengutamakan kepentingannya dengan keluarganya di rumah dari pada kepentingannya dengan teman-temannya di luar rumah. Ia selalu pulang kerja tepat waktu, juga menikmati makanan di rumah yang kusediakan. Itu salah satu nilai plus dari suamiku.Beda orang beda juga kebiasaan. Meski masih sekandung. Kalau Mas Rama, dulu katanya Mbak Rinu dia
MENANTU AMBURADUL 112Satu bulan berlalu. Aku tak kunjung menstruasi. Lagi-lagi sepertinya Aku telat datang bulan. Entah kenapa semakin bertambah umur, bertambah pikiran, bertambah ruwet juga sepertinya jadwal bulanan menstruasiku. Padahal sudah kujaga dengan baik emosi juga kewarasanku setiap harinya. Apalagi saat menghadapi Ibu mertuaku tersayang, kewarasanku harus ku nomor satukan. Jika tidak, mungkin Rumah Sakit Jiwa sudah melambaikan tangannya kepadaku. Hahahahaa.Konyol sih, jika ngomongin tentang mertua. Kalian yang memiliki mertua layaknya orang tua sendiri, patut bersyukur bahkan ngelakuin sujud syukur setiap hari pun enggak bakalan rugi. Nah kami, yang kebetulan ngedapetin mertua yang super super luar biasa ini, memang sepertinya orang-orang pilihan saja dari Allah SWT. Mungkin saja hati kami lebih kuat dari baja.__________Satu bulan berlalu, dengan kegiatan di rumah yang begini-begini saja ternyata membuatku jenuh bin bosan. Kuputuskan untuk utek-utek interior juga ekster
MENANTU AMBURADUL 113Acara 3 bulanan kehamilan Mia berjalan dengan lancar, meskipun di tengah proses memasak ada perseteruan yang sampai saat ini belum juga usai antara Ibu dan juga Mbak Rini. Juga tadi ada sedikit perdebatan antara Ibu dan Bu Rohmah. Ibu sungguh keren, karena berani melawan siapapun di dunia ini. Tidak ada yang beliau takuti."Ibu mertuamu dibawain sekalian saja oleh-olehnya Rama. Kasihan, nanti ngarepin loh." pinta Ibu dengan berlagak meremehkan.Aku, Mas Yusuf, dan semua yang melihat ekspresi Ibu jadi sedikit merasa kurang nyaman. Apalagi Mbak Rini, pasti peka banget dia masalah beginian."Nggak usah Mas. Bawa satu ini saja. Nanti nggak bakalan ke makan." sahut Mbak Rini."Tapi ditawarin tuh sama ibu, Rin," Mas Rama berusaha mengindahkan tawaran Ibunya."Nggak usah kubilang! Ibumu itu enggak dari hati nawarinnya." jawab Mbak Rini jutek dengan nada bicara yang sudah naik oktaf.Mas Rama yang kurang begitu faham permasalahan istri dan ibunya tersebut memilih untuk
MENANTU AMBURADUL 114Bersyukur, bisa keluar dari kamar Mia dengan keberhasilan mengucurkan keringat berliter-liter. Ya, keberhasilanku untuk membersihkan kotoran lebih tepatnya.Dengan usaha yang keras Aku menemukan tombol yang seharusnya kupencet. Gila aja nih perempuan, dapet laki yang rumahnya sekelas hotel elit begini. Batinku.Pantas saja Ibu iri melihat kehidupan Mia yang sekarang. Andaikan Mia tahu bahwa maksud Ibu memintanya untuk membangun sebuah istana untuknya juga suaminya adalah karena Ibu ingin hidup bersama Mia. Sayangnya signal itu tidak tertangkap. Aku saja baru tahu itu semua dari Mimi. Sahabat setia pelipur duka lara Ibu. Hahahhaa."Tidur kamu Nis? Lama amat ke toiletnya?" sindir Mbak Rini, yang belum kuceritakan kisah yang sesungguhnya gimana perjuanganku berada di dalam sana. Andaikan kamu tahu Mbak, pasti sudah ketawa sampai perut kaku menertawakan keluguanku. Batinku."Mules banget soalnya." jawabku singkat. Tenagaku sudah hampir habis sepertinya.Sudah hampir
MENANTU AMBURADUL 115Jika kamu tidak bahagia melihat kebahagiaan orang lain, atau merasa tidak senang atas kesenangan orang lain, artinya memang ada penyakit di dalam hatimu.Kadang hidup memang dihadapkan dengan orang semacam itu, yang tidak senang melihat kita bahagia yang bahagia melihat kita menderita.********Kulihat sebuah postingan dari story applikasi hijau milik Mbak Rini, dia sepertinya mulai menawarkan sesuatu lewat storynya tersebut. Kali ini tentang makanan. Ada aneka macam kue, cemilan dan lauk yang ia tawarkan. Kubuka kembali story selanjutnya, disana tertera banyaknya pemesan untuk postingan pertamanya."Alhamdulillah laris manis," batinku.Tak lupa Aku juga memesan beberapa lauk dan cemilan untuk Mas Yusuf juga Daffa. Mama juga ikut kutawari agar semakin banyak pembeli di tempat Mbak Rini.Setelah dilihat-lihat story yang lain, ternyata Mbak Rini sudah mendaftarkan dagangannya lewat applikasi yang bisa diantarkan kurir. Aku lebih memilih pesan lewat applikasi ini sa
MENANTU AMBURADUL 116Hari ini weekend, Aku memutuskan untuk berolah raga dengan Daffa mengelilingi komplek. Setiap weekend jadwal harianku di rumah lebih santai karena Mas Yusuf tidak masuk kantor, jadi segala macam pekerjaan rumah kukerjakan dengan tidak buru-buru."Hallo Bu Amira." sapaku kepada mamanya Ari, teman main si Daffa. Beliau sedang jogging bersama anaknya."Iya Bu Annisa. Pagi amat kalian." balas Bu Amira."Iya Bu, Ari sudah sarapan belum?" tanyaku basa-basi. Sebenernya ada hal penting yang ingin kusampaikan pada Bu Amira."Sudah tadi minum susu tante, sama biskuit. Daffa sudah?""Sudah tadi makan roti sama susu. Hehehe. Oh ya Bu, sudah denger dari Ari belum?""tentang apa ya, Bu Nisa?""Tentang kita yang dikatain pengangguran sama Mamanya Kevin." terangku."Oh iya, kemaren Ari bilang katanya si Kevin mbahas tentang pengangguran.""Iya, betul banget.""Kurang asem banget itu memang si Bu Reina, ya." Bu Amira mulai tersulut emosi."Iya memang songong sekali orangnya, Bu."
MENANTU AMBURADUL 117Aku, Daffa dan Mas Yusuf mampir ke rumah Mbak Rini dan Mas Rama. Ternyata rumahnya sepi. Sama sekali tidak ada orang di dalam rumah. Entah pergi kemana mereka semua. Kuhubungi nomor Mbak Rini, ternyata sedang berkumpul di rumah Ibunya. Mbak Rini meminta kami untuk mampir ke sana.Akhirnya kami mampir ke rumah orang tua Mbak Rini. Jarak rumah beliau tidak begitu jauh dari rumah Mbak Rini. Hanya sekitar 200 sampai 300 meteran.Aku ingat betul kalau rumah milik Mas Rama dan Mbak Rini ini dulu memang dicarikan oleh almarhum bapaknya Mbak Rini, katanya memang supaya deket dengan orang tua. Akhirnya setelah tawar menawar harganya juga cocok, dibeli juga oleh Mas Rama dan Mbak Rini.________"Assalamu'alaikum." ucap salam kami setelah sampai di rumah Ibunya Mbak Rini."Hai, sini sini." jawab Mbak Rini yang tampak sedang meninabobokan si Sulthan."Kalian tidur di sini Mbak?" tanyaku."Iya Nis, kadang tidur di sini kadang dijemput Mas Rama pulang.""Mas Rama gimana?""Ti