Begitu banyak rahasia di dunia ini. Setiap orang memiliki kehidupan pribadi yang tidak perlu diketahui orang lain. Begitu pula dengan pasangan ini harus terikat dengan hubungan serius. Meskipun status mereka masih seorang pelajar.
***
Tett!! Tetttttt................!!!!!!!
Bel masuk menggema ke seluruh gedung sekolah. Semester baru telah tiba menyambut hari dengan bahagia. Semua murid kelas X sampai XII tengah mengikuti upacara pagi sekaligus menyambut murid baru dari berbagai sekolah menengah pertama di aula.
Tahun ini Kepala Sekolah tengah bersuka cita dengan jumlah siswa yang masuk semakin bertambah. Jakarta High School menerima lebih dari 1.000 siswa untuk kelas X dan hal tersebut merupakan sebuah pencapaian luar biasa.
Beberapa menit berlalu, akhirnya upacara pun selesai. Kini waktunya bagi Kepala Sekolah untuk memberikan sambutan patah dua patah kata sebelum membubarkan para siswa. Banyak dari mereka yang mengeluh. Bukan tanpa alasan, sambutan yang sekiranya menurut pria berusia 50 tahunan tersebut hanyalah ucapan sekilas, tapi tidak untuk para siswa. 2 jam bukanlah waktu yang sesingkat itu.
"Assalamu'laikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi. Karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kita bisa berkumpul bersama. Shalawat serta salam kita panjatkan kepada Baginda Kita Nabi Muhammad, Shallallahu alaihi wasallam. Selamat pagi semuanya, salam sejahtera bagi kita semua. Tahun ini sekolah kita mendapat banyak keuntungan. Mulai dari murid yang melimpah, fasilitas bertambah dan kita juga mendapatkan gedung sekolah baru yang telah selesai di renovasi. Tidak hanya itu saja, tahun ini sekolah kita juga kembali meraih juara dari lomba sains yang diadakan bulan lalu. Salah satu murid sekolah kita menjadi juara 1 di ajang lomba nasional tersebut. Baiklah kita beri apresiasi dan penghargaan padanya. Ini dia, Muhammad Dimas Pratama." Ucap kepala sekolah berbadan tambun, berkumis tebat dan berkacamata itu menarik perhatian semua murid.
Tidak lama berselang seorang pemuda dengan langkah coolnya berjalan ke atas panggung dengan suara tepuk tangan mengiringi. Setiap langkah sang pemuda tidak lepas dari tatapan para siswi yang terpesona dengannya.
Sosok jangkung, berambut klasik lurus, bermata coklat dengan senyum yang menawan, kini telah berdiri di atas panggung membuat semua mata tertuju padanya. Bak seorang bintang tengah manggung di hadapan jutaan penonton, sosoknya begitu memukau.
Muhammad Dimas Pratama, pemuda berusia 18 tahun itu kini duduk di bangku kelas XII. Pemuda tampan dengan segudang prestasi yang telah ia raih membuat para guru di sekolah favorite itu bangga memiliki murid sepertinya.
"Selamat yah Dimas tahun ini kamu masih juara" bisik kepala sekolah seraya memberikan penghargaan padanya.
"Terima kasih banyak, pak" balas Dimas lalu menerimanya.
Sesi pemotretan tengah berlangsung. Teriakan dan tepuk tangan mengiringi acara tersebut. Senyum ceria terpancar masih terpampang jelas di wajah tampannya. Setiap siswi tersipu malu dan para siswa menggeretak tidak suka. Meskipun begitu mereka ikut bangga dengan pencapaian yang di hasilkan oleh Dimas untuk mengharumkan sekolahnya.
***
Beberapa saat kemudian acara singkat pun telah selesai. Semua murid kembali ke kelas masing-masing. Dimas yang berada di kelas XII IPA-1 sekarang tengah merayakan keberhasilannya bersama teman-teman dan juga wali kelas. Mereka bangga dengan pencapaian yang didapatkannya.
"Selamat bro, gue bangga punya sahabat kaya loe" ucap sahabatnya Ilham, pria tampan lainnya yang bersekolah di sana.
"Hahaha thanks, bro"
"Selamat ya Dimas"
"Selamat"
"Selamat"
"Ibu bangga punya murid sepertimu, Dimas. Pertahankan" ujar Ibu Guru Sarah tersebut.
"Terima kasih banyak, bu. Ini juga berkat bu guru Sarah yang selalu mendukungku" balas Dimas tersenyum ramah.
Ucapan demi ucapan selamat pun terus berdatangan. Bahkan sebagin siswi di kelas itu memberikannya bunga. Hari ini situasi yang masih belum kondusif mereka habiskan untuk perayaan, khususnya di kelas itu.
***
Ini adalah tahun ketigaku menjadi seorang siswi Sekolah Menengah Atas. Aku merupakan gadis biasa tidak mempunyai bakat luar biasa. Mungkin di antara teman-teman sekelas akulah yang paling tidak menonjol. Bahkan jika di bandingkan dengan pangeran sekolah, Muhammad Dimas Pratama, aku tidak ada apa-apanya. Namun tahukah kalian, jika aku memiliki rahasia besar yang tidak banyak orang lain tahu? Dan aku harus tetap menjaga rahasia itu. _Falisha Erina _
Di kelas XII-IPS 3 seorang gadis tengah di ceramahi oleh wali kelas mengenai kelakuannya selama ini di sekolah. Gadis yang memiliki tinggi 151 cm, berhijab putih polos dengan bola mata kecoklatan, dan berkulit putih bersih itu sudah biasa menerima omelan demi omelan dari wali kelasnya. Bahkan mungkin hal itu sudah menjadi santapan wajib baginya.
"Kamu mengertikan Erina. Kamu harus belajar lebih giat lagi. Kamu sudah kelas 3 sekarang dan tidak ada waktu untuk main-main, dan jangan pernah berkelahi lagi. Kamukan seorang gadis, seorang muslimah kenapa hobi sekali berkelahi huh? Bapak berkata seperti ini untuk kebaikanmu, coba contohlah Dimas. Okey." ucap guru pria berusia 40 tahunan itu.
"Baik pak, saya mengerti" balasnya singkat.
Falisha Erina. Seorang gadis berusia 17 tahun tengah berada di masa terakhir sekolah menengah atasnya. Gadis yang terkenal dengan keonarannya itu membuat wali kelasnya heran dengan siswi yang satu ini.
Erina sering di panggil ke ruang BP akibat berkelahi dengan beberapa siswa di lapang belakang sekolah. Masalahnya sepele, entah itu karena ia mendapatkan ejekan atau para siswa yang bertindak tidak sopan padanya. Bukankah hal tersebut hanyalah sebagai pembelaan atas dirinya? Erina tidak mengerti dengan aturan yang diadakan.
Selesai menerima nasihat dari wali kelasnya, Erina kembali ke tempat duduk. Memandang ke arah luar memikirkan kehidupannya yang sudah berubah. Sejak kematian kedua orang tuanya ia menjadi gadis liar. Sering terlibat dalam perkelahian dan berakhir di skors selama beberapa hari dari sekolah.
Namun, hal itu ia lakukan untuk menutupi luka hatinya saat kehilangan dua orang yang ia cintai. Masih jelas dalam ingatan bagaimana kedua orang tuanya meninggal. Hampir 4 tahun lamanya Erina menjadi seorang anak yatim piatu.
'Ayah, ibu..' batinnya menatap langit pagi itu yang terlihat cerah.
Tukk!!
Jari manisnya tak sengaja terantuk pada meja. Tatapannya pun mengunci pada sebuah cincin emas yang melekat di jari manis kanannya. Erina tersenyum kembali membayangkan jika kini sikapnya tidak lagi sebrutal dulu. Yah, dulu Erina lebih sering bertindak seenaknya. Bahkan mungkin sekolah bukan lagi prioritasnya. Namun, 9 bulan ini ia mencoba berubah menjadi lebih baik untuk seseorang.
Seseorang yang sudah menjadi bagian keluarga, bahkan mungkin lebih dari itu. Sebuah hubungan erat yang terkunci oleh ikatan suci.
"Terima kasih." gumamnya seraya mengelus cincin itu perlahan.
Sama seperti kelas-kelas lainnya, kelas Erina pun masih belum belajar seperti biasanya. Mereka masih mengadakan pembagian tugas, seperti ketua kelas, wakilnya, sekertaris, bendahara dan lain sebagainya.
Melihat hal itu Erina tidak tertarik Ia mencoba tidur di mejanya dengan kedua tangan sebagai bantalan. Namun, samar-samar ia bisa mendengar pembicaraan teman-temannya mengenai Dimas.
"Erina" tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan sahabatnya.
"Rahel, ada apa?" tanyanya cuek.
"Kamu ini belum juga berubah. Hah~ aku bosan mendengar pembicaraan mereka tentang Dimas.... Dimas.... Dimas... terus" keluh Rahel seraya duduk di depan Erina, "aku tidak menyangka jika Dimas yang kita tahu di kelas X-nya hanya berkecimpung di musik bisa menguasai segala bidang"
"Yah, aku juga terkejut. Setelah memutuskan masuk jurusan IPA dia berubah. Ternyata dia sangat pandai" balas Erina lagi.
"Eum, sama sekali tidak disangka. Apa mungkin kita tidak terlalu dekat yah jadi tidak tahu dia sebenarnya."
"Mungkin saja"
Kedua gadis itu pun bercerita tentang masa indah kelas X dulu. Di mana mereka bertemu dan bersahabat karena sama-sama tidak nyaman dengan suasana kelas. Siapa sangka, keduanya cocok satu sama lain, hingga sekarang bersahabat dengan baik. Namun, meskipun begitu ada 1 rahasia yang tidak bisa Erina katakan padanya.
Rahel Jayanti adalah gadis yang sangat baik. Ia memiliki wajah cantik, dengan bola mata hitam besar. Hijabnya yang panjang terulur membuat Rahel terkenal karena kesahlehannya. Erina bersyukur bisa bertemu sampai bersahabat dengannya.
***
Akhirnya kelas berakhir begitu saja. Hari pertama tidak ada kegiatan yang berarti bagi Erina. Sekolah masih sama, membosankan. Langkah lunglai membawanya kepada perumahan sederhana yang sudah ditinggalinya selama 9 bulan ini. Tidak banyak yang tahu mengenai keadaannya sekarang.
Setiap hari akan ada hal yang membuatnya terkejut. Seperti sebuah buku yang menampilkan adegan baru tanpa terduga. Siapa saja yang menulis cerita tersebut pasti menyukai sebuah kejutan. Sepertinya hal kehidupan Erina. Dirinya tidak menyangka jika setelah tahun berganti teman sekelasnya, Muhammad Dimas Pratama menjadi sebuah berlian yang menyilaukan.
Menunjukan dirinya pada khalayak jika dirinya adalah sama seperti perhiasan yang berharga. Sosok yang menyukai musik itu bisa berubah 180 derajat. Dimas menjadi seorang siswa yang aktif dalam semua bidang. Tentu, hal tersebut sangat bertolak belakang dengan Erina.
Namun, di balik ketenaran Dimas dengan segudang prestasi dan Erina bersama kenakalannya ada satu hubungan yang ternyata bisa mengikat mereka berdua. Bak langit dan bumi mereka memiliki perbedaan yang sanagt mencolok.
Keduanya sengaja merahasiakan hal tersebut karena bisa saja membuatnya berada dalam masalah serius. Terlebih pada sebuah hubungan yang terikat oleh ikatan suci dan berjanji di hadapan Tuhan.
"Assalamu'alaikum, aku pulang." Sosok yang menjadi primadona di sekolah pun tiba di kediamannya.
"Wa'alaikumsalam. Oh, selamat datang." Balas si pembuat onar tersebut.
Kepalanya menyembul di balik pintu dapur. Senyum mengembang menyambut kedatangan pemuda itu.
"Apa yang kamu lakukan, istriku?" tanya Dimas pada Erina.
Tidak ada yang salah dengan perkataannya. Mereka memang pasangan suami istri yang sudah sah dimata hukum dan agama. Yah, inilah rahasia besar yang mereka sembunyikan dari orang lain. PERNIKAHAN. Status baru mereka yang masih menjadi seorang pelajar.
"Ahahahha masih terasa aneh bagiku mendengarnya, suamiku." Jawab Erina dengan tawa ringan. "Oh iya, hari ini aku masak makanan kesukaanmu. Aku tidak tahu apa rasanya enak atau tidak. Yah, maklum saja aku tidak pandai memasak." Kikuknya kemudian.
"Tidak apa-apa. Aku senang mendengarnya" Dimas pun berjalan menuju meja lalu melihat banyak makanan tersaji di sana.
Tanpa menyia-nyiakan waktu ia langsung merasakan masakan buatan sang istri. Ia terlihat bahagia dari tahun-tahun sebelumnya.
"Ini enak sekali Erina. Terima kasih sudah membuat makan malam ini" puji sang suami seraya memandang istrinya yang tengah duduk di hadapannya.
"Heheh, sebenarnya aku hanya memasak 2 makanan itu saja dan sisanya membelinya" ungkap Erina sembari menunjuk mie dan juga ayam goreng.
"Hahaha, tidak apa-apa aku mengerti." Balas Dimas senang.
Erina tersenyum melihat suaminya makan dengan lahap. Usahanya ternyata tidak sia-sia. Dimas menghargai jerih payahnya. Jauh dalam lubuk hatinya paling dalam ia bahagia mendapatkan kehidupan baru selepas orang tuanya meninggal.
"Oh yah Erina, aku mendapatkan uang banyak dari lomba itu. Emm, apa ada sesuatu yang kamu inginkan?" tanya Dimas kemudian.
"Benarkah? Emm, aku tidak menginginkan apa-apa untuk saat ini. Lebih baik uangnya kita tabung saja buat kehidupan sehari-hari." Balas Erina bersikap layaknya istri yang baik.
Dimas mengangguk senang dengan jawaban itu. Ia pun kembali menikmati makannya tanpa ada kata pembicaraan lagi. Dilihat dari sudut mana pun keduanya memang bertolak belakang. Satu berada di atas awan dan satu lagi berada di dasar jurang. Meskipun begitu sekalinya bersatu tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan sudah berkehendak. Buktinya, mereka bisa dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan.
Selesai makan malam, Erina bergegas mencuci piring lalu membereskan meja makan. Gadis berusia 17 tahun itu begitu cekatan dalam mengurusi pekerjaan ibu rumah tangga seperti wanita kebanyakan.
Meskipun statusnya masih pelajar.
Jalan cerita tidak selalu indah, terkadang terdapat kerikil yang bisa membuat luka.***Tidak lama berselang Erina sudah berada di dalam kamarnya. Duduk dimeja belajar lalu membuka buku pelajaran dan mulai membacanya. Sungguh hal tersebut menjadi sebuah kemajuan yang sangat besar baginya.Lembar demi lembar kata yang tertuang seketika menyuguhkan eksistensi berbeda dalam pikirannya. Matanya berkuang-kunang kala pembahasan yang tercantum di sana tidak sedikit pun dimengerti.1 jam 15 menit berlalu, kepalanya pening tidak karuan. Hingga,"Aaarrggghhh, aku tidak menyukai hal ini" teriaknya di tengah keheningan. Erina pun menyenderkan punggung di kursi seraya menengadah ke atas melihat langit-langit kamar. "Aku tidak bisa seperti Dimas. Apa dia belajar lebih dari ini? Bodoh Erina tentu saja dia belajar lebih dari aku. Ohh iya aku harus membuatkannya teh agar dia bisa semangat belajarnya." Kemudian
"Wa'alaikumsalam, selamat datang." Ucap sang istri seperti biasa. Wajah ayu yang tengah tersenyum itu menyambut kepulangannya dipintu masuk.Dimas pun tidak kuasa menahan senyuman. Bulan sabit itu melengkung jelas menambah ketampanan pemuda populer tersebut.Cup!! Tanpa disuruh ia menghadiahkan ciuman pulang didahi sang istri. Pipi putih Erina seketika merona dengan tindakan yang di lakukan suaminya secara tiba-tiba. Degup jantung yang bertalu kencang tidak baik bagi kesehatannya. Ia pun memalingkan muka ke arah lain. Entah kenapa akhir-akhir ini ia selalu merasakan hal tak biasa pada Dimas. Apa mungkin karena dia sudah biasa menghabiskan waktu bersamanya? Sehingga perasaan Erina pada Dimas berubah? Gadis itu masih belum menyadarinya."Eum, mau makan atau mandi dulu? Biar aku siapkan." Tawar Erina sembarai membawa tas suaminya.Grepp!!
Jakarta High School menjadi salah satu sekolah favorite di kota tersebut. Sekolah yang terkenal banyak menghasilkan lulusan terbaik, juga selalu juara dalam berbagai perlombaan. Seperti olahraga atau pun pengetahuan. Banyak para murid yang ingin masuk, membuat mereka menggunakan berbagai cara.Pagi ini sekolah kembali di hebohkan dengan kedatangan murid baru pindahan dari Inggris. Seorang siswi kini tengah berdiri di depan para murid kelas XII IPA-1. Keberadaannya tentu saja menarik semua penghuni sekolah. Dari berbagai kelas yang memiliki jam kosong pun berdatangan ke sana. Mereka penasran mengenai murid baru tersebut.Hawar-hawar terdengar jika siswi tersebut begitu cantik dengan kulit putih mulus, bermata bening bulat serta bibir merahnya. Kebanyakan yang melihat adalah para siswa."Silakan perkenalkan dirimu." Titah bu Sarah selaku wali kelas tersebut."Selamat pagi. Assalamu'alaikum, per
Pagi telah datang. Seperti biasa, saat ini Erina tengah menyiapkan sarapan. Apron merah muda bertengger ditubuh mungilnya. Ia berusaha menjadi istri yang baik dan membuktikan pada siapa pun jika dirinya bisa bersanding dengan most wanted sekolah.Aroma masakan menggugah selera membangunkan sang suami. Perlahan Dimas bangun lalu membersihkan dirinya. Setelah selesai dengan ritual paginya, ia pun keluar dengan wangi mint menguar. Seketika bau tersebut membuat Erina terpana. Ia tahu pemuda itu sudah berada dekat dengannya."Selamat pagi, Dimas. Ayo sarapan dulu" ajaknya seraya menoleh ke belakang, di mana sang suami berdiri tepat di depan meja makan lengkap dengan seragam sekolahnya.Dimas pun mengangguk seraya tersenyum. Kemudian netranya memandangi makanan lezat tersaji di sana. Tidak lama kemudian ia duduk di salah satu kursi kosong dan mulai menikmati sarapan."Bagaimana rasanya?" tanya Erina penasar
Semacam luka tapi tak berdarah. Semacam sakit tapi tak terasa, semacam harum tapi tak berbau. Perasaan itulah yang saat ini aku rasakan _ Falisha Erina _.Bel pergantian pelajaran telah terdengar beberapa saat lalu. Kedua kelas itu pun membubarkan diri dari aula. Mereka mulai membersihkan diri dari keringat sebelum kembali masuk ke dalam kelas mengikuti pelajaran terakhir.Selesai berganti pakaian, satu persatu para murid tersebut kembali ke kelas masing-masing. Entah mereka memperhatikan guru yang tengah mengajar di depan atau tidak, tapi semuanya nampak serius mendengarkan.Setelah menjelaskan pelajaran, tugas pun diberikan. Dengan rasa kantuk dan lelah mereka berusaha mengerjakannya."Erina boleh ibu minta tolong? Selesai pelajaran nanti tolong antarkan tugas ini ke ruangan ibu, yah." ucap ibu guru Bahasa Indonesia tersebut saat Erina berjalan bermaksud untuk memb
Bagian 7Pagi kembali datang menyambut hari baru bagi semua siswa di sekolah tersebut. Hari ini semua angkatan XII berkumpul di aula mendengarkan pengumuman yang akan di sampaikan oleh wakil kepala sekolah.Raut tegang bercampur haru tidak bisa terelakan. Mereka sadar jika sebentar lagi langkahnya hendak memasuki dunia baru. Dunia yang tidak pernah mereka sangka bisa seperti apa. Menuju dewasa dan menghadapi kehidupan yang lebih kejam lagi."Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi semuanya. Tidak terasa perjalanan kalian menempuh pendidikan di sini sudah mencapai titik terakhir. Sebelum itu kami sepakat akan melakukan study tour terakhir bagi kalian untuk mengenang kebersamaan kita semua. Tahun ini sekolah kita akan pergi ke pantai yang berada di luar kota Jakarta. Tepatnya berada di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, yaitu Pantai Pink." jelas Pak Geri membuat keadaan heboh seketika.
Tidak lama kemudian Erina pun kembali ke apartemennya. Ia melangkah gontai menapaki satu demi satu anak tangga menuju kamarnya berada. Lift yang biasa digunakan mendadak tidak bisa dipakai. Mau tidak mau ia pun harus menggunakan tangga darurat. Dengan kepala menunduk ia pun mencapai pintu masuk.Cklekk!!Pintu terbuka, ia pun bergegas melangkah memasukinya."Assalamu'alaikum." Salamnya lemah."Wa'alaikumsalam, dari mana saja? Kenapa baru pulang?" tanya Dimas menyambut kedatangannya.Erina tersenyum seraya melepaskan sepatunya lalu melirik ke arahnya sekilas. "Aku habis mengantar Rahel.""Ke mana?""Emm, tadi dia membeli pakaian dan aku mengantarnya ke toko yang lumayan jauh dari sini. Maaf, aku tidak menyiapkan makan malam. Kalau begitu aku pergi mandi dulu." Setelah mengatakan itu, Erina pun pergi dari hadapannya.
Bagian 9Jam terus berputar mengikuti poros. Tidak terasa kegiatan yang dilakukan para siswa Jakarta High Scholl memakan banyak waktu. Kini jam sudah menunjukan pukul 20:00 malam. Semua murid kembali bersatu untuk mendengarkan pengarahan lain dari guru.Rasa lelah nampak diwajah mereka. Namun, semangat masa muda tidak pernah luntur. Mereka senang bisa melakukan kegiatan bermanfaat seperti sekarang. Tidak banyak waktu yang bisa mereka lewati. Sepulang dari pantai ujian pun tengah menunggu."Nah, semuanya karena kegiatan sudah selesai untuk hari ini kita cukupkan saja. Kalian bisa beristirahat dan besok adalah hari bebas. Jadi bersenang-senanglah. Selamat malam." Penjelasan terakhir pun seketika mengundang suka cita bagi setiap murid.Suara teriakan dan tepuk tangan pun mengakhiri ucapan Pak Geri. Mereka sudah tidak sabar menunggu hari esok tiba. Bermain sepuasnya bersama teman-teman menciptakan kenanga
Kembali ke pertandingan basket, saat ini skor yang di hasilkan oleh para pemain JHS berhasil mendapatkan 2-0. Pertandingan semakin meriah saja, para pendukung dari masing-masing sekolah berteriak antusias ketika para pemain bersemangat memasukan bola ke ring lawan.Saat bola berada di pihak lawan Ilham berhasil merebutnya. Ia pun segera melemparkannya ke arah Dimas yang tengah berada di depan ring lawan. Namun sayang, dari pihak lawan seseorang yang tidak suka dengan kehebatan Dimas pun diam-diam menggelindingkan bola basket ke arahnya. Di saat Dimas berhasil melompat dan mencetak angka, dari arah depan bola menggelinding tepat ke arahnya hingga.....Brughh!!Ia terjatuh menginjak bola tersebut. Semua orang yang melihat hal itu tidak percaya dan segera berlarian menuju pada Dimas yang tengah kesakitan."Dimas, kamu tidak apa-apa?" Tanya Ilham melihatnya tengah meringkuk seraya men
Angin berhembus perlahan, air mata terus saja mengalir membasahi pipinya. Erina menerjang dinginnya udara malam ini. Ia membenci dirinya sendiri yang terlihat lemah akan hal seperti tadi. Terlebih ia juga sudah menepis tangan hangat itu dari wajahnya.Kejadian itu juga entah kenapa membuatnya kembali mengingat tentang kematian orang tuanya. Darah yang mengalir dari bekas tembakan menembus jantung dua orang paling berharga baginya membuat ia terpaku. Kala itu hanya ada keheningan dan kekosongan yang menemani. Sakit. Satu kata yang mengawali perasaannya. Irisnya harus menangkap momen mengerikan secara langsung. Hingga hal itu membuatnya takut akan hal-hal berbau mistis.Rasa sakit pun kembali saat kenangan hari itu teringat lagi. Erina merasa gagal menjadi seorang anak. Ia tidak bisa melindungi orang tuanya sendiri. Itulah penyesalan yang sampai sekarang terus melekat dalam ingatannya."Bodoh.... Bodoh.... Bodoh.... Seha
Keesokan harinya, seperti yang sudah di katakan tadi malam saat ini Erina sudah berada di tempat latihan. Sekolah telah berakhir beberapa menit lalu, setiap murid yang mengikuti lomba juga tengah berlatih bersama.Kedatangan Erina di tempat latihan pun disambut meriah oleh adik kelas serta pelatihnya. Seorang gadis yang lebih dikenal dengan aksi perkelahiannya itu sekarang sudah kembali. Senyum mengembang diwajah ayunya, keadaan seperti inilah yang ia rindukan beberapa bulan terakhir ini. Semenjak menikah tidak ada lagi yang namanya latihan, Erina selalu disibukan dengan belajar, mengurusi rumah tangga dan tentunya janji pada sang suami. Bahwa ia tidak akan lagi berada di dunia tersebut.Namun, sekarang situasinya telah berbeda. Tujuan Erina datang ke sana bukan untuk berkelahi melainkan melatih kemampuannya untuk berlomba. Dan Dimas mengizinkannya untuk kembali."Kak Erina. Aku senang kakak kembali" ucap gadis bernama Ghe
Belajar mengajar tengah berlangsung. Kelas Dimas yang seharusnya pergi ke lapangan untuk mengolah fisik, tetapi kenyataannya mereka malah mendekam di kelas mendengarkan ceramah dari Pak Rio yang memberikan pengumaman penting."Semuanya, seperti yang sudah kita ketahui jika setiap setahun sekali sekolah kita akan mengadakan kompetisi olahraga. Banyak sekolah yang mengikutinya dan kita sebagai tuan rumah harus bekerja keras dalam menghadapi mereka. Olahraga yang dilombakan tahun ini adalah renang, sepak bola, bulu tangkis, tenis, karate dan basket. Bapak harap kalian yang tergabung dalam olahraga tersebut mengikutinya dan berlatih bersungguh-sungguh." Jelas Pak Rio membuat para murid bersemangat.Terutama para siswa begitu antusias mendengar pengumuman tersebut. Sama seperti tahun lalu mereka bekerja keras dan latihan terus menerus untuk memberikan yang terbaik bagi sekolah. Dan usahanya tidak sia-sia. Mereka mendapatkan juara 1 dan 3.
Fajar menyingsing menyunggingkan cahaya pagi pada setiap insan di dunia. Kehidupan rumah tangga Dimas dan Erina pun sudah kembali seperti biasa. Selepas menjalankan kewajibannya, Erina bertugas layaknya istri sesungguhnya. Saat ini ia tengah menyiapkan sarapan untuk dirinya dan sang suami. Dimas yang sedari tadi duduk di meja makan menyunggingkan senyum menawan melihat istrinya."Sepertinya sudah lama kita tidak makan bersama. Aku merindukanmu." Kata Dimas ketika Erina menghidangkan nasi goreng ke hadapannya.Seulas senyum hadir menyambut perkataannya lalu Erina pun duduk di depannya. "Eum, aku juga sudah berhari-hari tidak memasak untukmu. Maaf, aku tidak ikut makan bersamamu dua hari ini."Dimas menatapnya lekat. "Tidak apa-apa, aku mengerti. Mulai sekarang apapun yang terjadi dan apa yang kamu rasakan beritahu aku secepatnya. Aku juga berjanji akan memberitahu segalanya padamu." Erina mengangguk mengiy
Saat ini Reina tengah bersama Dei dan Kil. Ia duduk di samping keduanya merasakan keheningan malam di atap sekolah. Angin menerpa wajah ketiganya, udara dingin tersebut memberikan ketenangan dan kesejukan.Reina tersadar akan apa yang telah diperbuatnya. Perasaan yang di pendam membuat ia buta dengan kenyataan. Harusnya ia lebih bisa menerima kenyataan, jika pemuda yang ia cintai telah bersanding dengan gadis lain. Dan sudah tidak ada tempat lain baginya untuk kembali, untuk itu ia menyesalinya."Aku minta maaf, kalian harus menanggung akibatnya." Ucap Reina menatap mereka bergantian."Sial, seharusnya kau beritahu kami dari awal jika gadis dia itu si pemberontak." Kesal Dei menyentak Reina."Sudahlah Dei, salah kita juga. Biarkanlah, toh semua sudah terjadi." Balas Kil menerima apa yang terjadi padanya.Reina menundukan wajah, menyembunyikan rasa penesalannya pada mereka. Beberapa saat lalu ia
Pagi-pagi sekali Erina sudah berangkat sekolah tanpa sepengetahuan Dimas. Hal itu membuatnya merasa aneh. Tidak biasanya Erina pergi melewatkan sarapan. Netra jelaganya menatap pada kursi kosong di hadapannya. Dimas merenung saat mengetahui sang istri sudah tidak ada."Aku yakin ada sesuatu. Kenapa Erina bersikap dingin yah? Bahkan dia tidak sarapan sama sekali." Ujar Dimas di tengah kebingungannya.Setelah selesai sarapan, ia pun bersiap untuk pergi ke sekolah. Jalanan nampak lengang tidak terlalu banyak orang hilir mudik. Langit sedikit mendung kali ini. Dimas berjalan masih dengan memikirkan perubahan yang terjadi pada istrinya.Sedangkan gadis itu, kini sudah berada di atap sekolah. Di sana ia merasa nyaman dan tenang. Sesekali angin dingin berhembus menyapu wajah putihnya. Kejadian yang menimpa dirinya membuat ia memikirkan banyak hal. Erina tidak berani untuk bertanya langsung pada Dimas. Ia sudah tahu jika kemungkinan
Bagian 11Melarikan diri menjadi satu-satunya cara agar ia bisa melupakan rasa sakit dalam hatinya. Namun, itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Ia terkejut saat melihat orang yang dicintainya direngkuh oleh gadis lain tepat di depan matanya. Awan kelabu menempati kedua netranya saat ini.Langkahnya pun membawa ia ke atap sekolah. Erina duduk dan bersandar pada kawat pembatas seraya melihat kalung berbandul cincin dalam genggaman tangannya. Ia sengaja melepaskan cincin itu dan menjadikannya bandul. Hal itu ia lakukan setelah melihat kebersamaan Dimas dan Reina di pantai.Ia menyadari sesuatu jika masa lalu memang tidak mudah untuk dilupakan. Terlebih mereka sempat menjalin hubungan."Hah~ apa yang aku pikirkan? Apa artinya pernikahan ini? Kebohongan? Kepura-puraan? Atau sebuah permainan? Sakit sekali rasanya. Hahaha bodoh sekali, apa yang kamu harapkan Erina? Dia hanya membantu kehidupanmu saja. Dan jangan berharap dia mencintaimu juga." Gumamnya s
Bagian 10Setelah kejadian yang menggemparkan tadi siang, Erina pun langsung di bawa ke kamar hotel oleh guru yang tidak lama kemudian datang ke tempat mereka. Dan hal tersebut pun mengundang berbagai pertanyaan dari setiap siswi yang mengetahui jika Dimaslah yang menyelamatkan Erina.Namun, pemuda itu tidak ambil pusing saat bisikan demi bisikan para siswi sampai ke telinganya. Sekarang yang ia pedulikan hanyalah keselamatan sang istri.Setelah memastikan Erina mendapatkan penanganan, Dimas pun kembali ke kamarnya. Ia pun berjalan menuju balkon. Seketika angin sore berhembus menerpa wajah tampannya. Iris jelaganya menatap lurus pemandangan indah di hadapannya.Masih ada jejak kekhawatiran yang tergambar jelas di sana. Ingin sekali ia menemani Erina. Namun, apa boleh buat hubungan mereka harus tetap disembunyikan.Ilham yang baru saja keluar kamar mandi langsung menatap sang sahabat. Ia tahu apa yang tengah dirasakannya. Ia pun melangkahkan kaki me