Home / Romansa / MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH / Bab 1. Malam Pertama

Share

MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH
MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH
Author: TrianaR

Bab 1. Malam Pertama

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

PART 1

"Hei bocah, stooopp! Jangan mendekat!"

"Apaan sih, Mbak, kita kan sudah sah suami istri!"

"Iya tetep aja kamu itu cuma bocah! Lebih baik jangan macem-macem deh!"

"Mbak, biarpun aku bocah tapi punyaku lebih besar lho."

"Hiiih dasar mesum!"

"Eh siapa coba yang mesum, otak Mbak kali yang omes!"

Safira mendelik. "Lah tadi bilang punyaku lebih besar, apa maksudnya coba?"

"Hahaha, ada-ada aja Mbak ini. Iya dong punyaku kan banyak maknanya. Yang kumaksud adalah aku punya rasa cinta yang begitu besar untuk Mbak Safira sekarang dan juga nanti."

Pipi Safira merona, bisa-bisanya dia tersipu dengan ucapan bocah tengil di hadapannya ini. Mendadak tanpa kompromi lagi, Abiyya mengecup keningnya sekilas, membuat Safira makin salah tingkah.

"Mbak, aku bisa ngobatin luka hati mbak lho, please jangan pikirin lagi mantan calon suami mbak yang brekele itu!"

'Etdah nih bocah edyaaan, kakak sendiri dibilang brekele.'

Safira mencebik kesal mendengar mantannya disebut-sebut, sedangkan Abiyya menahan tawa melihat ekspresi istri yang ia nikahi tadi pagi terlihat lucu dan menggemaskan walaupun perbedaan usia mereka cukup jauh. Lima tahun jarak keduanya. Abiyya yang baru beberapa bulan lulus SMA sementara Safira sudah bekerja di sebuah perusahaan menjadi staff kantor.

Safira, gadis yang malang karena hampir saja menyandang status janda. Pernikahannya kandas di tengah jalan, ah, lebih tepatnya batal. Saat Aditya, sang mempelai pria hendak mengucapkan ijab qobul saat itu juga seorang perempuan hamil datang dan memaki-maki Safira di hadapan semua orang.

"Mas Adit, jadi ini yang kamu lakukan? Di saat aku tengah hamil, kamu justru meninggalkanku dan menikah dengan perempuan gatel ini?!" tukasnya penuh emosi. Langsung saja semua mata tertuju pada seorang wanita yang tengah berdiri di ambang pintu, memegangi perutnya yang sedikit buncit.

Tegang, suasana saat ini. Semua saling berpandangan, penuh tanya. Begitupun Safira, banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Siapa wanita hamil yang tiba-tiba datang dan merusak acara pernikahannya?

"Hei pelakor! Dasar wanita murah*n! Tega sekali kau merebut laki orang. Sudah habis kah stok laki single hingga kau ingin merebut Mas Adit dariku?" Ketusnya lagi. Mata nyalangnya kini berair.

"Bu, ibu, bapak, bapak, dia ini pelakor! Dia yang sudah merebut Mas Adit dariku! Harusnya diapain pelakor kegatelan ini?!" cerocosnya lagi tanpa henti, makin mempermalukan Safira di hadapan keluarga dan kerabatnya.

"Hei, aku bukan pelakor! Mas Adit sendiri yang bilang kalau dia masih single! Aku dan Mas Adit itu sa-" ucapan Safira terhenti karena tiba-tiba Aditya berdiri, ia menghampiri perempuan hamil itu lalu menarik tangannya pergi menjauh keluar rumah.

Safira makin tak mengerti, ia pun mengikuti langkah calon suaminya dan disusul oleh yang lain. Pelan ia berjalan karena masih memakai kebaya pengantin.

"Kamu jahat, Mas! Kamu jahat!" pekik wanita itu seraya memukul-mukul dada Aditya. Air matanya jatuh berderai hingga badannya pun berguncang. Sementara lelaki itu masih terdiam membisu. Tak menyangkal ataupun mencegah apapun yang dilakukannya.

"Jadi ini alasannya kau menghilang gak ada kabar selama tiga bulan terakhir? Kamu akan menikah dengan wanita itu? Jahat kamu, Mas! Apa kau lupa janjimu padaku? Akan setia sampai mati? Apa kau lupa dengan anak kita ini? Anak yang tengah kukandung? Kamu tega, Mas! Kamu benar-benar jahat!"

"Tenanglah, Kayla! Aku bisa jelaskan semuanya."

"Jelaskan apa lagi, Mas? Mau memintaku untuk terus menunggu? Nyatanya kamu menyakiti hatiku!"

"Kay, aku bisa jelaskan semua! Aku akan menjelaskannya di rumah, tapi nanti setelah aku dan Safira meni--"

"Kay-la? Jadi kau mengenali perempuan ini, Mas?" tanya Safira dengan nada menuntut. Ia tak percaya kalau laki-laki yang dicintainya itu ternyata sudah memiliki wanita lain yang ia jadikan istri.

Aditya memandang ke arah Safira dengan rasa bersalah. "Safira, aku---"

Tangan Safira dilayangkan ke udara. Ia tak ingin mendengar penjelasan dari lelaki itu.

"Ya justru dia mengenalku, kami ini suami istri. Meski kami hanya menikah secara siri, tapi aku sudah sah menjadi istrinya!" pekik wanita itu menggebu-gebu.

"Kalau kau gak percaya, lihatlah ini, aku menyimpan foto pernikahan kami beberapa bulan yang lalu!" Kayla menunjukkan foto pernikahan dirinya dengan Aditya.

Netra Safira mulai berkaca-kaca, ia tak menyangka pria yang akan menjadi seorang suami justru seorang pembohong besar.

Foto itu dirampas oleh Pak Wirasena, ayahanda Aditya. Matanya menatap tajam foto itu seolah ada kilatan petir.

"Apa ini benar Aditya?"

"Maaf, Ayah--"

Plaaakkk ....! Sebuah tamparan mendarat di pipi kanan Aditya. Refleks tangan Aditya memegangi pipinya yang kemerahan.

"Ayah aku bisa jelasin!" Adit mencoba membela dirinya sendiri.

Plaaakkk ....! Kini tamparan kedua mendarat di pipi kirinya.

"Memalukan! Kau sungguh sudah membuat malu keluarga!" ketus Pak Wirasena, sedangkan istrinya tengah menangis karena tak percaya apa yang dilakukan putra sulungnya.

"Ayah, aku bisa jelaskan ayah. Aku dan Kayla memang sudah menikah secara siri tapi itu karena dia memaksaku untuk menikahinya, Yah, Bu ..."

Mendengar pengakuan Aditya, membuat Safira makin kecewa. Kaki yang tadinya berdiri terpaku kini justru berlari tanpa arah, tanpa henti. Hatinya sangat terluka.

Hingga ia tak sadar menyeberang jalan raya di saat ramai kendaraan.

Tiiiinnnn ... Tiiiinnnn .... Sebuah klakson menghenyakkannya.

"Safiraaaa, awaaaaaaasss ...!" teriak seseorang.

Hampir saja ia tertabrak tapi sesaat sebelumnya seseorang menarik tangannya dengan cepat hingga keduanya terjatuh di badan jalan.

"Aaauuu ...! Mbak, ayo bangun! Badanmu berat!" pungkas pemuda itu membuat Safira sadar kalau dia tengah menindih tubuh kurusnya.

Safira mendelik dan langsung bangkit dengan kesal. Sementara pemuda itu hanya tersenyum cengengesan.

"Safira, Abi kalian tidak apa-apa, Nak?" tanya Bu Wirasena dengan raut wajah khawatir, ia tergopoh-gopoh menghampiri keduanya.

Tiba-tiba pandangan Safira berkunang-kunang, ia justru jatuh pingsan, pemuda bernama Abiyya itu kembali menangkap tubuh ramping Safira.

Entah apa yang terjadi saat Safira membukakan mata, hasil kesepakatan antar dua keluarga sudah diambil. Hari ini Safira tetap menikah, tapi bukan dengan Aditya melainkan dengan Abiyya, putra bungsu keluarga Wirasena.

***

"Mbak! Hei, Mbak! Bengong aja!" pungkas Abiyya seraya melambaikan tangannya di depan wajah Safira.

"Apaan sih!" sahutnya ketus.

"Nih pakai dulu soffelnya untuk melindungi kulit mbak dari gigitan nyamuk! Seperti aku yang akan melindungi Mbak Safira dari siapapun. Hehe."

Safira mendengus kesal dengan sikap bocah tengil itu. "Apaan sih, gak lucu tau!"

Safira langsung menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.

Pukul 04.00 pagi, Safira terbangun, ia merasa gerah karena AC di kamar Abi rusak, ia pun langsung mandi keramas untuk meredakan rasa panas di tubuhnya.

Keluar dari kamar untuk mengambil minum di dapur. Saat keluar, ia melihat Aditya tengah berdiri, tatapan mereka bersirobok. Adit terkejut melihat rambut Safira basah.

Dengan tenang Safira melewati Adit, tapi lelaki itu mencekal tangannya.

"Bagaimana malam pertama dengan adikku?" tanyanya mencemooh Safira.

"Lepaskan Mas, bukan urusanmu!"

Tetiba Abiyya muncul dari balik pintu, melihat mereka tengah berseteru. "Mas Adit, tolong lepasin tangan istriku!"

Comments (5)
goodnovel comment avatar
ayu Siti zainah
yyyyyyyyyy
goodnovel comment avatar
Isabella
abiyya keren cerita jika berondong suka seruh
goodnovel comment avatar
Balaputra Deva
parah ni....seru bgt
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 2. Menikah dengan bocah

    Part 2"Bagaimana malam pertama dengan adikku?" tanyanya mencemooh Safira."Lepaskan Mas, bukan urusanmu!" Tetiba Abiyya muncul dari balik pintu, melihat mereka tengah berseteru. "Mas Adit, tolong lepasin tangan istriku!" Keduanya menoleh, Safira langsung mengibaskan tangan. Adit menatap tajam apalagi saat melihat adiknya hanya mengenakan celana pendek dan handuk yang disampirkan ke lehernya. Rambutnya pun terlihat basah. Abiyya berjalan mendekat, langsung merangkul pundak Safira."Mas, kenapa kamu menanyakan malam pertama kami? Itu privasi pengantin baru, Mas gak perlu kepo."Abiyya tersenyum melihat ekspresi kekesalan kakaknya. "Bagaimana Sayang, semalam aku tidak mengecewakanmu kan?" ucap Abiyya lagi sambil mengedipkan sebelah matanya.Tangan Adit mengepal sambil menggertakkan giginya. Kesal."Abi, aku gak percaya kalau kamu melakukannya dengan baik. Safira itu hanya mencintaiku!""Dulu mungkin Mbak Safira pacar Mas Adit. Tapi, Mas harus sadar diri, sekarang Mbak Safira adalah is

    Last Updated : 2024-10-29
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 3. Sama-sama seleraku

    Part 3"Maksud ayah?""Kau akan menikah dengan Abiyya."Safira melirik pemuda di samping ayahnya. "Apaa? Menikah dengan bocah?"Safira terlihat sangat shock mendengar penuturan ayahnya."Apa ayah sudah gila? Masa aku disuruh menikah sama bocah ingusan seperti dia?!" tunjuk Safira ke arah bocah itu."Ayah gak gila, Nak. Ini demi kebaikanmu.""Kalau aku memang gila, Mbak. Tergila-gila denganmu, hehe!" celetuk Abiyya, membuat orang-orang tertawa kecil."Cih! Dasar bocah edyan! Pokoknya aku gak mau Yah, malu dong masa aku nikah sama brondong? Usia dia jauh di bawahku!" protes Safira.Sang ayah mendekat, memegang kedua bahu putrinya."Nak, usia tidak menjamin kedewasaan seseorang. Ayah punya keyakinan kau akan bahagia dengannya.""Tapi aku gak mau, Yah!""Safira, ini demi kebaikan dua keluarga. Percayalah, ini juga demi kebaikanmu, Nak.""Tapi--" Nada suara Safira mulai melemah. Haruskah hubungannya dengan Adit kandas begitu saja? Dan dia harus menikah dengan bocah ingusan itu?"Kami semua

    Last Updated : 2024-10-29
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 4. Gara-gara kamu

    Part 4"Mbak sayang, tau gak persamaan kamu sama indomie?" "Apa?""Sama-sama seleraku.""Hahaha ..."Pujian Abiyya disambut derai tawa ibu dan ayahnya. Sementara Safira hanya tersenyum malu. Sebenarnya dia masih kikuk tinggal bersama mertuanya. Dia terpaksa ikut sang suami. Walaupun sudah menolaknya berkali-kali. Masih terngiang dalam ingatannya kalau sang ayah menyuruhnya pergi bersama suami bocahnya."Safira, kamu sekarang adalah seorang istri. Jadi kau harus mengikuti kemanapun suamimu pergi.""Jadi ayah mengusirku?""Ayah tidak mengusirmu, Safira. Kamu bisa pulang ke rumah ini kapanpun juga. Tapi ini soal tanggung jawab, hak dan kewajibanmu sebagai seorang istri, jauh lebih mulia bila kamu ikut bersama suamimu, melayaninya dengan baik.""Tapi di sana kan ada Adit, Yah. Masa aku harus tinggal bersama dengan si pembohong besar itu?!""Safira, masa lalu hanya masa lalu, kuburlah dalam-dalam perasaanmu itu, sekarang waktunya kamu membuka lembaran baru bersama suamimu. Turuti semua p

    Last Updated : 2024-10-29
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 5. Harusnya sadar diri!

    Part 5Seketika Abi terdiam. Memang benar ucapan kakaknya, dia masih menumpang sama orang tua, lalu bagaimana caranya dia membahagiakan Safira?"Sudah sadar sekarang posisimu seperti apa? Sok-sokan janji mau bahagiakan Safira. Niiih ..." Adit mengacungkan jempol terbalik pada adiknya, mengejek serta menghina. "Ngimpiiii ...!" Aditya pun berlalu begitu saja meninggalkan adiknya yang masih termenung sendiri. Motornya sudah menjauh dari pelataran rumahnya dan berbelok ke jalan raya.Selama ini Abiyya memang hidup mengandalkan orang tua. Keluarganya bukan orang kaya, tapi masih dibilang mampu, dua orang anaknya punya motor sendiri-sendiri.Abiyya melajukan motornya usai mengunci pintu rumah. Motor melaju dengan kencang. Rasa nyeri yang berdenyut tak ia hiraukan lagi. Ia tak menyangka akan bersitegang dengan sang kakak gara-gara wanita. Wanita yang kini menjadi istrinya. Entah mulai kapan dia merasakan getaran cinta. Yang jelas awalnya ia merasa iba pada Safira, karena sudah dibohongi ment

    Last Updated : 2024-10-29
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 6. Kesempatan dalam kesempitan

    Part 6"Toloooongg ...!"Mata Abiyya terbelalak kaget saat melihat Safira tengah berada dalam bahaya. "Lho, itu kan Mbak Safira?!"Gegas, ia melajukan motornya dengan kencang, menghampiri sang istri. "Woi, lepasin dia woi!" teriak Abiyya. Ia melajukan motornya hendak menabrak mereka. Kedua orang pria berpakaian preman itu menoleh dan dengan sigap langsung bergegas kabur membawa tas Safira. "Hei tunggu! Balikin tas gue!" teriak Safira.Bruuuuummm ....! Motor dua orang preman itu melaju dengan kencang. Abiyya berusaha mengejarnya tapi kalah cepat. Abiyya kehilangan jejak para penjambret itu. Ia pun kembali menghampiri Safira yang tengah bersungut-sungut kesal. Memarkirkan motornya di pinggir jalan."Dasar preman gak tahu diri!" ketus Safira."Mbak tidak apa-apa?" tanya Abiyya menghampirinya."Aku tidak apa-apa, tapi tasku hilang! Semua barang-barangku ada di sana, hape, dompet, atm, uang. Aaarrrggh ...!" teriak Safira kesal."Duduk dulu mbak!" Abiyya menuntun Safira untuk duduk. Dia m

    Last Updated : 2024-10-29
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 7. Terjebak Hujan

    Part 7"Hahaha ..." Untuk pertama kalinya Safira tertawa lepas. "Dasar bocah, gombalanmu ini ada-ada aja.""Aku senang lihat Mbak Safira tertawa," sahut Abiyya. Ia tersenyum sambil menatap Safira dengan lekat.Safira duduk di atas rerumputan, menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit. Sesekali ia melemparkan bebatuan kecil. Mereka mengeksplor bukit itu, berjalan-jalan kecil menikmati keindahan sang pencipta. Hingga tanpa terasa dua jam terlewati begitu cepat."Mbak, sholat dulu yuk, di bawah ada mushola kecil."Safira mengangguk. Mereka turun bersama, tangan Abiyya selalu menggandeng Safira, tak membiarkan wanita itu jatuh. Walaupun tempat wisata ini masih sepi pengunjung, tapi disediakan tempat salat, serta perlengkapannya. Hanya saja, tak ada pedagang yang berjualan karena sering merugi.Mereka melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, lalu berdoa dalam hatinya masing-masing.Kruyuuuuk ... Perut Safira berbunyi. Mereka saling berpandangan sejenak. "Mbak laper?"Safira men

    Last Updated : 2024-10-29
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 8. Debat

    Part 8"Bulan madu. Iya kan, Mbak?"Safira hanya mengedikkan bahunya kemudian berlalu ke dalam, disusul oleh Abiyya. "Kalian tuh gak mgehargain aku sebagai kakak ya?! Aku disuruh jagain kalian sama ayah dan ibu, tapi kalian malah kayak gini?!""Mas, gak usah marah-marah begitu deh. Lebay banget sih. Kami sudah sama-sama dewasa, gak perlu dijagain lagi. Mending Mas urus perempuan hamil itu yang masih tak jelas statusnya, dah dinikahi apa belum?!""Dasar kamu adik kurang ajar ya! Kurang kerjaan jadi gini nih!""Stooopp! Bisa diam gak kalian?! Pusing aku dengarnya!" Safira kini yang berteriak, seketika kakak beradik itu terbungkam."Nah, gitu. Berisik tau dengar kalian debat terus! Memangnya cuma kalian yang punya telinga dan mulut?!" ketus Safira, ia berlalu ke dapur untuk mengambil air minum. Abiyya terdiam, dia hanya memandang Safira yang tengah emosi. Lalu masuk ke dalam kamarnya. Sementara Aditya berjalan menghampiri Safira di dapur."Safira kenapa dari kemarin kamu susah sekali

    Last Updated : 2024-10-29
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 9. Salah Sangka

    Part 9"Maaf aku membangunkan mbak, aku cuma mau pamit aja. Hari ini aku mau cari kerjaan. Doa'in lancar ya."Safira menoleh lagi, lalu mengangguk pelan. Dia melihat kesungguhan di mata Abiyya. Tanpa permisi lagi Abi langsung mengecup kening Safira. Mulut Safira ternganga, sedang Abiyya hanya tersenyum senang."Kecupan di kening artinya tanda sayang," ujar Abiyya mantap. kemudian dia bangkit meninggalkan istrinya yang masih tercengang. Langkah kakinya makin menjauh. Pintu kamarpun segera ditutup kembali.Sementara itu, Safira membenamkan wajahnya di bantal, merasa malu dengan sikap spontanitas Abiyya tadi. Ia merasakan hawa panas di pipi bahkan telinganya. "Aduhai, bisa-bisanya aku tergoda dengan bocah tengil itu!" seru Safira dalam hatinya sendiri."Yah, Bu, Abi pamit mau cari kerjaan dulu. Minta doa restunya biar cepat dapat kerja," pamit Abiyya menghampiri kedua orang tuanya itu."Iya, Nak. Yang semangat ya!" sahut ibunya sambil tersenyum.Abi mengangguk dan melesat menggunakan mot

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 52. ENDING

    Safira tersenyum, merasakan hangat pelukan Abiyya. “Aku senang kamu bisa menemukan jalan yang kamu cintai. Kita bisa menjalani ini bersama.” Abiyya melepaskan pelukannya, masih terlihat bersemangat. “Aku harus segera membalas pesan ini. Mereka ingin bertemu untuk membahas detailnya. Rasanya seperti mimpi, sayang!” Dengan semangat baru, Abiyya mulai mengetik balasan. Sementara itu, Safira mengamati suaminya, bangga dan penuh harapan. “Jangan lupa, kita juga harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelahiran si kecil. Tapi, aku yakin kamu bisa membagi waktu.” “Pasti! Kita akan atur semuanya,” jawab Abiyya. “Setelah kontrak ini, aku berencana untuk lebih fokus, sehingga bisa memberi yang terbaik untuk kita nanti.” Keesokan harinya, Abiyya bertemu dengan produser yang menghubunginya. Ketika produser itu tiba, Abiyya langsung menyapa. “Hai, Pak! Senang bertemu denganmu.” “Senang juga, Abiyya. Say

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 51. Tawaran Menarik

    Ibu Safira tersenyum lebar, tetapi wajahnya tiba-tiba berubah khawatir saat melihat ekspresi Safira. "Kamu tidak enak badan ya, sayang?"Safira menggeleng, meski wajahnya sedikit pucat. "Iya, Bu. Sebenarnya aku ingin ngomong sesuatu.""Ngomong saja, Nak," jawab ibunya sambil memimpin mereka ke ruang tamu.Setelah duduk, Safira menarik napas dalam-dalam. "Bu, ada kabar baik. Sekarang, aku sedang hamil." "Hamil? Serius, Nak? Alhamdulillah!" Ia segera memeluk Safira dengan erat.Abiyya juga ikut tersenyum, merasa lega melihat reaksi positif dari ibu Safira. "Iya, Bu. Jadi Safira resign dari kerjaan. Kami ingin fokus pada kesehatanku dan si kecil."Ibu Safira melepaskan pelukan dan menatap mereka dengan penuh kasih. "Kalian sudah mengambil langkah yang tepat. Kesehatanmu dan bayimu lebih penting. Kami akan mendukung kalian sepenuhnya.""Iya Bu, sudah beberapa hari ini aku mual-mual terus, rasanya pengin muntah."

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 50. Resign

    Part 46Pagi itu, Abiyya dan Safira berdiri di depan pintu kafe tempat mereka bekerja. Cafe itu sudah ramai dengan rekan-rekan kerja Safira yang sedang memulai aktivitas pagi. Abiyya menggenggam tangan Safira erat, memberinya senyuman penyemangat.“Siap?” tanya Abiyya pelan.Safira mengangguk, meski ada sedikit kegugupan di wajahnya. “Siap, Abii.”Mereka melangkah masuk, dan suasana kafe yang semarak langsung berubah saat rekan-rekan kerja melihat Safira. Beberapa dari mereka melambai dan menyapa.“Hai, Safira! Dari mana saja kamu, baru berangkat sekarang? Kamu sakit ya?” sapa Lita, rekan kerjanya yang ceria.Safira tersenyum tipis. “Iya, Lita. Hari ini ada sesuatu yang mau aku omongin sama Bos Elang.”"Seperti biasa Mas Bos ada di ruangannya."Safira dan Abiyya mengangguk mereka langsung menuju ruangan Bos.“Safira, Abiyya, ada apa? Tumben pagi-pagi sudah barengan ke sini?"Safira menarik napa

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 49. Vitamin C

    “Kamu gimana, sayang? Masih mual?” tanya Abiyya, tangannya memegang tangan Safira erat. Safira mengangguk kecil, senyumnya masih mengembang. “Iya, masih mual, tapi rasanya beda. Ada perasaan senang yang nggak bisa dijelasin.” Abiyya terkekeh pelan. “Aku masih kayak mimpi, tahu nggak? Aku bakal jadi ayah dan kamu akan jadi ibu. Aku janji, aku bakal jadi suami yang lebih perhatian dan ayah yang paling keren buat anak kita.” Safira tertawa, matanya berkaca-kaca lagi. “Kamu udah cukup keren, Bi. Cuma, nanti kalau aku ngidam yang aneh-aneh, jangan protes ya,” candanya sambil menahan senyum. “Waduh, siap-siap deh aku! Makan mangga muda jam tiga pagi? Beli es krim di tengah hujan? Apa aja, aku siap!” Abiyya berlagak dramatis, membuat Safira tergelak. Matahari mulai mengintip di balik jendela, menandakan pagi sudah mulai menyapa. Keduanya saling pandang, merasakan detik-detik perubahan besar dalam hidup mereka. Pagi

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 48. Dua Garis Merah

    Part 45Safira terbangun di pagi buta dengan perasaan mual yang tiba-tiba menyerang. Ia bergegas menuju kamar mandi, mencoba menenangkan perutnya yang bergejolak. "Hueeek .... hueeekk ...."Abiyya, yang masih tertidur lelap di sampingnya, tersentak bangun mendengar suara lirih istrinya.“Sayang? Kamu nggak apa-apa?” tanyanya, setengah mengantuk dan khawatir.Safira keluar dari kamar mandi, wajahnya pucat namun matanya berbinar aneh. “Aku nggak tahu, Bi. Perutku mual banget, rasanya pengen muntah.""Semalam kamu makan apa? Jangan makan terlalu pedas lho!""Enggak kok, aku gak makan yang aneh-aneh. Mungkin aku masuk angin doang.""Kamu jangan kecapekan ya kerjanya. Aku gak tega kalau kamu sakit kayak gini."Safira mengangguk pelan. "Ayo kita sholat dulu, Bi. Kamu mandi dulu gih!""Okey, Sayang ...."Sembari menunggu sang suami selesai mandi, Safira memasak nasi di magiccom. Se

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 47. Semakin Kuat Cintaku

    ***Hari-hari berlalu .... Pagi itu tampak cerah, sinar matahari menyinari bumi dengan lembut, menciptakan suasana hangat yang menyenangkan. Burung-burung berkicau riang di pepohonan, seolah merayakan hari baru. Safira membuka jendela rumah kontrakannya, menghirup udara segar yang penuh aroma bunga dari taman di seberang jalan. Hari ini adalah hari liburnya, dan dia merasa bersemangat."Sayang, gimana kalau kita jalan-jalan hari ini? Cuacanya enak banget!” Tiba-tiba Abiyya muncul dari belakang sembari tersenyum.Senyum merekah di wajah Safira. Dia membalas dengan cepat, “Tentu! Mau kemana?”Abiyya menjawab, “Bagaimana kalau ke taman? Kita bisa refreshing sambil menikmati suasana pagi.”"Iya, Bi. Aku siap-siap dulu."Abiyya tertawa kecil melihat istrinya yang tampak begitu antusias ketika diajak jalan.Safira cepat-cepat bersiap, memilih pakaian yang nyaman dan menyenangkan. Ia juga memoles wajahnya tipis-tipis

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 46. Terlanjur Malu

    Part 44Regina terlihat terpojok, wajahnya memucat. “Aku… Aku hanya ......"Regina terdiam, kata-katanya tersangkut di tenggorokannya. Semua mata tertuju padanya, menanti penjelasan. "Aku hanya ingin memastikan gelangku aman!” jawabnya, berusaha membela diri."Aman? Dengan memasukkannya ke tas orang lain? Semua itu kamu lakukan agar Safira terlihat buruk di mata orang lain bukan?" Abiyya ikut menambahkan.Regina menggeleng pelan. "Ti-tidak. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku, aku hanya--""Ini tidak bisa dibenarkan! kamu mengambil gelangmu sendiri dan menaruhnya di tas Safira, merekayasa keadaan agar kami menuduh Safira melakukan pencurian? Setelah dipikir berulang kali, kamu juga ingin menjatuhkan Safira. Apakah kamu punya maslaah pribadi dengannya hingga melampiaskannya di tempat kerja?” tanya Elang, nada suaranya datar, tetapi matanya penuh kekecewaan.Regina tertunduk malu. Gadis itu menggeleng pelan."S

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 45. Dituduh Mencuri

    Keesokan harinya .... jam pergantian shift Regina memeriksa tasnya. "Astaga! Kok gelangku hilang?" pekiknya terkejut membuat rekan yang lain menoleh."Gelang? Gelang apaan, Gin?" tanya salah satu rekannya. "Gelangku. Gelang pemberian ibu!""Lho, emangnya gak kamu pake?""Enggak selama ini aku selalu taruh di tas. Biasanya aman-aman saja, kok sekarang hilang. Siapa yang ngambil ini?" Regina mulai bersandiwara, menangis dan mengatakan hal itu dengan nada getir.Rekan-rekannya mulai khawatir. "Tenang, Regina. Kita bisa cari sama-sama," kata Rina, salah satu temannya, berusaha menenangkan.Regina menggelengkan kepala. "Tapi ini penting! Ibu memberikannya saat aku lulus sekolah. Aku tidak bisa kehilangan ini.""Kalau begitu, coba ingat-ingat terakhir kali kamu lihat," saran Dimas, yang dikenal sebagai orang yang jeli.Regina merenung. "Aku ingat betul, gelang itu ada di tas.""Mungkin aja jatuh di

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 44. Galau

    Part 43 “Dasar licik kamu!” Wanita itu menjawab, setengah terkejut tetapi juga terkesan dengan sikap sahabatnya. “Begitulah dunia kerja, sayang. Kita harus menggunakan cara apapun untuk mendapatkan yang kita inginkan. Safira sudah terlanjur jadi targetku, dan semua yang aku lakukan hanya untuk memastikan dia terlihat jelek di mata orang lain.” Regina menjelaskan dengan senyum licik. “Bagaimana kalau rencanamu terbongkar?” tanya wanita itu, sedikit khawatir. “Tidak mungkin! Tidak ada yang akan percaya Safira setelah semua ini. Lagipula, aku sudah merencanakannya dengan baik. Mungkin aku bisa menjebak dia sekali lagi untuk memastikan semua orang menganggap dia tidak bisa dipercaya,” jawab Regina penuh percaya diri. Namun, wanita itu mengingatkan, “Tapi, kalau Bosmu mulai menyelidiki lebih dalam, bisa-bisa semua ini terkuak.” Regina melambaikan tangannya, “Elang tidak akan mencari tahu lebih dalam

DMCA.com Protection Status