MENANTU AMBURADUL 118Sesuatu yang kita anggap baik-baik saja terkadang tidak sebaik yang kita lihat. Ada kalanya kehidupan itu memberi banyak kita pilihan. Pilihan untuk menjadi apa adanya, atau menjadi sesuai yang orang lain inginkan.Tapi hal yang pasti di dunia ini adalah, bahwa kita akan menuai apa yang sudah kita tanam._____________Acara tujuh bulanan masih berlangsung. Mungkin dari sekian banyak tamu, hanya Ibu seorang yang tampak murung, gundah gulana, galau dan kacau.Kukira, hubungan Bu Anita dengan menantunya baik-baik saja dan jarang ada problem. Ternyata sampai sini Aku faham, bahwa tidak semua yang terlihat baik-baik saja di mata kita, benar-benar baik kenyataannya.Contohnya si Mia, meski dia sudah berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, tetap saja ada kekurangan lain yang dia entah sengaja atau tidak melakukannya."Mia, kamu emangnya nggak mau diajarin mertuamu bisnis?"Mia tampak bingung dengan pertanyaan Ibu yang tidak ada basa-basinya itu. Ibu me
MENANTU AMBURADUL 119Fajarina tidak diperbolehkan di bawa Ibu pulang ke rumah oleh Mia. Meski Ibu bersikeras membawa cucunya tersebut pulang ke rumah. Entah ini hanya sekedar pelampiasan Ibu atau apa, sehingga menjadikan alasan Rina sebagai problemnya dalam masalah ini. Padahal inti permasalahannya bukan seperti ini, dan kukira maksud dari Bu Anita itu bagus.Bukankah saling mengingatkan itu bagus, dan masih untung beliau meminta tolong Ibu untuk memberi tahu anaknya, bukannya menegur langsung atau membuat menantunya menjadi bahan gosip di depan para tetangga, seperti yang sering Ibu lakukan dulu. Mungkin sekarang juga masih berlaku, menjelek-jelekkan menantu atau besan di depan orang lain.Mungkin dengan Ibu menerima kritik dan protes seperti inilah yang lama-lama akan menyadarkan bahwa sikap Ibu yang seperti itu selama ini memang tidak mengenakkan.___________Kali ini Ibu pulang bersama kami. Karena Mimi pulang kampung, Mas Yusuf menawarkan Ibu untuk tidur di rumah kami. Lagian em
MENANTU AMBURADUL 120Aku tidak benar-benar tidur, hanya sekedar merebahkan diri sebentar di kasur. Meregangkan otot-otot Yang sejak tadi pagi kupakai untuk beraktivitas. Kumandikan Daffa sebelum adzan maghrib berkumandang. Kebetulan kamar mandi kami di dalam kamar.Kudengar sepertinya Ibu sedang bergelut dengan panci dan kawan-kawannya di dapur. Tak lupa kudengar suara khas peralatan dapur yang Ibu pukul-pukul. Mungkin sengaja beliau ingin membangunkan menantunya yang dia pikir sedang enak-enaknya tidur. Kurasa Ibu sedang menyiapkan makan malam untuk anak lelakinya. Ya, kuyakin hanya untuk anak lelakinya. Bukan untuk kami semua.Untungnya Aku sudah sedia lauk di freezer, yang sudah kubumbui dan tinggal di goreng, ada ayam, bebek juga Ikan beberapa potong kuletakkan di kotak yang terpisah. Tidak begitu banyak sih, hanya beberapa potong saja, sesuai dengan jumlah kami orang serumah.Mama yang mengajarkanku seperti itu, supaya kalau sewaktu-waktu anak dan suami lapar dan meminta dimasa
MENANTU AMBURADUL 121Lebih baik untuk diam, dari pada berbicara tapi menyakitkan.__________"Mommy, kaki Daffa sakit. Mommy tolong!" teriak anakku sambil nangis sehabis dia pulang dari bermain.Aku yang tadinya sedang mencuci perabotan yang baru saja kupakai untuk memasak, buru-buru lari melihat keadaan Daffa. satu tangannya sambil memegang lutut yang luka, tangan yang satunya lagi sambil menyeka air matanya. Ada darah mengalir di kulit dekat lututnya, sepertinya ada luka gores.Buru-buru kubersihkan darahnya, kucek seberapa dalam lukanya, syukurlah tidak separah kekhawatiranku tadi, lalu kuobati lukanya agar tidak infeksi.Mia yang melihat kami ikut membantuku mengobati luka Daffa."Sakit nggak, kak?" tanya Tante Mia pada Daffa.Daffa mengangguk, ia masih terisak."Diobatin Mommy dulu ya, biar sakitnya berkurang." hibur tantenya.Daffa mengangguk lagi, Mia membantu menyeka air mata Daffa yang masih mengalir di pipi."Perih ini pastinya, Mbak,""Iya Mia, darahnya lumayan loh tadi, m
MENANTU AMBURADUL 122Keesokan harinya, Aku menyiapkan banyak menu di meja makan. Demi untuk melancarkan permintaan izinku bekerja kepada suami tercinta. Semoga saja dengan budget yang sudah terlalu banyak kukeluarkan ini, hasilnya tidak mengecewakan. Anggap saja di dunia ini tidak ada yang gratis. Butuh usaha dan butuh kerja keras.Mas Yusuf, Ibu dan Daffa tampak terkejut dengan sikap manisku sejak beberapa puluh jam yang lalu, awalnya ketika Aku membelikan sepeda untuk Mas Yusuf. Dan pagi ini, kulakukan hal-hal manis lagi. Lalu apalagi yang akan kukejutkan bagi orang-orang di rumah ini? Hehehe."Asyikkkk banyak makanan." Daffa bersorak senang."Ambil saja apa yang Daffa suka." tuturku."Kamu lagi kenapa sih, De'? Jangan-jangan kamu lagi nggak sehat ya?" tanya Mas Yusuf penasaran.Kalau Aku enggak sehat, bagaimana Aku menyiapkan makanan-makanan ini Mas. Yang benar saja kamu kalau ngomong. Batinku."Nggak papa, Mas. Aku hanya ingin menyenangkan hati kalian." jawabku sok Manis."Mas ja
MENANTU AMBURADUL 123"Yeeaay, Alhamdulillah" ucapku syukur.Aku bahagia bukan main setelah mendapatkan izin dari suami dan anakku untuk berkarir lagi. Meski bukan di dunia karirku yang dulu, setidaknya kini Aku bisa kembali mengibaskan sayapku di dunia pekerjaan.Daffa kini sudah mulai aktif sekolah. Meski belum sekolah formal layaknya sekolah dasar, tapi kini dia memiliki banyak teman dan memiliki dunianya sendiri.Mas Yusuf dengan hobi barunya, yaitu bersepeda bersama teman-teman akrabnya setiap kali weekend tiba.Untuk memenuhi janjiku pada Daffa, Aku hanya perlu mengajak pergi Daffa dan juga Mama, tidak perlu membawa serta Daddynya. Aku menghargai hobi Mas Yusuf yang sekarang. Walau bagaimanapun, dia juga harus bahagia dengan hobi barunya seperti kami.Minggu depan butik besar milik Tante Anita mulai pembukaan. Itu artinya kesibukanku dimulai dari sana. Aku menyiapkan pakaian kerjaku sedemikian rupa, saking bahagianya Aku begitu antusias sekali. Tak lupa, sepatu juga tas kupersia
MENANTU AMBURADUL 124"Pagi semua," sapa ramah dari Mbak Rini pagi ini di tempat kerja."Pagi juga Mbak Rin." jawab kami.Tumben sekali mood dia sebaik sekarang. Mungkin semalam Mbak Rini kejatuhan meteor kali, atau kejatuhan rejeki dari atas langit. Batinku."Kenapa kamu Mbak? Lagi seneng ya?" tanyaku penasaran."Hahaha tau aja kalau iparmu lagi seneng Nis.""Taulah, dari mukamu itu udah kelihatan kali Mbak. Habis dapet apaan sebahagia ini?""Sepeda Mas Rama udah Mbak belikan. Dia sekarang sok manis banget sama istrinya.""Waaahh, bisa sepedaan bareng tuh si kakak adik." timpalku."Iya. Mereka kan sudah kompromi dari kapan itu, katanya mau maen sepeda bareng. Yusuf itu lah yang suka ngomporin kakak ya supaya buru-buru punya sepeda.""Hehehhee maafkan kekhilafan suamiku ya Mbak. By the way dapet duit dari mana?""Di kasih sama Ibu. Hahahhaa. Kayak bagi hasil gitu Nis. Soalnya kan Mbak udah bantuin promo sampai sejauh ini. Pegawai Ibu juga nambah terus.""Waahh sukses ya buat Ibu Mbak.
MENANTU AMBURADUL 125Hallo semua, terimakasih ya telah mengikuti kisah Menantu Amburadul ini sampai Bab yang sekarang. Sebentar lagi kisah ini akan tamat ya, Ikuti terus kelanjutannya sampai tuntas. Jangan sampai ketinggalan update terbarunya ya. Terimakasih semua atas kesetiaannya. Love you. Semoga kalian dilimpahkan rezeki juga diberikan kesehatan selalu. Aamiin. **********Setiap manusia hanya bisa berencana, tapi takdir dan segala yang terjadi di dunia ini, tetaplah kuasa Allah yang Maha Esa.___________Setelah Mas Rama dan Mas Yusuf sampai di rumah sakit, Aku dan Mbak Rini pamit untuk pulang. Mengingat status kami sebagai Ibu, dan sejak pagi sudah meninggalkan buah hati kami di rumah. Rasanya tidak pas kalau kami semakin lama lagi di sini.Dengan perasaan kacau dan tidak enak hati, terpaksa kami berdua harus pamit kepada anggota keluarga lain. Ibu tidak ikut pulang bersama kami. Beliau ingin menemani Mia sampai Ia nanti tersadar."Makan malam dulu Ilyas, ajak juga Bunda. Kamu