Home / Romansa / MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH / Bab 3. Sama-sama seleraku

Share

Bab 3. Sama-sama seleraku

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2023-03-24 21:53:27

Part 3

"Maksud ayah?"

"Kau akan menikah dengan Abiyya."

Safira melirik pemuda di samping ayahnya. "Apaa? Menikah dengan bocah?"

Safira terlihat sangat shock mendengar penuturan ayahnya.

"Apa ayah sudah gila? Masa aku disuruh menikah sama bocah ingusan seperti dia?!" tunjuk Safira ke arah bocah itu.

"Ayah gak gila, Nak. Ini demi kebaikanmu."

"Kalau aku memang gila, Mbak. Tergila-gila denganmu, hehe!" celetuk Abiyya, membuat orang-orang tertawa kecil.

"Cih! Dasar bocah edyan! Pokoknya aku gak mau Yah, malu dong masa aku nikah sama brondong? Usia dia jauh di bawahku!" protes Safira.

Sang ayah mendekat, memegang kedua bahu putrinya.

"Nak, usia tidak menjamin kedewasaan seseorang. Ayah punya keyakinan kau akan bahagia dengannya."

"Tapi aku gak mau, Yah!"

"Safira, ini demi kebaikan dua keluarga. Percayalah, ini juga demi kebaikanmu, Nak."

"Tapi--" Nada suara Safira mulai melemah. Haruskah hubungannya dengan Adit kandas begitu saja? Dan dia harus menikah dengan bocah ingusan itu?

"Kami semua sudah sepakat, kamu akan menikah dengan Abiyya."

Safira terdiam. Kenapa keluarganya justru akan menikahkannya dengan seorang bocah?

"Ibu, cepat panggil Bu Devina lagi buat membenarkan riasan anak kita."

Safira terpaksa menerima pernikahan ini walaupun dengan setengah hati.

"Saya terima nikah dan kawinnya Safira Adisty binti Azzam Hakiki dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Dengan lantang dan lancar, Abiyya mengucapkan ikrar itu dalam sekali tarikan nafas.

'Gila nih bocah, lancar bener ngomongnya!' gumam Safira dalam hati.

"Gimana saksi? Sah?"

"Saahhhhh ....!"

Semua orang merasa lega dan mengucap syukur, walau tadi sempat terjadi insiden yang membagongkan. Pak penghulu pun segera melantunkan doa usai ijab qobul.

"Sekarang, mempelai wanita cium tangan mempelai pria. Dan mempelai pria mencium kening mempelai wanita."

Abiyya tersenyum menggoda sambil mengulurkan tangannya.

Safira terdiam sejenak.

"Ayo Mbak Safira, mencium tangan suami berarti tanda menghormatinya dan bisa membuat hubungan diantara kalian semakin erat."

Safira mencium tangan suaminya itu, tanpa basa-basi Abiyya membalasnya dengan kecupan di kening.

"Ih, main nyosor aja!" pekik Safira yang disambut oleh gelak tawa yang hadir.

***

"Mbak! Mbak, jangan ngelamun aja woi! Ayo wudhu, kita sholat bareng!" tukasnya.

Safira terkesiap, melihat sang suami sudah berganti dengan baju Koko dan sarung serta peci.

"Kenapa masih melamun aja? Aku ganteng ya?" ledek Abiyya lagi seraya mendekatkan wajahnya.

"Ish ... Pede amat!" Safira berlalu dan langsung masuk ke kamar mandi.

Abi hanya terkekeh. Membenarkan pecinya dan menggelar sajadah di sudut kamar yang memang digunakan untuk tempat salat. Ada sekat kain yang menjadi pembatas diantaranya.

"Nih pakai mukenanya, pasti mbak tambah cantik."

Safira terdiam, ia mengambil mukena yang disodorkan oleh Abi dan berlalu menuju tempat salat. Ini pertama kalinya mereka salat berjamaah bersama setelah menikah.

Abiyya mengulurkan tangannya. "Ayo cium tangan suamimu ini."

Safira berdecak kesal, tapi tak membantah permintaan suaminya. Mencium punggung tangan kurus itu, sedangkan Abiyya langsung mencium pipi Safira.

"Ih kebiasaan deh, main nyosor aja!" pungkas Safira justru membuat pemuda kurus itu terkekeh.

"Yang penting kan udah sah! Sayang, kamu tahu gak bedanya sajadah sama kamu itu apa?"

"Gak tau dan gak mau tau!" sahut Safira ketus. Ia bangkit berdiri melipat mukenanya tapi tangannya langsung ditarik oleh Abi hingga terduduk kembali tepat di hadapannya. Wajah mereka sangat dekat sampai terdengar embusan nafas keduanya. Sejenak keduanya saling pandang, menatap dengan lekat.

"Dengerin dulu dong sayang ..."

"Iya, iya. Apa?" sahut Safira, beringsut mundur dan memalingkan wajah, tersipu malu, membuatnya sedikit salah tingkah.

"Apa bedanya kamu sama sajadah?"

"Apa?"

"Kalau sajadah bikin nyaman saat sholat, kalau kamu bikin nyaman saat rindu."

Safira mengulum senyum mendengar gombalan suaminya. Semburat merah muda kembali merona di pipinya.

'Huh, bisa-bisanya wajahku panas digombalin sama bocah ini.'

"Udah?" tanya Safira pura-pura ketus, padahal jantungnya mulai berdegup tak menentu.

"Ada lagi, Sayang."

"Apa?"

"Apa persamaannya kamu sama AC?"

"Apa?"

"Sama-sama bikin sejuk. Eeeaaa ..."

Safira berusaha menahan senyumannya meski pipinya kembali merona.

"Tapi kan AC-nya mati."

"Eh iya ding," celetuk Abiyya sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Dasar bocah!"

Safira bangkit dan meninggalkan sang suami. Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum simpul.

Abiyya menyusulnya. "Aku akan hubungi tukang service AC, biar AC-nya dibenerin lagi, biar kamu gak kegerahan. Cukup aku aja yang gerah karena kamu gak respon-respon."

Safira mencebik. 'Dasar gokil nih bocah!'

Tok ... Tok ... Tok ... Suara ketukan pintu membuyarkan mereka.

"Abi, Safira, bangun Nak, mari sarapan dulu. Ibu udah masak nih!" panggil sang ibu dari luar kamar.

"Ayo, Mbak!"

Safira memutar bola mata, melihat jam bulat yang bertengger di dinding menunjukkan pukul lima lewat lima belas menit.

"Kok jam segini udah diajak sarapan?" tanya Safira heran.

"Kenapa? Memangnya mbak biasa sarapan jam berapa?"

"Setengah tujuh."

"Ya, nanti sarapan lagi jam setengah tujuh. Anggap aja ini cemilan."

"Heh, emangnya aku gentong yang muat semua makanan?"

"Memang bukan, Mbak ya Mbak Safira, istriku, bidadariku, calon ibu dari anak-anakku kelak."

"Hiih masih bocah pake ngomongin anak segala! Dewasa aja belum, kerja juga belum!" Safira memonyongkan bibirnya.

"Hehe, iya-iya, nanti aku bakalan cari kerja buat nafkahi Mbak Safira."

Keduanya berlalu ke ruang makan. Sudah ada bapak, ibu serta Adit yang menunggu di sana. Bapak dan ibu menyambutnya dengan senyuman, tak seperti Aditya yang menatap tajam ke arah mereka. Hatinya begitu panas melihat keduanya bersama.

"Gimana tidurnya, Nak Safira? Nyenyak?"

"Iya, Bu. Alhamdulillah, nyenyak."

"Abi gak nakal kan sama kamu?"

"Eh?" Safira terdiam. Ia bingung menjawab apa.

"Aku nakal lho Bu, semalam sampai bikin Mbak Safira nangis."

"Lho kenapa malah bikin menantu ibu nangis?"

"Hahaha, rahasia lah. Ibu kepo aja kayak gak pernah pengantin baru!"

Mata Safira membulat mendengar omong kosong bocah gokil itu. Ia mencubit pinggang suaminya hingga ia berjingkut kaget.

"Aw ... Sakit, Yang!" pekik Abi, membuat kedua orangtuanya ikut tersenyum.

Braaakk ...!

Aditya menggebrak meja, kesal. Ia langsung berlalu ke dalam kamarnya.

"Adit, mau kemana? Kamu belum sarapan lho!" teriak ibu.

"Udah biarin aja, dia udah dewasa tapi tingkah masih kayak anak kecil!" tukas Pak Wirasena. "Sudah sekarang kalian sarapan dulu," lanjutnya.

"Ibu memang sengaja nyiapin sarapan lebih awal, soalnya ayah ada perjalanan keluar kota."

Safira mengangguk.

"Maaf ya kalau ibu cuma masak mie instan aja. Ini yang cepet soalnya, ayah buru-buru mau pergi."

"Gak apa-apa, Bu. Ini juga enak kok," sahut Safira sambil tersenyum.

"Ayo dimakan, Safira. Hari ini kan hari pertama kamu tinggal di sini, semoga kerasan ya."

"Iya, Bu."

Abiyya menghirup aroma mie instan di mangkoknya dari jarak dekat, yang menggugah selera. Irisan tomat, telor dan daun seledri menjadi penambah rasa nikmat.

"Mbak sayang, tau gak persamaan kamu sama indomie?"

"Apa?"

"Sama-sama seleraku."

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Isabella
dasar abiyya .... Adit kepanasan
goodnovel comment avatar
Nanda Ajach
dasar Abiyya emang bisa bikin ketawa,,mkanya pak haki mersa cocok
goodnovel comment avatar
Nunyelis
yg anehnya knp jg safira tinggal satu atap sm mantannya sih kan bisa jg tinggal di rmh safira sendiri......bikin masalah aja
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 4. Gara-gara kamu

    Part 4"Mbak sayang, tau gak persamaan kamu sama indomie?" "Apa?""Sama-sama seleraku.""Hahaha ..."Pujian Abiyya disambut derai tawa ibu dan ayahnya. Sementara Safira hanya tersenyum malu. Sebenarnya dia masih kikuk tinggal bersama mertuanya. Dia terpaksa ikut sang suami. Walaupun sudah menolaknya berkali-kali. Masih terngiang dalam ingatannya kalau sang ayah menyuruhnya pergi bersama suami bocahnya."Safira, kamu sekarang adalah seorang istri. Jadi kau harus mengikuti kemanapun suamimu pergi.""Jadi ayah mengusirku?""Ayah tidak mengusirmu, Safira. Kamu bisa pulang ke rumah ini kapanpun juga. Tapi ini soal tanggung jawab, hak dan kewajibanmu sebagai seorang istri, jauh lebih mulia bila kamu ikut bersama suamimu, melayaninya dengan baik.""Tapi di sana kan ada Adit, Yah. Masa aku harus tinggal bersama dengan si pembohong besar itu?!""Safira, masa lalu hanya masa lalu, kuburlah dalam-dalam perasaanmu itu, sekarang waktunya kamu membuka lembaran baru bersama suamimu. Turuti semua p

    Last Updated : 2023-03-24
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 5. Harusnya sadar diri!

    Part 5Seketika Abi terdiam. Memang benar ucapan kakaknya, dia masih menumpang sama orang tua, lalu bagaimana caranya dia membahagiakan Safira?"Sudah sadar sekarang posisimu seperti apa? Sok-sokan janji mau bahagiakan Safira. Niiih ..." Adit mengacungkan jempol terbalik pada adiknya, mengejek serta menghina. "Ngimpiiii ...!" Aditya pun berlalu begitu saja meninggalkan adiknya yang masih termenung sendiri. Motornya sudah menjauh dari pelataran rumahnya dan berbelok ke jalan raya.Selama ini Abiyya memang hidup mengandalkan orang tua. Keluarganya bukan orang kaya, tapi masih dibilang mampu, dua orang anaknya punya motor sendiri-sendiri.Abiyya melajukan motornya usai mengunci pintu rumah. Motor melaju dengan kencang. Rasa nyeri yang berdenyut tak ia hiraukan lagi. Ia tak menyangka akan bersitegang dengan sang kakak gara-gara wanita. Wanita yang kini menjadi istrinya. Entah mulai kapan dia merasakan getaran cinta. Yang jelas awalnya ia merasa iba pada Safira, karena sudah dibohongi ment

    Last Updated : 2023-03-24
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 6. Kesempatan dalam kesempitan

    Part 6"Toloooongg ...!"Mata Abiyya terbelalak kaget saat melihat Safira tengah berada dalam bahaya. "Lho, itu kan Mbak Safira?!"Gegas, ia melajukan motornya dengan kencang, menghampiri sang istri. "Woi, lepasin dia woi!" teriak Abiyya. Ia melajukan motornya hendak menabrak mereka. Kedua orang pria berpakaian preman itu menoleh dan dengan sigap langsung bergegas kabur membawa tas Safira. "Hei tunggu! Balikin tas gue!" teriak Safira.Bruuuuummm ....! Motor dua orang preman itu melaju dengan kencang. Abiyya berusaha mengejarnya tapi kalah cepat. Abiyya kehilangan jejak para penjambret itu. Ia pun kembali menghampiri Safira yang tengah bersungut-sungut kesal. Memarkirkan motornya di pinggir jalan."Dasar preman gak tahu diri!" ketus Safira."Mbak tidak apa-apa?" tanya Abiyya menghampirinya."Aku tidak apa-apa, tapi tasku hilang! Semua barang-barangku ada di sana, hape, dompet, atm, uang. Aaarrrggh ...!" teriak Safira kesal."Duduk dulu mbak!" Abiyya menuntun Safira untuk duduk. Dia m

    Last Updated : 2023-06-09
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 7. Terjebak Hujan

    Part 7"Hahaha ..." Untuk pertama kalinya Safira tertawa lepas. "Dasar bocah, gombalanmu ini ada-ada aja.""Aku senang lihat Mbak Safira tertawa," sahut Abiyya. Ia tersenyum sambil menatap Safira dengan lekat.Safira duduk di atas rerumputan, menikmati indahnya pemandangan dari atas bukit. Sesekali ia melemparkan bebatuan kecil. Mereka mengeksplor bukit itu, berjalan-jalan kecil menikmati keindahan sang pencipta. Hingga tanpa terasa dua jam terlewati begitu cepat."Mbak, sholat dulu yuk, di bawah ada mushola kecil."Safira mengangguk. Mereka turun bersama, tangan Abiyya selalu menggandeng Safira, tak membiarkan wanita itu jatuh. Walaupun tempat wisata ini masih sepi pengunjung, tapi disediakan tempat salat, serta perlengkapannya. Hanya saja, tak ada pedagang yang berjualan karena sering merugi.Mereka melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, lalu berdoa dalam hatinya masing-masing.Kruyuuuuk ... Perut Safira berbunyi. Mereka saling berpandangan sejenak. "Mbak laper?"Safira men

    Last Updated : 2023-06-09
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 8. Debat

    Part 8"Bulan madu. Iya kan, Mbak?"Safira hanya mengedikkan bahunya kemudian berlalu ke dalam, disusul oleh Abiyya. "Kalian tuh gak mgehargain aku sebagai kakak ya?! Aku disuruh jagain kalian sama ayah dan ibu, tapi kalian malah kayak gini?!""Mas, gak usah marah-marah begitu deh. Lebay banget sih. Kami sudah sama-sama dewasa, gak perlu dijagain lagi. Mending Mas urus perempuan hamil itu yang masih tak jelas statusnya, dah dinikahi apa belum?!""Dasar kamu adik kurang ajar ya! Kurang kerjaan jadi gini nih!""Stooopp! Bisa diam gak kalian?! Pusing aku dengarnya!" Safira kini yang berteriak, seketika kakak beradik itu terbungkam."Nah, gitu. Berisik tau dengar kalian debat terus! Memangnya cuma kalian yang punya telinga dan mulut?!" ketus Safira, ia berlalu ke dapur untuk mengambil air minum. Abiyya terdiam, dia hanya memandang Safira yang tengah emosi. Lalu masuk ke dalam kamarnya. Sementara Aditya berjalan menghampiri Safira di dapur."Safira kenapa dari kemarin kamu susah sekali

    Last Updated : 2023-06-09
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 9. Salah Sangka

    Part 9"Maaf aku membangunkan mbak, aku cuma mau pamit aja. Hari ini aku mau cari kerjaan. Doa'in lancar ya."Safira menoleh lagi, lalu mengangguk pelan. Dia melihat kesungguhan di mata Abiyya. Tanpa permisi lagi Abi langsung mengecup kening Safira. Mulut Safira ternganga, sedang Abiyya hanya tersenyum senang."Kecupan di kening artinya tanda sayang," ujar Abiyya mantap. kemudian dia bangkit meninggalkan istrinya yang masih tercengang. Langkah kakinya makin menjauh. Pintu kamarpun segera ditutup kembali.Sementara itu, Safira membenamkan wajahnya di bantal, merasa malu dengan sikap spontanitas Abiyya tadi. Ia merasakan hawa panas di pipi bahkan telinganya. "Aduhai, bisa-bisanya aku tergoda dengan bocah tengil itu!" seru Safira dalam hatinya sendiri."Yah, Bu, Abi pamit mau cari kerjaan dulu. Minta doa restunya biar cepat dapat kerja," pamit Abiyya menghampiri kedua orang tuanya itu."Iya, Nak. Yang semangat ya!" sahut ibunya sambil tersenyum.Abi mengangguk dan melesat menggunakan mot

    Last Updated : 2023-06-09
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 10. Video Viral

    Part 10Abiyya mengendarai motornya dengan kencang. Hatinya benar-benar kacau. Rasanya masih tak rela istrinya menerima ponsel pemberian sang kakak. Memang benar ucapan Adit, dia belum bisa membelikannya handphone baru untuk Safira.Dia menuju ke tempat tongkrongannya. Abi memarkirkan motor tak jauh dari sana. Sebuah bangunan mungil dari bilik bambu. Di depannya ada bekas empang ikan. Mereka biasa duduk dan nongkrong di sana. Eggy yang biasa berjaga di tempat itu. Bahkan tidur pun di tempat tongkrongan. "Lu kenapa, Bi? Gak dapat jatah dari istrimu?" tanya Eggy heran. Raut wajah Abiyya ditekuk sedemikian rupa. Ia masih jengkel dan kecewa. "Gitar, mana gitar?" tanya Abiyya. Ia langsung beranjak mengambil gitar itu dan langsung berlalu keluar. Duduk di rumput liar pinggir empang.Ia mulai memetik alat musik itu dan menyanyikan lagu. Lagu yang terdalam ia nyanyikan dari sudut hatinya.*"... Sumpah ku mencintaimu, sungguh ku gila karenamu, sumpah mati hatiku untukmu, tak ada yang lain ...

    Last Updated : 2023-06-09
  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Bab 11. Sebuah Kesalahan

    Part 11"Bi ...""Hmmm.""Baksonya masih ada.""Lho, Mbak belum makan? Kenapa gak dibuang aja?""Sayang kan udah kamu beli.""Terus kenapa belum dimakan?"Safira menggeleng. "Aku nungguin kamu pulang, kita makan sama-sama ya. Biar kuhangatkan dulu."Mendengar ucapannya seketika hati Abiyya menghangat. Sejenak, Abi merasa tertegun dengan sikap istrinya itu. Apalagi Safira menawarkan senyuman yang begitu manis, membuat jantungnya makin berdegup tak menentu. Abi mengangguk berusaha menetralkan gejolak hatinya yang tengah berbunga-bunga. Apakah ini artinya sang istri sudah mulai menerimanya?"Mbak, terima kasih," sahutnya sambil senyum. Matanya menatap sosok istri itu dengan lekat."Jangan panggil mbak dong, kesannya aku tua banget!" seloroh Safira. Ya, memang sih umurnya lebih tua dari sang suami.Abi hanya mengusap tengkuknya sambil nyengir. "Oke, sa-yang ..."Safira mengulum senyum. "Boleh aku memanggil sayang?"Safira terdiam sejenak lalu mengangguk malu-malu. Pipinya seketika meron

    Last Updated : 2023-06-10

Latest chapter

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 52. ENDING

    Safira tersenyum, merasakan hangat pelukan Abiyya. “Aku senang kamu bisa menemukan jalan yang kamu cintai. Kita bisa menjalani ini bersama.” Abiyya melepaskan pelukannya, masih terlihat bersemangat. “Aku harus segera membalas pesan ini. Mereka ingin bertemu untuk membahas detailnya. Rasanya seperti mimpi, sayang!” Dengan semangat baru, Abiyya mulai mengetik balasan. Sementara itu, Safira mengamati suaminya, bangga dan penuh harapan. “Jangan lupa, kita juga harus mempersiapkan segala sesuatunya untuk kelahiran si kecil. Tapi, aku yakin kamu bisa membagi waktu.” “Pasti! Kita akan atur semuanya,” jawab Abiyya. “Setelah kontrak ini, aku berencana untuk lebih fokus, sehingga bisa memberi yang terbaik untuk kita nanti.” Keesokan harinya, Abiyya bertemu dengan produser yang menghubunginya. Ketika produser itu tiba, Abiyya langsung menyapa. “Hai, Pak! Senang bertemu denganmu.” “Senang juga, Abiyya. Say

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 51. Tawaran Menarik

    Ibu Safira tersenyum lebar, tetapi wajahnya tiba-tiba berubah khawatir saat melihat ekspresi Safira. "Kamu tidak enak badan ya, sayang?"Safira menggeleng, meski wajahnya sedikit pucat. "Iya, Bu. Sebenarnya aku ingin ngomong sesuatu.""Ngomong saja, Nak," jawab ibunya sambil memimpin mereka ke ruang tamu.Setelah duduk, Safira menarik napas dalam-dalam. "Bu, ada kabar baik. Sekarang, aku sedang hamil." "Hamil? Serius, Nak? Alhamdulillah!" Ia segera memeluk Safira dengan erat.Abiyya juga ikut tersenyum, merasa lega melihat reaksi positif dari ibu Safira. "Iya, Bu. Jadi Safira resign dari kerjaan. Kami ingin fokus pada kesehatanku dan si kecil."Ibu Safira melepaskan pelukan dan menatap mereka dengan penuh kasih. "Kalian sudah mengambil langkah yang tepat. Kesehatanmu dan bayimu lebih penting. Kami akan mendukung kalian sepenuhnya.""Iya Bu, sudah beberapa hari ini aku mual-mual terus, rasanya pengin muntah."

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 50. Resign

    Part 46Pagi itu, Abiyya dan Safira berdiri di depan pintu kafe tempat mereka bekerja. Cafe itu sudah ramai dengan rekan-rekan kerja Safira yang sedang memulai aktivitas pagi. Abiyya menggenggam tangan Safira erat, memberinya senyuman penyemangat.“Siap?” tanya Abiyya pelan.Safira mengangguk, meski ada sedikit kegugupan di wajahnya. “Siap, Abii.”Mereka melangkah masuk, dan suasana kafe yang semarak langsung berubah saat rekan-rekan kerja melihat Safira. Beberapa dari mereka melambai dan menyapa.“Hai, Safira! Dari mana saja kamu, baru berangkat sekarang? Kamu sakit ya?” sapa Lita, rekan kerjanya yang ceria.Safira tersenyum tipis. “Iya, Lita. Hari ini ada sesuatu yang mau aku omongin sama Bos Elang.”"Seperti biasa Mas Bos ada di ruangannya."Safira dan Abiyya mengangguk mereka langsung menuju ruangan Bos.“Safira, Abiyya, ada apa? Tumben pagi-pagi sudah barengan ke sini?"Safira menarik napa

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 49. Vitamin C

    “Kamu gimana, sayang? Masih mual?” tanya Abiyya, tangannya memegang tangan Safira erat. Safira mengangguk kecil, senyumnya masih mengembang. “Iya, masih mual, tapi rasanya beda. Ada perasaan senang yang nggak bisa dijelasin.” Abiyya terkekeh pelan. “Aku masih kayak mimpi, tahu nggak? Aku bakal jadi ayah dan kamu akan jadi ibu. Aku janji, aku bakal jadi suami yang lebih perhatian dan ayah yang paling keren buat anak kita.” Safira tertawa, matanya berkaca-kaca lagi. “Kamu udah cukup keren, Bi. Cuma, nanti kalau aku ngidam yang aneh-aneh, jangan protes ya,” candanya sambil menahan senyum. “Waduh, siap-siap deh aku! Makan mangga muda jam tiga pagi? Beli es krim di tengah hujan? Apa aja, aku siap!” Abiyya berlagak dramatis, membuat Safira tergelak. Matahari mulai mengintip di balik jendela, menandakan pagi sudah mulai menyapa. Keduanya saling pandang, merasakan detik-detik perubahan besar dalam hidup mereka. Pagi

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 48. Dua Garis Merah

    Part 45Safira terbangun di pagi buta dengan perasaan mual yang tiba-tiba menyerang. Ia bergegas menuju kamar mandi, mencoba menenangkan perutnya yang bergejolak. "Hueeek .... hueeekk ...."Abiyya, yang masih tertidur lelap di sampingnya, tersentak bangun mendengar suara lirih istrinya.“Sayang? Kamu nggak apa-apa?” tanyanya, setengah mengantuk dan khawatir.Safira keluar dari kamar mandi, wajahnya pucat namun matanya berbinar aneh. “Aku nggak tahu, Bi. Perutku mual banget, rasanya pengen muntah.""Semalam kamu makan apa? Jangan makan terlalu pedas lho!""Enggak kok, aku gak makan yang aneh-aneh. Mungkin aku masuk angin doang.""Kamu jangan kecapekan ya kerjanya. Aku gak tega kalau kamu sakit kayak gini."Safira mengangguk pelan. "Ayo kita sholat dulu, Bi. Kamu mandi dulu gih!""Okey, Sayang ...."Sembari menunggu sang suami selesai mandi, Safira memasak nasi di magiccom. Se

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 47. Semakin Kuat Cintaku

    ***Hari-hari berlalu .... Pagi itu tampak cerah, sinar matahari menyinari bumi dengan lembut, menciptakan suasana hangat yang menyenangkan. Burung-burung berkicau riang di pepohonan, seolah merayakan hari baru. Safira membuka jendela rumah kontrakannya, menghirup udara segar yang penuh aroma bunga dari taman di seberang jalan. Hari ini adalah hari liburnya, dan dia merasa bersemangat."Sayang, gimana kalau kita jalan-jalan hari ini? Cuacanya enak banget!” Tiba-tiba Abiyya muncul dari belakang sembari tersenyum.Senyum merekah di wajah Safira. Dia membalas dengan cepat, “Tentu! Mau kemana?”Abiyya menjawab, “Bagaimana kalau ke taman? Kita bisa refreshing sambil menikmati suasana pagi.”"Iya, Bi. Aku siap-siap dulu."Abiyya tertawa kecil melihat istrinya yang tampak begitu antusias ketika diajak jalan.Safira cepat-cepat bersiap, memilih pakaian yang nyaman dan menyenangkan. Ia juga memoles wajahnya tipis-tipis

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 46. Terlanjur Malu

    Part 44Regina terlihat terpojok, wajahnya memucat. “Aku… Aku hanya ......"Regina terdiam, kata-katanya tersangkut di tenggorokannya. Semua mata tertuju padanya, menanti penjelasan. "Aku hanya ingin memastikan gelangku aman!” jawabnya, berusaha membela diri."Aman? Dengan memasukkannya ke tas orang lain? Semua itu kamu lakukan agar Safira terlihat buruk di mata orang lain bukan?" Abiyya ikut menambahkan.Regina menggeleng pelan. "Ti-tidak. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku, aku hanya--""Ini tidak bisa dibenarkan! kamu mengambil gelangmu sendiri dan menaruhnya di tas Safira, merekayasa keadaan agar kami menuduh Safira melakukan pencurian? Setelah dipikir berulang kali, kamu juga ingin menjatuhkan Safira. Apakah kamu punya maslaah pribadi dengannya hingga melampiaskannya di tempat kerja?” tanya Elang, nada suaranya datar, tetapi matanya penuh kekecewaan.Regina tertunduk malu. Gadis itu menggeleng pelan."S

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 45. Dituduh Mencuri

    Keesokan harinya .... jam pergantian shift Regina memeriksa tasnya. "Astaga! Kok gelangku hilang?" pekiknya terkejut membuat rekan yang lain menoleh."Gelang? Gelang apaan, Gin?" tanya salah satu rekannya. "Gelangku. Gelang pemberian ibu!""Lho, emangnya gak kamu pake?""Enggak selama ini aku selalu taruh di tas. Biasanya aman-aman saja, kok sekarang hilang. Siapa yang ngambil ini?" Regina mulai bersandiwara, menangis dan mengatakan hal itu dengan nada getir.Rekan-rekannya mulai khawatir. "Tenang, Regina. Kita bisa cari sama-sama," kata Rina, salah satu temannya, berusaha menenangkan.Regina menggelengkan kepala. "Tapi ini penting! Ibu memberikannya saat aku lulus sekolah. Aku tidak bisa kehilangan ini.""Kalau begitu, coba ingat-ingat terakhir kali kamu lihat," saran Dimas, yang dikenal sebagai orang yang jeli.Regina merenung. "Aku ingat betul, gelang itu ada di tas.""Mungkin aja jatuh di

  • MALAM PERTAMA DENGAN BOCAH   Part 44. Galau

    Part 43 “Dasar licik kamu!” Wanita itu menjawab, setengah terkejut tetapi juga terkesan dengan sikap sahabatnya. “Begitulah dunia kerja, sayang. Kita harus menggunakan cara apapun untuk mendapatkan yang kita inginkan. Safira sudah terlanjur jadi targetku, dan semua yang aku lakukan hanya untuk memastikan dia terlihat jelek di mata orang lain.” Regina menjelaskan dengan senyum licik. “Bagaimana kalau rencanamu terbongkar?” tanya wanita itu, sedikit khawatir. “Tidak mungkin! Tidak ada yang akan percaya Safira setelah semua ini. Lagipula, aku sudah merencanakannya dengan baik. Mungkin aku bisa menjebak dia sekali lagi untuk memastikan semua orang menganggap dia tidak bisa dipercaya,” jawab Regina penuh percaya diri. Namun, wanita itu mengingatkan, “Tapi, kalau Bosmu mulai menyelidiki lebih dalam, bisa-bisa semua ini terkuak.” Regina melambaikan tangannya, “Elang tidak akan mencari tahu lebih dalam

DMCA.com Protection Status