MENANTU AMBURADUL 108"Tante, Khaity mau pipis." aku buru-buru menurunkan Khaity dari kasur, lalu mengantarkannya ke toilet. Sepertinya ia masih lesu.Mas Yusuf menggendong Sulthan agar berhenti menangis. Sebotol susu sudah kubuatkan untuknya.Daffa masih bingung celingukan di atas kasur. Mungkin sedang mikir, kenapa sepupunya pada di sini semua?"Minum Mommy." ucap Daffa. Sambil nglihatin Daddy-nya yang sedang menggendong Sulthan.Aku memberikannya segelas air putih hangat. Sungguh berat rasanya bebanku mengemong 3 anak sekaligus. Rasanya campur aduk, antara ngantuk, capek, juga lesu.Aku membuatkan sarapan Daffa juga Khaity bubur ayam. Kupindah ke mangkok-mangkok kecil untuk mereka berdua, lalu menakar masing-masing untuk Khaity juga Daffa.Mas Yusuf kubuatkan nasi goreng kesukaannya. Setelah sarapan, Aku dan Mas Yusuf gotong royong memandikan ketiganya. Mas Yusuf bagian memandikan, Aku yang mengganti pakaian mereka. Setelah rapi, Aku mengawasi mereka main. Mas Yusuf kusuruh untuk b
MENANTU AMBURADUL 109Aku mengamankan anak-anak, mencoba menenangkan mereka bertiga dari tangis akibat dimarahin Ibu. Nggak enak juga sama tetangga kalau mendengar suara berisik tangisan anak-anak malam-malam begini.Sulthan buru-buru kuberikan susu formula dalam sebuah botol, Mimi masih setia menggendongnya, akhirnya Sulthan diam setelah diberikan sufor. Daffa hanya butuh sebuah pelukan, begitu juga Khaity."Nggak papa, nenek cuma mau nonton tv saja sebenernya. Tapi Daffa sama Khaity suaranya lebih kenceng, jadi nenek terganggu deh. Beliau nggak bermaksud memarahi kalian, kok." kataku menenangkan.Kutawarkan mereka main kembali atau mau beristirahat di dalam kamar."Masih mau main? Atau masuk ke dalam?" tanyaku pada keduanya.Mereka berdua melirik ke arah neneknya yang sedang ikut menatap mereka berdua. Dengan ekspresi ketakutan mereka memilih untuk masuk ke dalam kamar. Akhirnya Mas Yusuf mengajak keduanya untuk masuk.Udah kayak ngelihat Nenek Lampir saja sih kalian ini Nak. Aku
MENANTU AMBURADUL 110Hal yang pasti akan datang kepada setiap manusia adalah kematian. Tidak ada yang bisa mencegah kedatangannya jika memang sudah waktunya untuk tiba. Semua yang ada di sekelilingnya akan ia tinggalkan bersama dengan kenangan sepanjang masa hidupnya.Sedangkan hal tersulit dalam hidup adalah, mengikhlaskan yang tadinya ada, menjadi tidak ada. Yang tadinya berada di sisi kita, pergi menghilang tanpa kita bisa lagi bertegur sapa. Apalagi untuk menyentuhnya. Tak akan lagi bisa.Maut dan Takdir, akan banyak merubah keadaan suatu manusia._____________Jenazah pak Subandio Almarhum mertua Mas Rama katanya sudah perjalanan dari rumah sakit menuju ke rumah duka. Aku, Ibu dan Mas Yusuf membawa serta Mimi untuk ikut bersama kami datang ke rumah orang tua Mbak Rini.Sebisa mungkin kami harus datang lebih awal, agar bisa menyambut kedatangan Mbak Rini dan keluarga. Khaity juga Sulthan ikut bersama kami. Sedangkan Daffa ikut bersama mobil Papa dan Mama. Aku mengajak serta kedua
MENANTU AMBURADUL 111Dulu sebelum menikah, cinta sangat penting, bahkan ada di urutan pertama untuk menentukan apakah hubungan kalian akan berlanjut ke jenjang pernikahan ataukah tidak. Tapi setelah pernikahan itu sendiri, sifat masing-masing dari pasangan adalah penentu kalian bisa bertahan atau tidak dengan pernikahan yang sudah kalian pilih tersebut.Menikah itu banyak sekali kejutan. Hal yang dulunya hanya kalian yang rasakan, setelah pernikahan, areanya akan semakin meluas. Ada keluargamu, keluarga pasanganmu, saudaramu, saudara pasanganmu. Temanmu, teman pasanganmu, dan lain sebagainya.__________Aku bersyukur memiliki Mas Yusuf yang selalu mengutamakan kepentingannya dengan keluarganya di rumah dari pada kepentingannya dengan teman-temannya di luar rumah. Ia selalu pulang kerja tepat waktu, juga menikmati makanan di rumah yang kusediakan. Itu salah satu nilai plus dari suamiku.Beda orang beda juga kebiasaan. Meski masih sekandung. Kalau Mas Rama, dulu katanya Mbak Rinu dia
MENANTU AMBURADUL 112Satu bulan berlalu. Aku tak kunjung menstruasi. Lagi-lagi sepertinya Aku telat datang bulan. Entah kenapa semakin bertambah umur, bertambah pikiran, bertambah ruwet juga sepertinya jadwal bulanan menstruasiku. Padahal sudah kujaga dengan baik emosi juga kewarasanku setiap harinya. Apalagi saat menghadapi Ibu mertuaku tersayang, kewarasanku harus ku nomor satukan. Jika tidak, mungkin Rumah Sakit Jiwa sudah melambaikan tangannya kepadaku. Hahahahaa.Konyol sih, jika ngomongin tentang mertua. Kalian yang memiliki mertua layaknya orang tua sendiri, patut bersyukur bahkan ngelakuin sujud syukur setiap hari pun enggak bakalan rugi. Nah kami, yang kebetulan ngedapetin mertua yang super super luar biasa ini, memang sepertinya orang-orang pilihan saja dari Allah SWT. Mungkin saja hati kami lebih kuat dari baja.__________Satu bulan berlalu, dengan kegiatan di rumah yang begini-begini saja ternyata membuatku jenuh bin bosan. Kuputuskan untuk utek-utek interior juga ekster
MENANTU AMBURADUL 113Acara 3 bulanan kehamilan Mia berjalan dengan lancar, meskipun di tengah proses memasak ada perseteruan yang sampai saat ini belum juga usai antara Ibu dan juga Mbak Rini. Juga tadi ada sedikit perdebatan antara Ibu dan Bu Rohmah. Ibu sungguh keren, karena berani melawan siapapun di dunia ini. Tidak ada yang beliau takuti."Ibu mertuamu dibawain sekalian saja oleh-olehnya Rama. Kasihan, nanti ngarepin loh." pinta Ibu dengan berlagak meremehkan.Aku, Mas Yusuf, dan semua yang melihat ekspresi Ibu jadi sedikit merasa kurang nyaman. Apalagi Mbak Rini, pasti peka banget dia masalah beginian."Nggak usah Mas. Bawa satu ini saja. Nanti nggak bakalan ke makan." sahut Mbak Rini."Tapi ditawarin tuh sama ibu, Rin," Mas Rama berusaha mengindahkan tawaran Ibunya."Nggak usah kubilang! Ibumu itu enggak dari hati nawarinnya." jawab Mbak Rini jutek dengan nada bicara yang sudah naik oktaf.Mas Rama yang kurang begitu faham permasalahan istri dan ibunya tersebut memilih untuk
MENANTU AMBURADUL 114Bersyukur, bisa keluar dari kamar Mia dengan keberhasilan mengucurkan keringat berliter-liter. Ya, keberhasilanku untuk membersihkan kotoran lebih tepatnya.Dengan usaha yang keras Aku menemukan tombol yang seharusnya kupencet. Gila aja nih perempuan, dapet laki yang rumahnya sekelas hotel elit begini. Batinku.Pantas saja Ibu iri melihat kehidupan Mia yang sekarang. Andaikan Mia tahu bahwa maksud Ibu memintanya untuk membangun sebuah istana untuknya juga suaminya adalah karena Ibu ingin hidup bersama Mia. Sayangnya signal itu tidak tertangkap. Aku saja baru tahu itu semua dari Mimi. Sahabat setia pelipur duka lara Ibu. Hahahhaa."Tidur kamu Nis? Lama amat ke toiletnya?" sindir Mbak Rini, yang belum kuceritakan kisah yang sesungguhnya gimana perjuanganku berada di dalam sana. Andaikan kamu tahu Mbak, pasti sudah ketawa sampai perut kaku menertawakan keluguanku. Batinku."Mules banget soalnya." jawabku singkat. Tenagaku sudah hampir habis sepertinya.Sudah hampir
MENANTU AMBURADUL 115Jika kamu tidak bahagia melihat kebahagiaan orang lain, atau merasa tidak senang atas kesenangan orang lain, artinya memang ada penyakit di dalam hatimu.Kadang hidup memang dihadapkan dengan orang semacam itu, yang tidak senang melihat kita bahagia yang bahagia melihat kita menderita.********Kulihat sebuah postingan dari story applikasi hijau milik Mbak Rini, dia sepertinya mulai menawarkan sesuatu lewat storynya tersebut. Kali ini tentang makanan. Ada aneka macam kue, cemilan dan lauk yang ia tawarkan. Kubuka kembali story selanjutnya, disana tertera banyaknya pemesan untuk postingan pertamanya."Alhamdulillah laris manis," batinku.Tak lupa Aku juga memesan beberapa lauk dan cemilan untuk Mas Yusuf juga Daffa. Mama juga ikut kutawari agar semakin banyak pembeli di tempat Mbak Rini.Setelah dilihat-lihat story yang lain, ternyata Mbak Rini sudah mendaftarkan dagangannya lewat applikasi yang bisa diantarkan kurir. Aku lebih memilih pesan lewat applikasi ini sa