Dua hari sebelumnya adik perempuan Stella bersama kekasihnya meminta restu kepada kedua orang tua mereka untuk menikah.
Namun Ayahnya malah menunda pernikahan mereka sampai Stella terlebih dahulu yang menikah, Adiknya tidak boleh melangkahi dia sebagai seorang Kakak. Malamnya terjadi lah pertengkaran antara Stella dan Adiknya, kerena pernikahan adiknya tidak mungkin akan terjadi karena dia. Selama ini Adiknya sudah berusaha memperkenalkan semua Pria yang ia kenal untuk menikahi Kakaknya. Namun sayangnya setelah bertemu dengan Stella mereka pasti akan mundur. "Tidak akan ada Pria yang ingin menikahi wanita kolot dan kuno seperti mu! Tidak, Aku akan pergi dari rumah ini Aku akan kawin lari saja bersamanya," cecar Adiknya, sorot matanya mengatakan aku sangat membencimu. Ia juga meluapkan seluruh amarahnya kepada Stella sambil mengemasi semua barang-barangnya. "Jangan Sari Kakak mohon, Kamu pikir lagi? Ayah sudah pernah kena serangan jantung jika dia tau kamu kabur mungkin dia akan tiada, Kakak mohon Sari tunggulah sebentar lagi," bujuk Stella menangis lirih memohon sambil berlutut di hadapan Sari. Jangan kan seorang Kakak seorang sahabat juga akan sangat bahagia ketika seorang yang di sayang menikah dengan pilihan hatinya. "Tunggu! Sampai aku jadi perawan tua sepertimu. Kamu dengar ya! jika satu minggu lagi kamu belum juga menikah maka Aku akan kawin lari bersamanya," ancam Sari padanya. Wanita polos itu termenung hingga Fajar menyingsing. Siapa yang ingin menikah dengan wanita kolot dan kuno sepertinya, tidak bisa berdandan, memakai kaca mata bulat yang besar dan rambut yang selalu di kepang. Pikiran itu membuatnya tidak bisa tidur semalaman, belum lagi adiknya yang mengancam akan kabur jika satu minggu lagi dia tidak juga menikah. Di mana ia biasa mendapatkan suami dalam waktu sesingkat itu. Apa lagi Ayahnya pernah berkata ia hanya akan merestui jika mereka menikah dengan seorang yang terpandang juga terpelajar. Semua beban itu sekarang membebani hati dan pikirannya, dia bahkan tidak tau apa yang harus ia lakukan. Tapi masalahnya tidak cukup sampai di situ. Ketika Stella pulang larut malam dari tempat kerjanya. Tiba-tiba saja Stella di rampok oleh seseorang dan untungnya Farhan tetangganya datang untuk menolong. Farhan berkelahi dengan perampok itu sehingga dia terluka di bagian pergelangan tangannya kerena terkena sayatan pisau dari sang perampok. Sebagai rasa terimakasih Stella pun mengikuti Farhan ke Rumahnya, ia berniat untuk membatu mengobati luka di pergelangan tangan Farhan. Farhan yang di benci banyak orang kerena penampilannya yang seperti berandalan di penuhi tato mengelilingi sekujur lengannya, serta sering minum-minuman keras tidak perduli tempat atau lingkungannya, membawa musibah bagi Stella. Ketika Stella masuk kerumah Farhan seseorang melihat mereka dan langsung melapor kepada Ayahnya Stella. Malam itu, Ayahnya berserta beberapa warga langsung memergoki Stella yang sedang berduaan di Rumah Farhan. Kesalahpahaman yang tidak bisa di luruskan hanya dengan kata-kata, meski Stella bersujud sekalipun semua orang tidak mempercayainya. "Tolong, Pak. Semu ini hanya kesalahpahaman." Farhan angkat bicara karena sudah tidak tahan melihat semua orang menyudutkan mereka berdua. "Iya Ayah, Aku mohon percayalah kepadaku Kami sungguh tidak melakukan apapun, Ayah." Stella menangis sambil berlutut memeluk kaki Ayahnya, ia berharap Ayahnya dapat mempercayainya. "Alah, tengah malam begini kalian berduaan masih mau mengelak apa kalian pikir kami semua ini bodoh," cibir Kang Mamat, orang yang sudah lama membenci Farhan semakin menyudutkan mereka. "Kang dia terluka karena menolongku, Ayah tadi saat pulang aku hampir di rampok untung ada Farhan yang menolongku, apa aku salah ingin membatu mengobati lukanya?" lirih Stella. "Jelas salah! kenapa harus ke rumahnya, bukan kerumah sakit," cecar Ujang. "Kang!" bentak Stella Belum sempat ia bicara sebuah tamparan mendarat di pipi Stella yang membuat semua orang terdiam. "Cukup Mat, sekarang Kita semua kembali kalian masih harus membantuku untuk menyiapkan persiapannya, karena Stella Cristin sudah tiada," putus Ayahnya memendam amarah. Tamparan tidak begitu menyakitkan, tetapi dianggap sudah tiada oleh orang tua sendiri itu sangat menyakitkan, bahkan dapat membuat seorang putus asa. Kata tiada yang diucapkan oleh ayahnya terngiang-ngiang di telinganya. Bahkan saat mereka semua pergi, Stella masih terdiam berlutut dengan tatapan yang kosong. "Stella ... " "Stella, Apa kamu baik-baik saja?" tanya Farhan sambil memegang pundaknya. Suara Farhan begitu sayup didengar seolah-olah jiwanya sedang pergi entah kemana. "Stella!" ulang Farhan cukup keras. Setelah beberapa kali memanggilnya dengan keras Stella terbangun dari lamunannya. "Hah ... Kamu membuatku khawatir," gumam Farhan lega lalu duduk di ranjang tempat tidurnya. Sambil memendam kesedihannya Stella menghapus air matanya. "Maaf ya, Han." "Buat apa?" "Gara-gara Aku, Kamu mendapatkan masalah," lirih Stella. "Apa kamu baik-baik saja," pasti Farhan sekali lagi mengingat apa yang baru saja terjadi, itu pasti sangat menyakitkan bagi Stella. "Bohong jika aku berkata Aku baik-baik saja saat ini," jawab Stella, Senyum yang hambar terlihat di wajahnya. "Bagus lah, Setidaknya kamu masih bisa bicara, lalu? apa ada cara agar Ayahmu bisa menerimamu kembali." Seorang yang sudah tiada, apa masih bisa kembali? itu terbesit di benak Stella. "Tidak untuk saat ini, tapi aku tidak akan menyerah suatu hari nanti aku pasti akan membuat Ayahku bisa menerimaku kembali," putus Stella menguatkan dirinya, berharap suatu hari nanti dia bisa diterima kembali oleh ayahnya. "Lalu rencana mu saat ini?" "Aku akan tetap bekerja dan sekarang aku akan mencari tempat tinggal. Han, Maaf dan terimakasih." Malam itu menjadi malam terburuk bagi Stella, Wajahnya hanya di penuhi dengan kesedihan. Apa yang ia rasakan bahkan tidak mampu di tuturkan lewat kata-kata. Hanya Tuhan saja yang mengetahui apa yang dirasakan oleh hati dan pikirannya."Wayan tunggu lah satu Minggu lagi," pinta Sari di telpon, wajahnya terlihat gelisah dan juga takut."Ok, tapi maaf saja aku tidak bisa menunggu lebih dari itu," tegas Wayan. ****"Oh ... Jadi Ayah marah padanya bagus, aku akan memanfaatkan ke sempatan ini, Aku tidak ingin Wayan menjadi milik orang lain, apa lagi menjadi perawan tua. Ck," desis Sari menyirangai ia diam-diam mendengar percakapan Ayah dan Ibunya yang sedang bertengkar karena Stella. ------------------------------------²Stella pergi meninggalkan Rumah Farhan, ia berjalan tanpa ada arah bahkan tujuan, dia sangat ingin pulang. Namun percuma saja dia sangat paham dengan kepribadian Ayahnya. Peraturan, Adat dan kehormatan di atas segalanya.Semalaman wanita terbuang itu duduk di Halte bus hingga fajar, bahkan dia tidak tidur."Hah ...." Stella menghela nafas panjang, ia sudah berpikir semalaman, tetapi tidak menemukan cara agar Ayahnya bisa memaafkannya.Farhan yang merasa kasihan kepada Stella hanya bisa memantaunya dari
"Ada apa dengannya?" gumam Farhan terhenti saat melihat Stella yang duduk sendirian di luar Perpustakaan, apa lagi ia terlihat begitu gelisa."Astaga ada apa denganku, mengapa rasanya begitu tidak tega melihatnya," rutuk Farhan yang pikirannya tidak ingin memperdulikan Stella, tetapi hatinya tidak membiarkan itu.Farhan menghelah nafas panjang, ia berjalan medekati Stella dan tidak sengaja Farhan mendengar rutukan Stella yang mengatakan ia belum menemukan tempat tinggal dan itu yang membuatnya terlihat begitu gelisa.Farhan menggeleng, " tidak Farhan, dia tidak mungkin menerima bantuanmu, ingat kamu sudah menyebabkan masalah baginya." Farhan berpikir Stella tidak akan menerima bantuan darinya.------------------------------------³Saat istirahat makan siang Stela berusaha lagi untuk mencari tempat tinggal, tapi tetap saja tidak ada yang sesuai. "Hah! Kemana lagi aku harus mencari?" ia mulai pasrah dan mungkin dia akan tinggal di Jalan pikirnya.Tiba-tiba seorang muncul di hadapannya,
-------------------------------------------⁴"Mungkin ada satu cara," lanjut Stella tiba-tiba yang membuat Farhan terhenti. "Kalau begitu kamu bisa mencobanya, Stella.""Hah ... tidak mungkin, Han." Lanjut Stella sambil berjalan. "Apa kamu menyerah?""Tidak, Han. Tapi itu sangat sulit untuk terjadi.""Hei dengar." Farhan menghentikan Stella lalu memegang kedua pundaknya."Tidak ada yang tidak mungkin, sekarang katakan bagimana caranya?" desak FarhanStella menghelah nafas, dia sangat tidak ingin mengatanya tetapi melihat Farhan yang begitu ingin tau tidak ada alasan baginya untuk tetap diam. "Jika aku menikah dengan orang yang terpelajar dan juga terpadang," ungkap Stella, ia melepas kedua tangan Farhan dari pundaknya lalu lanjut berjalan. Farhan masih berdiri dan terdiam di tempat."Bub .... ""Bub ... Hahahahaha."Seketika Farhan tertawa, Stela yang mendengar Farhan tertawa terhenti lalu menoleh dengan heran. Mata Stella menyipit, di benaknya apanya yang lucu padahal dia sudah
-------------------------------------------⁵"Kamu kenapa?" tanya Farhan."Maaf, Han. Tapi aku malu jika orang lain melihat kita yang berpegangan tangan," imbuh Stella malu-malu genit."Astagfirullah," sontak Farhan terperijit melepaskan tangan Stella. Apa dia benar-benar tidak merasa jika dia menggenggam tangan seorang wanita? Stella tertawa melihat Farhan yang terlihat begitu grogi setelah melepaskan tangannya."Hehehe maaf Stella, aku baru menyadarinya," lanjut Farhan merasa tidak enak."Hum ... Iya tidak apa, oiya mengapa kamu membawaku kesini?""Untuk membeli beberapa keperluan di rumah barumu.""Tapi, Han?""Ssttt, bukannya kita sudah menjadi teman sekarang."Teman? Selama ini Stella sudah berusaha untuk mendapatkan seorang teman, tetapi tetap saja semua menjauh darinya, Jelas dia terharu mendengar perkataan Farhan."Hiks ... Terimakasih," rengek Stella.Farhan tersyum hangat, dia menyadari itu bukan air mata kesedihan melaikan itu air mata yang keluar karena dia merasa senang.
"Ya Dewa, aku rela menyerahkan apa saja bahkan nyawa sekalipun. Namun tolong buat lah Ayah dan Ibuku hidup dengan bahagia dan jika bisa buat lah mereka untuk bisa memaafkan ku," rintih Stella dalam hatinya dengan penuh harapan.--------------------------------------⁶"Perasaan yang aneh, ya sudah lah dia juga baik-baik saja," abai Farhan pada pikirannya.Setelah meninggalkan rumah Stella Farhan juga segera pulang kerumahnya.Sore telah beganti malam, di atas atap rumanya sambil memadangi langit malam yang gelap di temani sebotol minuman Farhan terbesit memikirkan Stela.Drrrr drrrr drrrGetar ponselnya membuyarkan lamunannya, dengan berat dia pun mengangkatnya."Terimakasih," ucap seorang wanita di telpon. Terimakasih? Farhan sedikit bingung tiba-tiba saja seorang berterimakasih padanya tanpa intro terlebih dahulu."Apa yang kamu bicarakan, terimakasih? Ini aneh," tutur Farhan yang mengira jika dia sudah salah dengar kerena kebanyakan minum."Farhan ini aku Stella, terimakasih telah
WAKTUNYA BERUBAH.-----------------------------------------⁷"Baik tuan tenang saja, Kami akan membuatnya berkilau, ayo?" Karmila mengulurkan tangannya dengan elegan.Stella masih tidak mengerti, dia terlihat ragu untuk menyambut tangan Karmila. "Pergilah, mereka akan membuatmu menjadi wanita terbaik, percayalah." Farhan terseyum sembari memegang pundak Stella.Walau tidak mengerti Stella menggangguk, ia percaya Farhan tidak mungkin melakukan hal yang buruk kepadanya. Walau sedikit ragu Stella pun mengikuti mereka berdua ke subuah ruangan, Stella duduk mengadap cermin yang besar. "Ck" Stella terseyum melihat penampilannya yang begitu kuno di cermin, bahkan dia sendri menyepelekan dirinya apa lagi orang lain.Beberapa saat dia menilai dirinya, hingga Karmila dan Sarina datang dengan koper yang besar."Nona silahkan tutup mata," pinta Karmila."Tutup mata?""Iya Nona"Awalnya Stela merasa takut untuk menutup matanya, dipikirnya mereka berdua akan melakukan hal yang buruk padanya, tapi
"Wanita tidak tau malu makanya ngaca, kamu itu kolot, kuno dasar! Bikin kesal aja," cela seorang Pria kepada wanita lugu yang bahkan ia tidak mengenalnya.Hinaan itu membekas cukup dalam di hati wanita itu, bahkan membuatnya trauma.--------------------------------------------⁸"Han?""Farhan?" Stella melambai-lambaikan tangan di wajah Farhan."Ah! Hm, iya sama-sama." Farhan tersadar dari lamunannya, dibenaknya dia juga masih tidak mengerti perasaan apa yang baru saja ia rasakan."Salim ... Aku mau satu lagi pakaian seperti ini," pinta Farhan pada Salim, dia bermaksud mengambil satu lagi untuk Stela kerena Stela sangat cocok memakainya."Oke siap, Han.""Tapi?""Apa ada lagi,Han?" tanya Salim terhenti."Beri lengan yang panjang, karena kalau begini dia terlihat terlalu terbuka."Farhan merasa Stella begitu seksi saat memakai lengan kensi, Karena itu ia meminta lengan yang panjang."Oke baiklah, apa yang itu juga mau di ganti?" tanya Salim."Yang ini tidak perlu, aku lihat dia sangat s
----------------------------------------------⁹Stela kembali menghadap Farhan, dia sama sekali tidak inging melakukannya."Oiya Han? Kamu bilang penampilanku saat ini begitu cantik, Aku rasa Ayah dan Ibuku pasti akan senang melihat penampilanku yang sekarang, tapi ...." Stella menunduk tidak meneruskan perkataannya karena percuma saja dia terlalu takut untuk kembali."Hum ... Ide yang bagus, kalau begitu ayo?" Farhan menggenggam tangan Stella, lalu lanjut berjalan."Eh ... Han? Ide apa yang kamu maksud?" Stella terinjit bingung karena tiba-tiba saja Farhan menggenggam tangannya, menarik mengajaknya berjalan."Memperlihatkan penampilanmu kepada Ayah dan Ibumu.""Tapi Han? Aku takut jika ayahku ...." "Sssttt," potong Farhan."Tidak usah takut, kamu tidak melakukan kesalahan apapun Kamu tenang saja Aku ada bersamamu."Stella terseyum, perkataan Farhan menghilangkan sedikit rasa takut dihatinya, ia juga senang karena Farhan mendukungnya.Mereka pun pergi menggunkan taksi, di depan Rumah
"Ya Robbi, aku berjanji mulai sekarang akan berubah menjadi hamba-Mu yang semestinya." tutur Farhan mengadukan semua keluh kesah yang bersarang di hatinya.------------------------------------¹⁶"Allhamdulillah, Akhirnya ke inginanmu akan terpenuhi Stella" Farhan memenggang pundak Stella, "Stella aku turut bahagia mendengarnya" sambung Farhan terseyum.Stella mentap wajah Farhan yang begitu terlihat senang, "Apa benar kamu tidak memiliki sedikit perasaan kepadaku, Han. astaga Stella apa yang kamu pikirkan, selama ini Farhan hanya mengasihanimu jadi sebaiknya jangan berharap lebih kepadanya." gumam Stella dalam hati."Stela ada apa, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Farhan yang melihat Stella malah bengong melihatnya."Hehehe tidak Han, oya Han terimakasih ya. Han setelah aku menikah mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi, karena setelah menikah Bram dan aku akan menetap di Singapura."Farhan terseyum hangat, "Dimana pun kamu berada aku hanya berharap kamu bisa hid
-------------------------------------¹⁵"Hahaha Bram sudah hentikan, Kamu terlihat sangat lucu jika begitu." ungkap Stella yang sudah tidak tahan menahan tawanya melihat Bram yang begitu kaku.Bram memperlihatkan sedikit senyum, "Hehehe Maaf, tapi entah mengapa aku jadi sangat grogi Stella." "Hah, terimakasih ya Bram berkat kamu aku bisa merasakan bagaimana rasanya di perlakukan dengan baik." bisik Stella dalam hatinya.Mengingat kehidupan yang biasa-biasa saja yang ia jalani selama ini, untuk pertama kalinya Stella merasa di sepesialkan oleh seseorang. Yang bahkan sebelumnya jangankan untuk di perhatikan, malah mereka akan selalu menghindarinya.Hinggah mereka pun sampai di Perpustakaan."Terimakasih ya Bram, hari ini aku sangat bahagia.""Hehehe iya, aku juga sangat senang bersamamu, emp kalau begitu aku pergi dulu ya. Oiya Stella setidaknya berikan nomor telponmu kepadaku." pinta BramNomor telepon, apa Bram benar-benar menyukaiku sampai-sampai dia meminta nomor telponku, Stella m
-----------------------------------¹⁴Setelah beberapakali menelpon akhirnya Stela mengangkat telpon darinya."Farha!" suara Stella terdengar begitu riang."Iya, Stela dengar... ""Farhan aku sangat bahagia, kamu tau tidak apa yang sudah terjadi." potong Stella yang tidak memberikan kesempatan Farhan untuk bicara. Di benak Stela hanya ada Bram. Dia juga sudah melupakan janji makan siang bersama Farhan."Apa?" tanya Farhan yang penasaran, sebenarnya apa yang membuat Setela begitu senang."Tadi saat aku mengambil buku di rak paling atas, aku tidak sengaja menyenggol buku lainnya. Dan untung saja Bram melindungiku dari timpahan buku-buku itu, dan kamu tau tidak?" Jelas Stella terdengar bersemangat."Sebentar Stela, kamu baik-baik sajakan?""Hahaha iya Farhan aku merasa jauh lebih baik""Hah, syukurlah" Farhan lega mendengar Stela yang baik-baik saja."Lalu?" tanya Farhan."Lalu Bram mengajakku makan siang, Ah... Aku sangat bahagia, Han.""Apa itu Pria yang pernah mengajakmu ke Grand Hils
-----------------------------------¹³Mereka berdua pun sangat kaget saat melihat Farhan yang saat ini berada di hadapan Poto putrinya sambil melumat-lumat kalung bunga yang ia kalungan di poto puntrinya itu.Dengan marah Heryo langsung saja menghampiri Farhan, "Plak!" dia menapar Farhan dengan keras."Kamu!" tunjuk Heryo beringasan, "Apa belum cukup kamu menghancurkan hidup putriku! Apa kamu tidak bisa membiarkan dia beristirahat dengan tenang!" Sergak Heryo, matanya molotot merah sangking marahnya."Ck, Paman aku peringatkan! jangan pernah lagi kamu kalungkan bunga di potonya, jika tidak aku akan datang lagi untuk menerima tamparan darimu" tekan Farhan, wajahnya tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun."Kurang ajar!" Heryo menggangkat tangannya lagi untuk menampar."Tap" Farhan menangkan tangan Heryo."Satu kali aku rasa sudah cukup" begis Farhan menatap tajam, lalu menghempaskan tangan Heryo.Farhan berjalan menuju pintu keluar seperti orang gila. Heryo hanya terdiam terus melotot
-----------------------------------¹²"Perpustakaan, ya mungkin dia di sana" gumam Farhan, terlintas di pikirannya mungkin Stela sedang berada di perpustakaan tempat dia berkerja.Dia bergegas berlari menuju perpustakaan, dia masuk dengan terburu-buru berharap Stela ada di dalam."Sebentar Pak" hadang seorang scurity."Pak, Maaf kita sudah tutup" lanjut Scurity itu."Apa Bapak sudah mengecek tidak ada lagi orang di sini?" tanya Farhan yang masih ngos-ngosan."Iya, Pak.""Hah... Baik lah"Farhan pergi meninggalkan Perpustakaan, ia sudah tidak tau lagi harus mencari Stella kemana. Dia berjalan tanpa arah dan tujuan di pikirannya hanya ada Stella. Ia khawatir terjadi sesuatu kepadanya.Sudah cukup jauh ia berjalan, dia terus menyalahkan dirinya karena sudah berbuat kasar kepada Stella yang mungkin Stella tidak akan memaafkannya."Hah, Hahaha- hahahaha, Farhan-Farhan lagi-lagi seperti ini" gerutu Farhan yang tidak karuan.Dia mengahadap sebatang pohon di pinggir Jalan, sambil terseyum, "
"Kamu meninggalkanku dan Ibuku! Lima tahun aku di penjara tapi jangankan untuk membelaku, sekedar bertanya pun tidak" bengis Farhan menggertak germannya penuh amarah."Apa kamu membenciku Farhan?" "Ya, aku sangat membencimu- Ayah." tekan Farhan------------------------------------¹¹"Nak, dia di tuduh telah menculik seorang wanita bernama Stela Cristin." jawab Pak Kanit Zam."Apa!" sontak Stella kaget, karena Stella Cristin adalah dia."Pak, Stela Cristin adalah saya, tunggu sebentar" Stella mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya."Pak ini kartu tanda penduduk saya, Saya Stella Cristin dan Farhan tidak menculik saya" sambung Stella.Pak Kanit Zam mencocokan Kartu Tanda Penduduk Stella dengan laporan yang dia terima dari pelapor."Pak, jika bapak ingin menangkap seseorang seharusnya bapak menangkap saya bukan Farhan, karena saya yang telah menculik Farhan." tutur Stella tanpa berpikir, dia sangat takut Farhan akan di penjara karenanya.Pak Kanit Zam tertawa kecil mendengar perkataan S
"Oh... Jadi selama ini Stella bersama kamu, Farhan lihat saja aku akan mengirim mu kembali ke penjara. Hum" dengus Kang Mamat menyeringai licik.-----------------------------------------¹⁰"Kamu kenapa, Han!" sontak Stella berbalik dan langsung memeriksa Farhan."Hehehe Aku tidak apa-apa Stella, sepertinya kakiku kesemutan""Hah... Ya ampun aku kira kamu kenapa, bikin cemas aja, ya sudah ayo aku bantu."Stela membatu Farhan, ia memapah Farhan hingga beberapa langkah agar kesemutan Farhan menghilang."Sudah, rasanya sudah hilang." ucap Farhan"Yakin sudah hilang?""Iya"Stela melepaskan Farhan, tapi saat Farhan melangkah."Stela awas... " Pekik Farhan. Stela pun berbalik dan"Brukk... "Farhan mendarat memeluk Stela. Mata Stella termelanga tidak berkedip untuk beberapa saat melihat wajah Farhan yang hanya berjarak beberapa senti dari hindungnnya. Perasaan nya menjadi tidak karuan bahkan jatungnya melaju begitu cepat.Farhan cepat-cepat berdiri."Se-stela maaf ya aku tidak sengaja" ucap
----------------------------------------------⁹Stela kembali menghadap Farhan, dia sama sekali tidak inging melakukannya."Oiya Han? Kamu bilang penampilanku saat ini begitu cantik, Aku rasa Ayah dan Ibuku pasti akan senang melihat penampilanku yang sekarang, tapi ...." Stella menunduk tidak meneruskan perkataannya karena percuma saja dia terlalu takut untuk kembali."Hum ... Ide yang bagus, kalau begitu ayo?" Farhan menggenggam tangan Stella, lalu lanjut berjalan."Eh ... Han? Ide apa yang kamu maksud?" Stella terinjit bingung karena tiba-tiba saja Farhan menggenggam tangannya, menarik mengajaknya berjalan."Memperlihatkan penampilanmu kepada Ayah dan Ibumu.""Tapi Han? Aku takut jika ayahku ...." "Sssttt," potong Farhan."Tidak usah takut, kamu tidak melakukan kesalahan apapun Kamu tenang saja Aku ada bersamamu."Stella terseyum, perkataan Farhan menghilangkan sedikit rasa takut dihatinya, ia juga senang karena Farhan mendukungnya.Mereka pun pergi menggunkan taksi, di depan Rumah
"Wanita tidak tau malu makanya ngaca, kamu itu kolot, kuno dasar! Bikin kesal aja," cela seorang Pria kepada wanita lugu yang bahkan ia tidak mengenalnya.Hinaan itu membekas cukup dalam di hati wanita itu, bahkan membuatnya trauma.--------------------------------------------⁸"Han?""Farhan?" Stella melambai-lambaikan tangan di wajah Farhan."Ah! Hm, iya sama-sama." Farhan tersadar dari lamunannya, dibenaknya dia juga masih tidak mengerti perasaan apa yang baru saja ia rasakan."Salim ... Aku mau satu lagi pakaian seperti ini," pinta Farhan pada Salim, dia bermaksud mengambil satu lagi untuk Stela kerena Stela sangat cocok memakainya."Oke siap, Han.""Tapi?""Apa ada lagi,Han?" tanya Salim terhenti."Beri lengan yang panjang, karena kalau begini dia terlihat terlalu terbuka."Farhan merasa Stella begitu seksi saat memakai lengan kensi, Karena itu ia meminta lengan yang panjang."Oke baiklah, apa yang itu juga mau di ganti?" tanya Salim."Yang ini tidak perlu, aku lihat dia sangat s