"Ya Dewa, aku rela menyerahkan apa saja bahkan nyawa sekalipun. Namun tolong buat lah Ayah dan Ibuku hidup dengan bahagia dan jika bisa buat lah mereka untuk bisa memaafkan ku," rintih Stella dalam hatinya dengan penuh harapan.
--------------------------------------⁶ "Perasaan yang aneh, ya sudah lah dia juga baik-baik saja," abai Farhan pada pikirannya. Setelah meninggalkan rumah Stella Farhan juga segera pulang kerumahnya. Sore telah beganti malam, di atas atap rumanya sambil memadangi langit malam yang gelap di temani sebotol minuman Farhan terbesit memikirkan Stela. Drrrr drrrr drrr Getar ponselnya membuyarkan lamunannya, dengan berat dia pun mengangkatnya. "Terimakasih," ucap seorang wanita di telpon. Terimakasih? Farhan sedikit bingung tiba-tiba saja seorang berterimakasih padanya tanpa intro terlebih dahulu. "Apa yang kamu bicarakan, terimakasih? Ini aneh," tutur Farhan yang mengira jika dia sudah salah dengar kerena kebanyakan minum. "Farhan ini aku Stella, terimakasih telah mengantarkan ku pulang." "Hahahaha astaga, kamu benar-benar gadis yang berat, Stela." Jelas saja Stela tidak menyadari jika dia digendong oleh Farhan sampai ke kamarnya. "Hihihi maafkan aku, oya berhenti lah minum itu akan memperpendek nyawamu, hah aku mau mandi dulu," ucap Stella yang langsung menutup telponnya. Farhan terseyum menggeleng. Hati nya begitu senang seolah-olah anugrah baru saja di turunkan kepadanya. Malam itu Farhan menghabiskan waktu di atas atap rumahnya di temani wajah Stela yang tersyum di benaknya. Malam yang berlalu dengan seyum yang terukir dari seorang yang mungkin merasakan cinta. *** "Pak Farhan, mau pinjam buku Pak?" "Iya ini bukunya, oya Stella mana?" tanya Farhan, Bola matanya berkeliling tapi tetap tidak melihat Stella. "Dia tidak masuk Pak, demam flu katanya." "Oh gitu, terimaksih ya." Setelah meminjam buku di Perpustakaan Umum, Farhan pun menuju rumah Stella ia berniat menjenguk Stella, pikirnya ia merasa tidak enak karena mungkin Stella demam karena kemarin ia sudah minum yang seharusnya tidak ia minum. "Jeruk, kek nya boleh deh," gumam farhan yang berdiri di sebuah Tokoh buah-buahan sambil berpikir buah apa yang di sukai oleh Stella. "Paman jeruk nya dua kilo ya," pinta Farhan. "Oke siap" Sampai di Rumah Stella, Farhan melihat Stella yang sedang berdoa di kamarnya, dia pun memilih untuk menunggu hingga Stella selesai berdoa. Stella yang merasakan kehadiran seseorang pun menoleh ke arah pintu, begitu senangnya dia saat melihat Farhan yang datang kerumahnya. "Farhan ...," sapa Stela terseyum menghampiri Farhan dengan senang, karena hanya Farhan yang saat ini temannya atau mungkin memang Farhan yang ia butuhkan, ia juga belum bisa menjawab pertanyaan di benaknya. "Sudah selesai?" "Hmp, iya." "Lalu apa yang kamu minta?" "Hehehe Aku berdoa kepada Dewa agar dia bisa membuatmu berhenti dari minum beralkohol." Farhan terseyum menyembunyikan tawanya, jelas itu kebohongan yang terang-terangan. "Ehmz, Kamu itu tidak pandai berbohong ya sudah cicipi jeruknya." Dia masih mau berbohong padahal pipinya masih basah oleh air mata. Mereka berduapun duduk di ranjang sambil menikmati buah jeruk yang Farhan bawakan. "Oya apa kamu sudah baik-baik saja, soalnya tadi aku ke Perpustakaan Rina bilang kamu sedang demam flu?" "Hmp iya, tapi cuma demam flu biasa setelah tadi minum obat Aku sudah merasa baikan kok." "Bagus kalau begitu, kebetulan Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat." "Ah! Oke, kalau begitu aku siap-siap dulu. Kamu tunggu di bawah ya." Farhan sedikit heran melihat Stela yang begitu senang di ajak olehnya, tanpa bertanya kemana? Apa dia begitu percaya jika Farhan tidak akan berbuat jahat padanya. "Oke." Farhan menunggunya di ruang bawah. Beberapa saat kemudian Stella turun dari kamarnya, apa ini yang dia maksud bersiap, Farhan menyibukan seyum nya. Stella hanya mengepang rambutnya saja. "Ya sudah ayo pergi." Farhan pun mengajak Stella kesebuah bangunan bemerekan Beauty Bar. "Apa yang akan kita lakukan di sini, Han? Apa ini tempat yang baik?" tanya Stella yang melihat tulis Bar. Ia mengira itu tempat orang-orang untuk nge-play. "Iya, Kamu tenang saja," jawab Farhan yang terlihat biasa saja. Stella mengikuti Farhan masuk ke dalam. "Assalamu'alaikum, Salim." Ferhan memberi salam kepada pemilik yang bernama Salim. "Wa'alaikumussalam, Oh ... Farhan. Wah-wah-wah silahkan, silahkan duduk." Salim menyabut mereka berdua dengan rama. "Apa yang membuat mu datang padaku?" lanjut Salim bersama. "Salim tolong berikan yang terbaik untuknya," pinta Farhan. Seketika Stella menelan ludahnya, berikan yang terbaik apa maksudnya, apa Farhan ingin menjualnya atau lebih dari sekedar itu. Pertanyaan itu telintas di benak Stella. Stella menggenggam erat ujung bajunya, ia berusaha untuk tetap tenang. Ia percaya Farhan tidak akan berniat buruk padanya. "Oh ... Begitu, hei Nak apa kamu pacarnya?" tanya Salim pada Stella. "Ah! Ti-tidak Pak, saya cuma temannya," jawab Stela segan-segan. "Seorang mualaf?" "Bukan pak, saya Hindu." "Ah ... Begitu, ya sudah. Karmila ... Sarina ...." Salim memanggil kedua anak buahnya. "Tolong berikan yang terbaik untuknya, ingat jangan bikin saya malu didepan saudaraku" lanjut Salim memberi printah. Sungguh hal yang membuat Stella bingung sebenarnya apa yang mereka bicarakan, apa yang ingin mereka berikan? Stella benar-benar tidak mengerti.WAKTUNYA BERUBAH.-----------------------------------------⁷"Baik tuan tenang saja, Kami akan membuatnya berkilau, ayo?" Karmila mengulurkan tangannya dengan elegan.Stella masih tidak mengerti, dia terlihat ragu untuk menyambut tangan Karmila. "Pergilah, mereka akan membuatmu menjadi wanita terbaik, percayalah." Farhan terseyum sembari memegang pundak Stella.Walau tidak mengerti Stella menggangguk, ia percaya Farhan tidak mungkin melakukan hal yang buruk kepadanya. Walau sedikit ragu Stella pun mengikuti mereka berdua ke subuah ruangan, Stella duduk mengadap cermin yang besar. "Ck" Stella terseyum melihat penampilannya yang begitu kuno di cermin, bahkan dia sendri menyepelekan dirinya apa lagi orang lain.Beberapa saat dia menilai dirinya, hingga Karmila dan Sarina datang dengan koper yang besar."Nona silahkan tutup mata," pinta Karmila."Tutup mata?""Iya Nona"Awalnya Stela merasa takut untuk menutup matanya, dipikirnya mereka berdua akan melakukan hal yang buruk padanya, tapi
"Wanita tidak tau malu makanya ngaca, kamu itu kolot, kuno dasar! Bikin kesal aja," cela seorang Pria kepada wanita lugu yang bahkan ia tidak mengenalnya.Hinaan itu membekas cukup dalam di hati wanita itu, bahkan membuatnya trauma.--------------------------------------------⁸"Han?""Farhan?" Stella melambai-lambaikan tangan di wajah Farhan."Ah! Hm, iya sama-sama." Farhan tersadar dari lamunannya, dibenaknya dia juga masih tidak mengerti perasaan apa yang baru saja ia rasakan."Salim ... Aku mau satu lagi pakaian seperti ini," pinta Farhan pada Salim, dia bermaksud mengambil satu lagi untuk Stela kerena Stela sangat cocok memakainya."Oke siap, Han.""Tapi?""Apa ada lagi,Han?" tanya Salim terhenti."Beri lengan yang panjang, karena kalau begini dia terlihat terlalu terbuka."Farhan merasa Stella begitu seksi saat memakai lengan kensi, Karena itu ia meminta lengan yang panjang."Oke baiklah, apa yang itu juga mau di ganti?" tanya Salim."Yang ini tidak perlu, aku lihat dia sangat s
----------------------------------------------⁹Stela kembali menghadap Farhan, dia sama sekali tidak inging melakukannya."Oiya Han? Kamu bilang penampilanku saat ini begitu cantik, Aku rasa Ayah dan Ibuku pasti akan senang melihat penampilanku yang sekarang, tapi ...." Stella menunduk tidak meneruskan perkataannya karena percuma saja dia terlalu takut untuk kembali."Hum ... Ide yang bagus, kalau begitu ayo?" Farhan menggenggam tangan Stella, lalu lanjut berjalan."Eh ... Han? Ide apa yang kamu maksud?" Stella terinjit bingung karena tiba-tiba saja Farhan menggenggam tangannya, menarik mengajaknya berjalan."Memperlihatkan penampilanmu kepada Ayah dan Ibumu.""Tapi Han? Aku takut jika ayahku ...." "Sssttt," potong Farhan."Tidak usah takut, kamu tidak melakukan kesalahan apapun Kamu tenang saja Aku ada bersamamu."Stella terseyum, perkataan Farhan menghilangkan sedikit rasa takut dihatinya, ia juga senang karena Farhan mendukungnya.Mereka pun pergi menggunkan taksi, di depan Rumah
"Oh... Jadi selama ini Stella bersama kamu, Farhan lihat saja aku akan mengirim mu kembali ke penjara. Hum" dengus Kang Mamat menyeringai licik.-----------------------------------------¹⁰"Kamu kenapa, Han!" sontak Stella berbalik dan langsung memeriksa Farhan."Hehehe Aku tidak apa-apa Stella, sepertinya kakiku kesemutan""Hah... Ya ampun aku kira kamu kenapa, bikin cemas aja, ya sudah ayo aku bantu."Stela membatu Farhan, ia memapah Farhan hingga beberapa langkah agar kesemutan Farhan menghilang."Sudah, rasanya sudah hilang." ucap Farhan"Yakin sudah hilang?""Iya"Stela melepaskan Farhan, tapi saat Farhan melangkah."Stela awas... " Pekik Farhan. Stela pun berbalik dan"Brukk... "Farhan mendarat memeluk Stela. Mata Stella termelanga tidak berkedip untuk beberapa saat melihat wajah Farhan yang hanya berjarak beberapa senti dari hindungnnya. Perasaan nya menjadi tidak karuan bahkan jatungnya melaju begitu cepat.Farhan cepat-cepat berdiri."Se-stela maaf ya aku tidak sengaja" ucap
"Kamu meninggalkanku dan Ibuku! Lima tahun aku di penjara tapi jangankan untuk membelaku, sekedar bertanya pun tidak" bengis Farhan menggertak germannya penuh amarah."Apa kamu membenciku Farhan?" "Ya, aku sangat membencimu- Ayah." tekan Farhan------------------------------------¹¹"Nak, dia di tuduh telah menculik seorang wanita bernama Stela Cristin." jawab Pak Kanit Zam."Apa!" sontak Stella kaget, karena Stella Cristin adalah dia."Pak, Stela Cristin adalah saya, tunggu sebentar" Stella mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya."Pak ini kartu tanda penduduk saya, Saya Stella Cristin dan Farhan tidak menculik saya" sambung Stella.Pak Kanit Zam mencocokan Kartu Tanda Penduduk Stella dengan laporan yang dia terima dari pelapor."Pak, jika bapak ingin menangkap seseorang seharusnya bapak menangkap saya bukan Farhan, karena saya yang telah menculik Farhan." tutur Stella tanpa berpikir, dia sangat takut Farhan akan di penjara karenanya.Pak Kanit Zam tertawa kecil mendengar perkataan S
-----------------------------------¹²"Perpustakaan, ya mungkin dia di sana" gumam Farhan, terlintas di pikirannya mungkin Stela sedang berada di perpustakaan tempat dia berkerja.Dia bergegas berlari menuju perpustakaan, dia masuk dengan terburu-buru berharap Stela ada di dalam."Sebentar Pak" hadang seorang scurity."Pak, Maaf kita sudah tutup" lanjut Scurity itu."Apa Bapak sudah mengecek tidak ada lagi orang di sini?" tanya Farhan yang masih ngos-ngosan."Iya, Pak.""Hah... Baik lah"Farhan pergi meninggalkan Perpustakaan, ia sudah tidak tau lagi harus mencari Stella kemana. Dia berjalan tanpa arah dan tujuan di pikirannya hanya ada Stella. Ia khawatir terjadi sesuatu kepadanya.Sudah cukup jauh ia berjalan, dia terus menyalahkan dirinya karena sudah berbuat kasar kepada Stella yang mungkin Stella tidak akan memaafkannya."Hah, Hahaha- hahahaha, Farhan-Farhan lagi-lagi seperti ini" gerutu Farhan yang tidak karuan.Dia mengahadap sebatang pohon di pinggir Jalan, sambil terseyum, "
-----------------------------------¹³Mereka berdua pun sangat kaget saat melihat Farhan yang saat ini berada di hadapan Poto putrinya sambil melumat-lumat kalung bunga yang ia kalungan di poto puntrinya itu.Dengan marah Heryo langsung saja menghampiri Farhan, "Plak!" dia menapar Farhan dengan keras."Kamu!" tunjuk Heryo beringasan, "Apa belum cukup kamu menghancurkan hidup putriku! Apa kamu tidak bisa membiarkan dia beristirahat dengan tenang!" Sergak Heryo, matanya molotot merah sangking marahnya."Ck, Paman aku peringatkan! jangan pernah lagi kamu kalungkan bunga di potonya, jika tidak aku akan datang lagi untuk menerima tamparan darimu" tekan Farhan, wajahnya tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun."Kurang ajar!" Heryo menggangkat tangannya lagi untuk menampar."Tap" Farhan menangkan tangan Heryo."Satu kali aku rasa sudah cukup" begis Farhan menatap tajam, lalu menghempaskan tangan Heryo.Farhan berjalan menuju pintu keluar seperti orang gila. Heryo hanya terdiam terus melotot
-----------------------------------¹⁴Setelah beberapakali menelpon akhirnya Stela mengangkat telpon darinya."Farha!" suara Stella terdengar begitu riang."Iya, Stela dengar... ""Farhan aku sangat bahagia, kamu tau tidak apa yang sudah terjadi." potong Stella yang tidak memberikan kesempatan Farhan untuk bicara. Di benak Stela hanya ada Bram. Dia juga sudah melupakan janji makan siang bersama Farhan."Apa?" tanya Farhan yang penasaran, sebenarnya apa yang membuat Setela begitu senang."Tadi saat aku mengambil buku di rak paling atas, aku tidak sengaja menyenggol buku lainnya. Dan untung saja Bram melindungiku dari timpahan buku-buku itu, dan kamu tau tidak?" Jelas Stella terdengar bersemangat."Sebentar Stela, kamu baik-baik sajakan?""Hahaha iya Farhan aku merasa jauh lebih baik""Hah, syukurlah" Farhan lega mendengar Stela yang baik-baik saja."Lalu?" tanya Farhan."Lalu Bram mengajakku makan siang, Ah... Aku sangat bahagia, Han.""Apa itu Pria yang pernah mengajakmu ke Grand Hils
---------------------------------²²"Dasar bodoh." ucap Farhan sembari memeluk Stella dengan erat. Yang bahkan tanpa ia sadari air matanya juga menetes, kerinduan yang menyiksa akhirnya terlepasakan."Maafkan aku Stella, aku mengira kamu kembali kepada Bram." Sambung Farhan."Bukannya aku sudah mengirim mu pesan kamu juga melihat pesan itu, tapi kamu sama sekali tidak membalasnya, aku juga berusaha menelpon mu berkali-kali, Han, tapi ponsel mu sama sekali tidak aktif." beber Stella.Perlahan Farhan melepaskan pelukannya, sambil tersenyum ia mengahapus air mata Stella dengan lembut.Namun tiba-tiba wajah Stella memucat, penglihatannya mulai memudar. Bruk, ia pingsan di pelukan Farhan.Sontak Farhan membaringkan Stella di pangkuannya, matanya melebar. Ia begitu cemas saat melihat darah yang mengalir melalui rongga hidung Stella."Stella..., Stella..." Panggil Farhan yang panik. sehingga membuatnya tidak tau harus berbuat apa, Ia melihat ada name tag di leher Stella."Astaghfirullahall
"Han, berjanjilah untuk hidup dengan baik. Aku akan selalu menunggumu"-----------------------------------²¹"Pak Farhan mau pinjam buku?""Tidak Rina, Oya apa Stella ada?" tanya Farhan, ia sudah memutuskan untuk menemui Stella. Walau hanya sekedar untuk memberikan udangan dari Ibunya.Rina menggeleng, "Tidak Pak, Stella sudah mengundurkan diri." jawab Rina."Apa, mengdurkan diri?""Iya pak, dia bilang dia akan menikah dan akan tinggal di Singapura bersama suaminya.""Ya baik lah kalau begitu, terimakasih."Farhan keluar dari perpustakaan, setiap langkahnya menghilangkan harapannya untuk bertemu dengan Stella. Hatinya begitu sakit ia tidak menyangka Stella kembali kepada Bram. Bahkan ia menikah tanpa pemberitahuan.Ia terus bejalan, hingga tanpa sadar ia sudah tiba di depan Rumah yang pernah ia berikan agar Stella punya tempat tinggal.Farhan menghirup udara dalam-dalam, "Hah" hela Farhan sembari melangkah masuk.Matanya berkeliling, ia terseyum melihat semua banyangan Stella yang ter
----------------------------------²⁰Begitu menyedihkan, Sejenak ia berdiri melihat Stella yang meringkuk di dalam bak mandi.Stella perlahan mengangkat wajahnya, ia tampak pucat, bibirnya balu bergemetar karena kedinginan, "Maaf ya, Han." lirih Stella menunjukan senyum yang membuat Hati Farhan merasa teriris.Perlahan Farhan mendekat, ia menyingkap rambut Stella yang basah dengan lembut. Tanpa bicara Farhan merangkul Stella, ia menggendong Stella keluar dari dalam kamar mandi.Stella memeluk erat Farhan, matanya bebinar melihat wajah Farhan yang datar. Ia merasa sangat bersyukur karena Farhan selalu ada untuknya.Farhan pun membaringkan Stella di tempat tidur. Saat Farhan akan mengkat kepalanya, Stella menahannya.Stella meraih Farhan mendekat lalu mencium bibir Farhan dengan penuh perasaan, yang membuat perasaan Farhan bergejolak tidak menentu.Perlahan kedua mata yang menikmati cumbuan mesra itu terbuka, tatapan yang menginginkan satu sama lain terlihat jelas.Stella mulai pasrah,
Jika aku tidak bisa melewati semua kegilaan ini bagimana bisa aku menjalani kehidupan yang waras_Stella Cirstin_----------------------------------¹⁹Tap, sambut Farhan menangkap tangan Papanya Bram yang ingin menampar Stella.Mata Farhan menekuk tajam, wajahnya menunjukan ke bingasan, "Tidak seharusnya anda berbuat terlalu jauh" tekan Farhan sembari meremas dengan geram yang membuat Papanya Bram merasa sedikit takut."Lepas! " rontah Papa Bram ingin melepaskan tangannya. Namun sayang tidak berhasil karena cengkaraman Farhan terlalu kuat, ia juga mulai merasakan sakit di pergelangan tangannya.Farhan kembali menatapnya, ekspresi Farhan seperti ingin membunuhnya. " Dengar, aku sudah pernah membunuh dan aku tidak keberatan untuk melakukannya sekali lagi." intimidasi Farhan yang membuat Papanya Bram jadi merinding.Mulutnya terkatup rapat, di benaknya pria yang ada di hadapannya adalah pria yang berbahaya. Apa lagi ia melihat ekspresi Farhan saat mengatakan semua itu dengan serius."Ste
"Ya Dewa, apa aku harus mengungkapkan perasaanku padanya, tapi bagiaman jika itu dapa merusak hubungan kami. Bagimana jika Farhan tidak memiliki perasaan yang sama, astaga aku sangat bingung." gerutu Stella. Rasa takut cintanya tak terbalas itu sangat wajar apa lagi ia seorang wanita.-----------------------------------¹⁸"Tidak perlu kamu pikirkan, aggap saja itu sebagai hadia dari seorang kakak kepada adiknya." jawab Farhan.Bibir Stella mengatup rapat tanpa ekspresi, "seorang adik? Hah seharusnya aku menyadari itu." bisik hatinya.Ia menunjukan sedikit senyum, "Karena kamu bilang begitu, terimaksih ya, Han"Lagi-lagi hatinya mundur, karena Farhan sama sekali tidak menunjukan perasaan apapun kepadanya."Ya sudah kalau begitu sampai ketemu besok" sambung Farhan mengkah pergi.Semetara Stella masih berdiam diri, hatinya gundah gulana. Seakan ia tidak rela jika tidak mengungkap isi hatinya kepada Farhan, walau hanya sekedar memberitahu saja. Namun logikanya menolak."Oiya, satu lagi. S
"Han, Menurutmu pernikahan itu apa sih?""Pernikahan?""Iya pernikahan.""Emp...? Pernikahan...?" renung Farhan berdengung.-----------------------------------¹⁷"Astaga, ini benar-benar sebuah perjuangan." keluh Farhan yang kelelahan, ia menunduk sambil memegang kedua lututnya yang bergetar."Hahahaha sudah ku bilang jangan kebanyak minum" ejek Stella dengan manis."Pergilah masuk, Aku akan menunggumu di sini."Emp, Iya" Di hadapan Dewa Stella mulai berdo'a, dia jauh-jauh datang hanya berharap satuhal. " Tolong berikan segala kebaikan untuk Farhan, ya Dewa meski aku tidak bisa bersamanya, tapi mohon beri balasan yang layak untuk segala kebaikannya kepadaku, jujur aku sangat mencintainya." Dari lubuk hatinya yang paling dalam semua ia curahkan kepada Sang Dewa.Meski dari awal dia menyukai Bram dan menurutnya Bram orang terbaik untuknya, tetapi tetap saja setelah bertemu dengan Farhan dan semua yang telah Farhan lakukan membuat Stella tidak bisa menyangkal jika di hatinya hanya ada F
"Ya Robbi, aku berjanji mulai sekarang akan berubah menjadi hamba-Mu yang semestinya." tutur Farhan mengadukan semua keluh kesah yang bersarang di hatinya.------------------------------------¹⁶"Allhamdulillah, Akhirnya ke inginanmu akan terpenuhi Stella" Farhan memenggang pundak Stella, "Stella aku turut bahagia mendengarnya" sambung Farhan terseyum.Stella mentap wajah Farhan yang begitu terlihat senang, "Apa benar kamu tidak memiliki sedikit perasaan kepadaku, Han. astaga Stella apa yang kamu pikirkan, selama ini Farhan hanya mengasihanimu jadi sebaiknya jangan berharap lebih kepadanya." gumam Stella dalam hati."Stela ada apa, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Farhan yang melihat Stella malah bengong melihatnya."Hehehe tidak Han, oya Han terimakasih ya. Han setelah aku menikah mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi, karena setelah menikah Bram dan aku akan menetap di Singapura."Farhan terseyum hangat, "Dimana pun kamu berada aku hanya berharap kamu bisa hid
-------------------------------------¹⁵"Hahaha Bram sudah hentikan, Kamu terlihat sangat lucu jika begitu." ungkap Stella yang sudah tidak tahan menahan tawanya melihat Bram yang begitu kaku.Bram memperlihatkan sedikit senyum, "Hehehe Maaf, tapi entah mengapa aku jadi sangat grogi Stella." "Hah, terimakasih ya Bram berkat kamu aku bisa merasakan bagaimana rasanya di perlakukan dengan baik." bisik Stella dalam hatinya.Mengingat kehidupan yang biasa-biasa saja yang ia jalani selama ini, untuk pertama kalinya Stella merasa di sepesialkan oleh seseorang. Yang bahkan sebelumnya jangankan untuk di perhatikan, malah mereka akan selalu menghindarinya.Hinggah mereka pun sampai di Perpustakaan."Terimakasih ya Bram, hari ini aku sangat bahagia.""Hehehe iya, aku juga sangat senang bersamamu, emp kalau begitu aku pergi dulu ya. Oiya Stella setidaknya berikan nomor telponmu kepadaku." pinta BramNomor telepon, apa Bram benar-benar menyukaiku sampai-sampai dia meminta nomor telponku, Stella m
-----------------------------------¹⁴Setelah beberapakali menelpon akhirnya Stela mengangkat telpon darinya."Farha!" suara Stella terdengar begitu riang."Iya, Stela dengar... ""Farhan aku sangat bahagia, kamu tau tidak apa yang sudah terjadi." potong Stella yang tidak memberikan kesempatan Farhan untuk bicara. Di benak Stela hanya ada Bram. Dia juga sudah melupakan janji makan siang bersama Farhan."Apa?" tanya Farhan yang penasaran, sebenarnya apa yang membuat Setela begitu senang."Tadi saat aku mengambil buku di rak paling atas, aku tidak sengaja menyenggol buku lainnya. Dan untung saja Bram melindungiku dari timpahan buku-buku itu, dan kamu tau tidak?" Jelas Stella terdengar bersemangat."Sebentar Stela, kamu baik-baik sajakan?""Hahaha iya Farhan aku merasa jauh lebih baik""Hah, syukurlah" Farhan lega mendengar Stela yang baik-baik saja."Lalu?" tanya Farhan."Lalu Bram mengajakku makan siang, Ah... Aku sangat bahagia, Han.""Apa itu Pria yang pernah mengajakmu ke Grand Hils