MENANTU AMBURADUL 121Lebih baik untuk diam, dari pada berbicara tapi menyakitkan.__________"Mommy, kaki Daffa sakit. Mommy tolong!" teriak anakku sambil nangis sehabis dia pulang dari bermain.Aku yang tadinya sedang mencuci perabotan yang baru saja kupakai untuk memasak, buru-buru lari melihat keadaan Daffa. satu tangannya sambil memegang lutut yang luka, tangan yang satunya lagi sambil menyeka air matanya. Ada darah mengalir di kulit dekat lututnya, sepertinya ada luka gores.Buru-buru kubersihkan darahnya, kucek seberapa dalam lukanya, syukurlah tidak separah kekhawatiranku tadi, lalu kuobati lukanya agar tidak infeksi.Mia yang melihat kami ikut membantuku mengobati luka Daffa."Sakit nggak, kak?" tanya Tante Mia pada Daffa.Daffa mengangguk, ia masih terisak."Diobatin Mommy dulu ya, biar sakitnya berkurang." hibur tantenya.Daffa mengangguk lagi, Mia membantu menyeka air mata Daffa yang masih mengalir di pipi."Perih ini pastinya, Mbak,""Iya Mia, darahnya lumayan loh tadi, m
MENANTU AMBURADUL 122Keesokan harinya, Aku menyiapkan banyak menu di meja makan. Demi untuk melancarkan permintaan izinku bekerja kepada suami tercinta. Semoga saja dengan budget yang sudah terlalu banyak kukeluarkan ini, hasilnya tidak mengecewakan. Anggap saja di dunia ini tidak ada yang gratis. Butuh usaha dan butuh kerja keras.Mas Yusuf, Ibu dan Daffa tampak terkejut dengan sikap manisku sejak beberapa puluh jam yang lalu, awalnya ketika Aku membelikan sepeda untuk Mas Yusuf. Dan pagi ini, kulakukan hal-hal manis lagi. Lalu apalagi yang akan kukejutkan bagi orang-orang di rumah ini? Hehehe."Asyikkkk banyak makanan." Daffa bersorak senang."Ambil saja apa yang Daffa suka." tuturku."Kamu lagi kenapa sih, De'? Jangan-jangan kamu lagi nggak sehat ya?" tanya Mas Yusuf penasaran.Kalau Aku enggak sehat, bagaimana Aku menyiapkan makanan-makanan ini Mas. Yang benar saja kamu kalau ngomong. Batinku."Nggak papa, Mas. Aku hanya ingin menyenangkan hati kalian." jawabku sok Manis."Mas ja
MENANTU AMBURADUL 123"Yeeaay, Alhamdulillah" ucapku syukur.Aku bahagia bukan main setelah mendapatkan izin dari suami dan anakku untuk berkarir lagi. Meski bukan di dunia karirku yang dulu, setidaknya kini Aku bisa kembali mengibaskan sayapku di dunia pekerjaan.Daffa kini sudah mulai aktif sekolah. Meski belum sekolah formal layaknya sekolah dasar, tapi kini dia memiliki banyak teman dan memiliki dunianya sendiri.Mas Yusuf dengan hobi barunya, yaitu bersepeda bersama teman-teman akrabnya setiap kali weekend tiba.Untuk memenuhi janjiku pada Daffa, Aku hanya perlu mengajak pergi Daffa dan juga Mama, tidak perlu membawa serta Daddynya. Aku menghargai hobi Mas Yusuf yang sekarang. Walau bagaimanapun, dia juga harus bahagia dengan hobi barunya seperti kami.Minggu depan butik besar milik Tante Anita mulai pembukaan. Itu artinya kesibukanku dimulai dari sana. Aku menyiapkan pakaian kerjaku sedemikian rupa, saking bahagianya Aku begitu antusias sekali. Tak lupa, sepatu juga tas kupersia
MENANTU AMBURADUL 124"Pagi semua," sapa ramah dari Mbak Rini pagi ini di tempat kerja."Pagi juga Mbak Rin." jawab kami.Tumben sekali mood dia sebaik sekarang. Mungkin semalam Mbak Rini kejatuhan meteor kali, atau kejatuhan rejeki dari atas langit. Batinku."Kenapa kamu Mbak? Lagi seneng ya?" tanyaku penasaran."Hahaha tau aja kalau iparmu lagi seneng Nis.""Taulah, dari mukamu itu udah kelihatan kali Mbak. Habis dapet apaan sebahagia ini?""Sepeda Mas Rama udah Mbak belikan. Dia sekarang sok manis banget sama istrinya.""Waaahh, bisa sepedaan bareng tuh si kakak adik." timpalku."Iya. Mereka kan sudah kompromi dari kapan itu, katanya mau maen sepeda bareng. Yusuf itu lah yang suka ngomporin kakak ya supaya buru-buru punya sepeda.""Hehehhee maafkan kekhilafan suamiku ya Mbak. By the way dapet duit dari mana?""Di kasih sama Ibu. Hahahhaa. Kayak bagi hasil gitu Nis. Soalnya kan Mbak udah bantuin promo sampai sejauh ini. Pegawai Ibu juga nambah terus.""Waahh sukses ya buat Ibu Mbak.
MENANTU AMBURADUL 125Hallo semua, terimakasih ya telah mengikuti kisah Menantu Amburadul ini sampai Bab yang sekarang. Sebentar lagi kisah ini akan tamat ya, Ikuti terus kelanjutannya sampai tuntas. Jangan sampai ketinggalan update terbarunya ya. Terimakasih semua atas kesetiaannya. Love you. Semoga kalian dilimpahkan rezeki juga diberikan kesehatan selalu. Aamiin. **********Setiap manusia hanya bisa berencana, tapi takdir dan segala yang terjadi di dunia ini, tetaplah kuasa Allah yang Maha Esa.___________Setelah Mas Rama dan Mas Yusuf sampai di rumah sakit, Aku dan Mbak Rini pamit untuk pulang. Mengingat status kami sebagai Ibu, dan sejak pagi sudah meninggalkan buah hati kami di rumah. Rasanya tidak pas kalau kami semakin lama lagi di sini.Dengan perasaan kacau dan tidak enak hati, terpaksa kami berdua harus pamit kepada anggota keluarga lain. Ibu tidak ikut pulang bersama kami. Beliau ingin menemani Mia sampai Ia nanti tersadar."Makan malam dulu Ilyas, ajak juga Bunda. Kamu
MENANTU AMBURADUL 126Bagaimana caranya agar Ilyas bisa tetap bertahan hidup, meski belahan jiwa telah pergi untuk selama-lamanya dengan menitipkan malaikat kecil yang belum sempat melihat wajah seorang wanita yang telah mengandungnya tersebut?Hancur berkeping-keping perasaan Ilyas setiap kali menatap bayi yang tak berdosa itu.Ini bukanlah kali pertama, ini kedua kalinya Ilyas mengalami kejadian serupa. Malaikat kecil itu adalah seorang bayi lelaki yang telah diberi nama oleh Mia sejak saat kehamilannya, Mia adalah sosok Ibu yang telah berjuang keras dalam proses kelahiran bayinya dan kini tengah terbaring tak bernyawa."Evano Edzard Tanuwijaya," nama yang indah, setampan parasnya. Tidak ada tamu yang tidak menangisi bayi mungil yang malang itu, bahkan Evano belum sempat diberikan ASI oleh ibunya, kini malah Ia harus ditinggalkan selama-lamanya.Fajarina tengah di dekap erat oleh orang tua Ilyas, gadis berusia 3,5 tahun itu sama sekali belum mengerti, apa sebenarnya yang terjadi d
MENANTU AMBURADUL 127Menurut kata orang, Allah lebih dahulu mengambil orang-orang yang baik di dunia ini. Mungkin menurut Allah, Mia jauh lebih baik dari kami semua, sehingga Ia harus pergi mendahului kita.__________Mama dan Papa pulang ke rumah, juga orang tua Ilyas dan Ibu Mbak Rini. Kini tinggallah kami para anak, menantu dan cucu Ibu yang menemani Ibu di rumah.Mimi setia mendampingi Ibu saat para sanak saudara juga relasi Ibu pulang ke rumah masing-masing. Ia juga membujuk Ibu untuk makan. Meski hanya masuk satu suapan dua suapan, yang penting ada makanan yang masuk.Rasanya tenaga kami sudah terkuras sejak tadi pagi. Setelah acara pengajian bersama, kami beristirahat rebahan di ruang tengah. Sementara para ibu dan anak-anak tidur bersama-sama di ruang tengah, dengan beralaskan kasur. Mas Yusuf, Mas Rama dan Ilyas masih berbincang dengan saudara di ruang depan.Adam pulang dengan Oma dan opanya. Daffa, Khaity dan Sultan rebahan bersamaku dan Mbak Rini. Sedangkan Rina tidur ber
MENANTU AMBURADUL 128Beberapa Bulan setelah kepergian MiaSemakin hari, Aku dan Mbak Rini semakin terlatih bekerja di butik Tante Anita. Segala hal yang berbau fashion, kami sudah menguasainya. Penjualanpun perlahan melonjak. Selain relasi dan sahabat kami yang lumayan banyak, kami juga pandai promosi ke sosial media. Ditambah lagi teman-teman Mas Yusuf dan Mas Rama juga para pegawai kantoran. Mereka pasti menganggap bahwa trend fashion itu penting. Sehingga memudahkan kami untuk mendapatkan pelanggan.Alhamdulilah, karir kami berjalan mulus, meski satu dua kendala pernah juga menghantam, Ki berdua bersyukur dengan jiwa solid kami berdua, bisa mengatasi dan melewati semua itu.Tante Anita semakin hari semakin menyayangi kami, beliau sudah menganggap kami berdua seperti anak sendiri. Ki juga sering berkunjung ke rumah untuk menemui Fajarina, Adam dan Evano.Atas kesepakatan bersama antara Ibu dan orang tua Ilyas, anak-anak Ilyas dibesarkan di tempat yang sama. Supaya tidak ada rasa sa
MENANTU AMBURADUL 161 (ENDING)Setiap manusia selalu punya pilihan untuk selalu bersikap baik kepada sesama atau justru sebaliknya.___________Takdir hidup terkadang memang mengejutkan. Apalagi dengan terjadinya pendekatan dan rencana pernikahan antara Mimi dan Raihan. Semua orang bahkan diriku sendiri juga kaget. Apalagi mereka yang baru saja tinggal satu rumah dalam hitungan hari. Mimi dulu sempat ingin diadopsi sebagai anak oleh Ibu setelah kematian Mia, tapi rencana Ibu gagal karena tidak mendapatkan persetujuan dari anak-anak lelaki Ibu, kini Ia malah akan dijadikan istri oleh Raihan. Seseorang yang pernah menjadi menantu Ibu.Herannya si Mimi juga bersedia dengan permintaan Raihan yang ingin mempersuntingnya. Entah apapun itu motifnya yang jelas doa terbaik selalu untuk mereka berdua.Jika dengan menikah dengan Raihan membuat Mimi akan bersikap lebih penyayang kepada Fajarina dan Ibu, sungguh itu ide yang bagus. Karena selama ini Ibu sudah di rawat dengan Mimi dengan sepenuh ha
MENANTU AMBURADUL 160Kulihat betapa senangnya Daffa diperhatikan oleh Mama dan Papa. Daffa juga sangat bahagia karena Mama dan Papa beberapa hari ini tinggal di rumah kami. Dua orang yang memang sejak Daffa kecil sangat dekat dengan Daffa.Dulu, si Sulungku justru malah sering kutinggalkan bersama kedua orang tuaku karena banyak hal. Itu sebabnya suatu waktu Mama pernah memarahiku karena hal tersebut. Karena kesibukanku di duniaku sendiri sehingga sering meninggalkan anakku di tempat Mama.Sering juga kutinggalkan Daffa karena ulah Ibu mertua. Atau masalah keluarga Mas Yusuf yang tak jarang menyita waktuku. Tentang almarhumah Mia, tentang Ibu, atau masalah lainnya.Dari sebab inilah Daffa menjadi lebih dekat dan intensitas kebersamaannya dengan Grandma dan Grandpanya sangat sering."Lagi pada asyik ngapain?" tanyaku pada Papa dan Daffa yang sedang bercengkerama di ruang Tv."Lagi jawab teka-teki silang nih Mom." jawab Daffa."Siapa yang menang?""Nggak ada yang menang, kami jawab b
MENANTU AMBURADUL 159Mas Rama, Mbak Rini, Khaity dan Mama Papa berpamitan untuk pulang. Berhubung acara buka bersama telah usai. Sebenarnya ingin tarawih berjamaah juga, tapi takutnya kemalaman.Ibu mengamankan diri di kamar, mungkin sedang menyelesaikan beberes barang-barang. Begitu juga Mimi, dia digaji untuk mengikuti kemanapun Ibu akan tinggal.Mungkin tidak lama lagi Mimi bisa bekerja dengan Ibu, karena umur dia sekarang sudah menunjukkan umur seorang wanita yang pantas untuk menikah. Kedua orang tuanya sudah sering mendesak Mimi untuk segera menikah. Tidak peduli bagaimana senangnya Mimi mencari uang.Mungkin kedua orang tua Mimi takut jika nanti Mimi menikah terlalu tua. Apalagi di kampung pasti banyak yang akan ikut berkomentar jika ada anak gadis salah satu warga yang menikah terlalu tua.Aku berpesan kepada Mimi untuk jangan lebih dulu bilang sama Ibu jika memang sudah mau resign dari pekerjaan ini. Karena tahu sendiri pasti Ibu akan merasa gelisah jika diberi tahu di awal.
MENANTU AMBURADUL 158Tidak ada yang bisa merubah watak seseorang, kecuali dirinya sendiri yang ingin merubahnya.Betapa sulitnya menuruti semua kemauan Ibu. Dari hal sepele, sampai hal yang paling berat sekalipun. Dari waktu yang bersahabat atau waktu yang sedang tidak bersahabat. Jika si Ibu sudah berkehendak, maka keinginan itu harus terwujud."Ibu jadinya puasa atau enggak, Bu?""Mana kuat Ibu puasa, Ibu kan enggak sahur Nis. Ada-ada aja kamu.""Oooh, gegara menu sahur enggak sesuai keinginan Ibu, Ibu jadi mutusin buat nggak puasa ya.""Ngomong apa sih kamu ini." Elak Ibu. Mungkin si kanjeng ratu malu mau jujur."Ibu minta menu apa buat nanti sahur. Biar bisa puasa bareng kita.""Apa ya, nanti Ibu kasih tahu deh kalau sudah dapat menu yang Ibu pingin.""Sekarang saja Bu. Nggak usah nanti-nanti. Yang mau belanja dan yang masih jualan lauk mentah siapa kalau sudah sore. Ini bentar lagi juga orang sibuk nyari takjil. Bukan sayur mayur atau lauk mentah." cerocosku mendesak Ibu agar me
MENANTU AMBURADUL 157"Marhaban ya Romadhon. Marhaban Syahrossiyam."Selamat menunaikan Ibadah puasa bagi yang menjalankan. Semoga kita semua diberikan kesehatan sehingga bisa beribadah dengan maksimal di bulan suci ini. Aamiin.____________"Nek, maafkan Rina. Nenek jangan marah." kata Rina di balik pintu kamar neneknya sambil ketok-ketok.Ibu mengunci pintu kamar beliau dari dalam, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa masuk, termasuk Mimi."Pergi saja semua. Jangan perdulikan Nenek lagi.""Kami semua masih peduli kok sama Nenek.""Bohong. Buktinya kamu tidak mau tinggal sama Nenek. Kamu malah memilih tinggal bersama Ayahmu.""Nenek boleh ikut sama kami. Kata Ayah, kita akan tinggal bersama."Hening... tidak ada balasan dari dalam ruangan yang pastinya berantakan itu akibat ulah dari Ibu. Segala barang yang ada di dalam selalu dirusak saat Ibu marah. Itu sebabnya kami tidak banyak meletakkan barang-barang berbahan kaca yang mudah pecah. Salah satu alasannya ya karena itu. Tidak i
MENANTU AMBURADUL 156Kami masih di Supermarket langganan. Cuman beda posisi saja. Aku, Fateh, Rina, Daffa dan Mbak Karti sedang menunggu Ibu dan Mimi yang masih ada di dalam. Mas Yusuf entah menghilang kemana?Daffa awalnya membantu Neneknya mendorong troli belanjaan, tapi dia antarkan troli tersebut sampai kasir lalu pamit mencari Daddynya agar bisa membantunya membawakan belanjaan si nenek. Sudah Daffa cari kemana-mana, batang hidung Daddynya belum juga nongol, akhirnya Daffa menemukan keberadaan kami dan menunggu Mas Yusuf bersama kami di sini."Loh, kok kalian pada di sini? Ibu dimana?" tanya Mas Yusuf yang mendadak care dengan keberadaan ibunya."Helloooo kemana aja dari tadi Mas?" batinku mengomel.Entah dari mana asalnya Mas Yusuf tiba-tiba muncul begitu saja. Bilangnya sih dari toilet. Entah ngumpet atau ngapain dia sejak tadi di sana? Kami saja sudah duduk di sini sekitar 15 menit. Berarti Mas Yusuf berada di toilet hampir 45 menitan. Hahahaha mustahil sekali Mas. Alasan k
MENANTU AMBURADUL 155Suara huru-hara orang yang hendak beraktivitas mulai terdengar di luar. Sang embun mulai menampakkan diri, pertanda bahwa pagi ini masih begitu dingin. Kembali kututup pintu rumah, lalu menikmati pekerjaan pagi yang setiap hari kujalani.Mbak Karti sudah memulai pekerjaan rumah lebih dulu, ia tampak serius sedang bergelut dengan cucian dan mesin. Sementara Aku sedang menyiapkan bumbu dan bahan makanan untuk kukupas dan potong-potong.Mas Yusuf dan Fateh masih terlelap tidur. Tadi mereka asyik bercanda dari sebelum subuh, namun akhirnya keduanya tertidur kembali setelah Mas Yusuf melakukan sholat subuh.Daffa dan Fajarina juga kebetulan sedang ada di rumah. Mereka sedang menikmati liburan di rumah menjelang ramadhan dari pesantren. Tidak lama sih, sekitar satu minggu. Itupun sudah membuat mereka berdua merasa senang, karena bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersama keluarga. Khaity juga pulang."Boleh Rina bantu, Tante?" sapa seseorang dari belakangku."Eh Rina,
MENANTU AMBURADUL 154Kudengar bel rumah berbunyi, sepertinya ada seseorang yang datang. Aku berdiri dari posisi awalku yang sedang duduk di samping Fateh untuk menitipkan sementara Fateh, kepada Mbak Karti. Dengan sedikit rasa penasaran Akupun membuka pintu depan."Assalamu'alaikum Mbak Nisa. Saya rindu sekali dengan Mbak Nisa." sapa seorang dokter perempuan cantik di hadapanku. Ia Aisyah, istri dari Ilyas.Kami saling berpelukan. Sudah lama sekali sepertinya kami tidak berjumpa."Alhamdulillah Baik. Tahu rumahku dari Mana, Syah?""Minta sama Mbak Rini. Hehehehe nggak papa kan Mbak? Maaf sudah lancang.""Nggak papa dong. Malahan seneng ada yang datang ke sini jengukin diriku.""Hehehehe Mbak Nisa bisa saja."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, rupanya Aku sedikit pangling padanya. Kini Aisyah tampak lebih subur, sepertinya benar yang dibilang oleh Fajarina, Aisyah terlihat seperti sedang berbadan dua. Wajahnya masih saja cantik, bahkan lebih cantik sekarang dengan aura keibuannya ya
MENANTU AMBURADUL 153Sudah sekitar 45 menit kami menunggu mobil yang dinaiki oleh Ibu singgah di sini. Kami semua seperti orang hilang di sebuah Pom Bensin ini. Bukan seperti lagi, kami ibarat keluarga yang terdampar tanpa kepastian.Ibu tak kunjung ada kabar. Selain cemas, kami juga sempat berfikiran buruk tentang mereka bertiga yang kebetulan di supiri oleh orang sewaan yang kurang begitu kami kenal. Takutnya mereka bertiga kenapa-napa. Misalnya diculik gitu. Tapi ribet juga sih kalau yang diculik Ibu. Bakalan susah ngerawatnya. Belum lagi pas kena omel si Ibu, bisa-bisa nyerah penculiknya. Angkat tangan beserta kaki. Hahahahaa.Selang berapa lama, Mas Yusuf dan Mas Rama akhirnya berhasil menghubungi si driver lewat sambungan telfon. Saat ditanya oleh Mas Rama kebetulan si driver baru sampai rumah lagi. Tadinya masih di jalan dan susah ambil ponsel di sakunya, makanya tidak kunjung diangkat.Ternyata Ibu melupakan sesuatu, tas beliau ketinggalan di ruang tamu lengkap beserta pons