Saya sepanjang perjalanan hanya tersenyum mengingat perilaku kedua pelakor yang terjadi baru saja. Suami saya yang memang seorang pendiam dan dingin ini biarpun dia romantis tapi tidak ceriwis. Dia hanya memuji kalau kenyataan dan suamiku ini adalah pria yang aneh, dia tidak senang dengan wanita yang genit dan menunjukan kegatalan, biarpun dia senang ke tempat tempat tertentu, seperti bar dan lain lain. Suami saya pernah bercerita, dia suka ke tempat seperti itu karena ada misi tertentu seperti membantu mereka yang dijebak biarpun ada juga yang merasa tamak dan akan memiliki suami saya seutuhnya, ya contohnya Ayu dan wanita tajir ini yang kemudian saya tahu bernama Herlina Efendi ini. “Mam, kenapa diam saja? Marah ya?” tanya suami saya. “Hmmm, untuk apa marah, toh, jika kamu mau saya tidak bisa melarang kamu, lakukan saja semaumu asal tepati janjimu, setiap hari sebelum jam 10 malam, kamu sudah ada di rumah.” Kata saya datar dan tentu saja dingin. Jika kalian bertanya apakah saya
Bagaimana dengan kalian jika mendapat suasana yang seperti itu? Marah, sedih, kecewa atau membiarkan saja. Ya, saya sendiri tidak tahu apa yang harus saya lakukan? Saya bingung akan permintaan suami saya untuk melamar dokter pengganti itu, bukankah dia sekarang sedang pacaran dengan Herlina Efendi, lalu untuk apa dia meminta saya melamar dokter muda ini lagi? sungguh bingung saya. Jadi saya ke kamar untuk tidur sore, karena setelah dokter pengganti pulang jam 7, saya harus bersiap siap untuk menggantikan mereka sampai besok pagi, jika malam ada yang datang untuk berobat saya harus siap. Karena saya seorang yang cuek, jadi saya tidak memikirkan apapun tentang semua itu dan saya akhirnya terlelap dalam tidur. Dalam mimpi saya marah dengan suami saya, saya meminta cerai di dalam mimpi itu dan saat sedang klimaknya........ Jam 6 saya terbangun karena anak saya meminta makan, ya, saat ini Siani baru berumur 6 tahun, jadi dia masih sangat manja. Tidak mau siapa juga yang mengambilnya
Kusuma Wati tidak mau naik ke lantai dua tempat kamar tidurnya, dia masih ingin nonton TV dan saya juga tidak bisa melarangnya sehingga ketika suami saya keluar dengan celana pendeknya, Kusuma Wati masih disana dan suami saya juga tidak menegurnya biarpun mata Kusuma Wati itu sampai melotot melihat ke machoan suami saya. Ya, sebagai guru ilmu bela diri, tentu badan suami saya sangat kekar dan terdapat petak petak di perut dan dada yang bidangnya. Ya, enak dilihat lah intinya. Melihat keadaan itu saya cuma dapat menelan saliva dan melihat mereka seperti penonton tapi dalam hati saya sudah bersiap siap jika pegawai saya ini akan menjadi salah satu pelakor diantara suami dan saya. “Kusuma Wati sedang apa kamu? Sana naik ke atas, bukankah kamu harus istirahat?” tanya saya dengan nada marah. Menyadari saya marah, Kusuma wati cepat cepat berdiri dan naik ke lantai dua. Belum selesai menghadapi Herlina Effendi sekarang di rumah sendiri telah menunggu tikus kelaparan yang akan menggerogo
Ternyata suami saya tidak langsung mengajak saya pulang ke rumah, setelah keluar dari warung makan itu, kami berdua bergandengan tangan dan dengan ekor mata saya, saya melihat Herlina Effendi marah dengan menghentakkan kakinya dan dia pergi menaiki mobilnya untuk berangkat kerja. Hmm dengan penampilan seperti itu, bukankah merusak imegnya. Sedangkan saya dan suami saya jika di pagi hari tidak ada kerjaan jadi kami sambil bercanda dan berbincang dengan teman teman yang dekat sekolah anak kami sampai menunggu anak anak pulang sekolah dan itulah yang sering dilakukan suami saya sendiri. Karena suami saya setelah pulang dari mengantar dan menjemput anak saya, pulang setelah makan siang dia akan mengurus semua ayam Bangkoknya. Karena sekarang klinik saya sudah ada dokter pengganti jadi saya sempatkan diri selalu menemani suami saya pagi hari sampai anak anak pulang di siang hari. dan tentu saja sekalian memantau berapa banyak wanita yang ingin menghampiri suami saya, ya selama saya ada
Apa yang akan saya katakan kepada dokter W ya, nanti sore, waktu dokter itu mau pulang? Sungguh saya bingung untuk memulainya. Nanti saja dipikirkan sekarang saya mau tidur siang dulu untuk menyehatkan badan, karena malam adalah giliran saya menjaga klinik.,jadi setelah beristirahat selama setengah jam saya mengajak anak anak untuk tidur siang dan nanti jam 5 sore harus bersiap siap menggantikan dokter pengganti. Tapi kerana banyakjnya pikiran saya tidak bisa tidur dan saya turun mencari dokter w. Tentu saya tidak langsung menembak dia, saya berusaha dekat dulu , ya, mungkin proses ini harus memakan waktu beberapa kali pendekatan sedangkan dokter W ini menjaga klinik saya seminggu sekali. “Hai, kita selama ini belum berkenalan secara dekat ya.” kata saya memulai pembicaraan. “Hai, dokter Santi, senang berkenalan.” kata dokter W. “Terima kasih ya, mau jadi koordinator klinik saya, jadi saya tidak repot mencari dokter pengganti.” kata saya mulai memuji dia dan mulai membuat dia ny
Kusuma wati menaiki tangga dengan menghentak hentakkan kakinya. dan terlihat kaget melihat saya memperhatikan dia. “Kusuma, kenapa kaki kamu? Sakit? Mau saya obatin?” Tanya saya sambil berusaha mendekati dia dan mencoba memegang kakinya, ya tentu saja saya sengaja. “Tidak bu, tidak apa apa, hanya agak kesemutan saja. Nanti juga sembuh sendiri.” kata Kusuma Wati dengan gugupnya. dan berusaha menghindari saya. Saya tersenyum dalam hati, saya tahu Kusuma Wati takut makan obat, ketika dia sakit saja makan obat dengan pisang. Lalu dia berjalan biasa naik ke lantai dua ke kamarnya dan tidak turun lagi sampai keesokan harinya. Di lantai dua ada tiga kamar , salah satunya kamar Kusuma Wati dan satu lagi kamar bermain anak anak dan kamar paling ujung kamar mertua saya jika tinggal disini untuk sementara. Mertua saya banyak anak jadi dia bergilir ingin tinggal dimana juga sesuka hatinya. Pagi sebelum matahari terbit Kusuma Wati sudah bangun dan menyediakan sarapan kami dan saya tentu saja
“Papi, maukah kamu menceritakan pertemuanmu dengan Kusuma Wati?” Tanya saya perlahan pada saat dia istirahat di bangku di belakang samping ruko kami. Ruko kami terletak pada no 8 dari 12 ruko yang berjejer. Kami membeli tambahan 5mx5m di belakang ruko dan kami jadikan dapur dan sumur. Dari no 9 sampai no 12 tanah yang dibelakang ruko itu tidak dibeli oleh pemilik ruko jadi tanah samping itu digunakan suami saya untuk menjemur ayam bangkoknya dan ruko no.6 sampai no. 8 juga tidak dibeli sehingga suami saya gunakan untuk kandang ayamnya setelah kami membuat pintu kecil dari dapur kami. “Apa yang kamu ingin tahu tentang Kusuma Wati.” tanya suami saya untuk memperjelas pertanyaan saya. “Dimana kalian bertemu? Menurut saya Kusuma Wati bukan mau jadi pegawai saja, jadi kalian ada maksud terselubung apa?” tanya saya ketus menahan emosi. “Baiklah , saya akan jujur. Saya bertemu dengan Kusuma Wati di lokalisasi dan dia tidak mau menjadi PSK, jadi saya membawa dia pulang dan dia juga ber
Selama saya di klinik malam ini saya memeriksa data pasien dan saya masih belum menemukan kelainan itu. Dan selama seminggu hal itu mengganggu saya, tentu tidak termasuk perilaku yang semakin menjadi dari Kusuma Wati terhadap suami saya dan saya juga masih membiarkan semua itu. Tunggu saya mencari kesalahannya dan akan saya usir dia dari klinik dan ruko saya juga dari kehidupan suami saya. Pagi keesokan harinya. Kusuma Wati sudah di dapur dan bersama dengan mertua saya. “Bu, ibu harus membantu saya ya, saya mau menikah dengan bapak di kampung sebulan lagi, akan saya rebut bapak dari bu dokter, bu dokter itu kalah sama saya.” kata Kusuma wati dengan bangganya. “Apa kamu tidak mimpi ya? Masa menantu saya bisa kalah dari kamu perempuan yang tidak jelas asal usulnya.” kata Lany Cidewa. “Dokter itu hanya bisa jadi dokter, jadi ibu untuk melahirkan anak bapak, tapi tidak di ranjang dan memasak.” kata Kusuma Wati lagi. “Kamu lancang ya, jadi kamu pernah main di ranjang dengan anak sa