"Wayan tunggu lah satu Minggu lagi," pinta Sari di telpon, wajahnya terlihat gelisah dan juga takut.
"Ok, tapi maaf saja aku tidak bisa menunggu lebih dari itu," tegas Wayan. **** "Oh ... Jadi Ayah marah padanya bagus, aku akan memanfaatkan ke sempatan ini, Aku tidak ingin Wayan menjadi milik orang lain, apa lagi menjadi perawan tua. Ck," desis Sari menyirangai ia diam-diam mendengar percakapan Ayah dan Ibunya yang sedang bertengkar karena Stella. ------------------------------------² Stella pergi meninggalkan Rumah Farhan, ia berjalan tanpa ada arah bahkan tujuan, dia sangat ingin pulang. Namun percuma saja dia sangat paham dengan kepribadian Ayahnya. Peraturan, Adat dan kehormatan di atas segalanya. Semalaman wanita terbuang itu duduk di Halte bus hingga fajar, bahkan dia tidak tidur. "Hah ...." Stella menghela nafas panjang, ia sudah berpikir semalaman, tetapi tidak menemukan cara agar Ayahnya bisa memaafkannya. Farhan yang merasa kasihan kepada Stella hanya bisa memantaunya dari kejauhan, ia khawatir wanita itu akan melakukan hal yang tidak-tidak. Melihat Stella yang sedang masuki bus, Farhan pun juga bergegas masuk ke bus yang sama,hatinya begitu iba saat melihat Stella yang sedang begong memandang keluar jendela, bahkan airmata Stella mengalir dengan sendirinya tapa ekspresi apapun. Farhan menghela nafas lalu duduk berseberang dengan Stela, sedangkan Stela dia seperti seorang yang kehilangan jiwanya, dia memang duduk di dalam bus, tetapi jiwanya entah ada di mana. Drrrr drrrr drrrr. Getar ponsel membangunkan Stela dari lamunan. "Sari!" ucapnya besemangat. Dia sangat gembira karena adiknya menelpon, sambil menghapus airmata dia cepat-cepat mengangkat telpon dari Sari. "Iya Sari, Hah! Kakak senang ... Sekali, kamu menelpon Kakak." "Kakak, Kakak di mana? Apa yang telah Kakak lakukan sehingga Ayah begitu marah?" tanya Sari di telapon, terdengar cemas. Stella menceritakan semua yang terjadi kepada Sari. "Sari, Kakak harus bagaimana sekarang? Kakak sangat ingin pulang kerumah," lirih Stella berharap Sari dapat membatunya. "Kak, sebaiknya Kakak tidak pulang karena saat ini semua orang sedang membicarakan Kakak, Ayah saja sampai tidak keluar rumah karena malu, Kakak pikir Ayah akan memaafkan Kakak." Stella menarik nafas dalam-dalam, "Lalu kakak harus bagaimana Sari?" "Mungkin jika Kakak menikah dengan sorang yang terpadang, walau ayah sangat membenci Kakak setidaknya ayah akan segan dengan suami Kakak, Aku rasa ayah akan menerima kakak kembali," usul Sari. Perkataan adiknya membuat Stella menyeringai, ia tidak kecewa dengan usulan Adiknya tapi ia kecewa pada dirinya, "Tidak mungkin," kata batinnya. "Apa ayah tau kamu menelpon?" "Tidak, kalau ayah tau aku pasti di marahi" "Ya sudah kalau begitu jaga Ibu dan ayah, Selamat tinggal Sari, kamu tidak perlu menelpon kakak lagi" Stella menutup telpon. Ia menangis sejadi-jadinya, rasa malu keluarganya semua gara-gara dia, ia merasa sangat bersalah. Pikirnya lebih baik dia tidak pulang dari pada harus melihat wajah Ayahnya yang begitu kecewa padanya. Sementara Sari dia tersenyum sambil berjalan menuju dapur seperti, itulah yang ia inginkan. "Menikah dengan orang yang terpandang, bagaimana mungkin. Hum," degus Sari menyeringai licik. ia mencupkan tangan nya ke dalam gelas berisi air, lalu membasahi pipinya sedikit, sambil merengek ia menemui ibunya. "Ibu ...." panggilnya lirih. "Sari bagaimana? Apa Stella akan pulang," tanya Ibunya terlihat sangat khawatir. Sari menggeleng cemberut, "Tidak Ibu, Kakak tidak ingin pulang." "Apa!" mata ibunya sontak melebar, "Tapi kenapa, apa kamu sudah membujuknya?" "Sudah Ibu, tapi dia masih tidak ingin pulang dia takut pada Ayah, begitu katanya." "Ya Dewa, ya sudah jangan sampai Ayahmu tau kalau Stella tidak ingin pulang." "Ehmz," dehem seorang dari balik pintu. Sari dan Ibunya tersentak kaget saat melihat itu adalah Suaminya. "Marni aku tau kamu tidak akan mendengarkanku, sekarang kamu sudah mendengarnya sendiri, bagus jika dia tidak ingin pulang lagian aku juga memanggil pandita untuk memperingati hari kematiannya dan kamu Sari, telpon Rio suruh dia datang bersama keluarganya Kita akan menetapkan tanggal pernikahan kalian." "Tapi Haryo ...." "Diam!" sentak Haryo yang membuat Marni terdiam lalu menunduk, tubuh nya bergemetar melihat sorot mata suaminya begitu marah. "Cukup, aku tidak ingin membahas ini lagi," tekan Heryo. Haryo terlihat sangat kecewa mendengar putrinya tidak ingin pulang, ia merasa harga dirinya telah di injak oleh Anaknya sediri. "Maaf Kak, tapi hanya ini yang bisa aku lakukan jika kamu kembali entah berapa lama lagi aku harus menunggu agar aku bisa menikah dengan orang yang sangat aku cintai," gumam Sari dalam hati menunjuk sedikit senyum di wajahnya, Semua berjalan sesuai dengan rencananya. Saat Stela akan turun dari bus dia melihat Farhan, tetapi dia seperti tidak mengenal Farhan, pikirannya terlalu kacau sehingga dia tidak menghiraukan apapun. Disela-sela kesibukannya, saat mengingat tamparan dan perkataan ayahnya dia mulai menangis. Gadis kuno yang tidak memiliki teman di tempat kerjanya hanya bisa memendam semua kesedihannya sendiri. Sambil berkerja dia juga menghubungi berbagi calo perumahan, namun dia tidak menemukan yang sesuai dengan budgetnya. "Hei ... Buku apa yang cocok untuk seorang yang baru saja keluar dari penjara?" tanya seseorang padanya. Sambil menghapus air mata dia tersenyum mengangkat kepalanya. "Farhan?" "Iya, tolong katakan buku apa yang cocok?" "Sebentar aku akan mencarikan untukmu." Tidak sampai lima menit Stela kembali. "Hahaha buku yang bagus, Aku rasa kamu sudah menyiakan buku ini sebelumnya." Farhan tertawa melihat judul buku yang diberikan oleh Stela. Buku yang berjudulkan cara berhenti dari minuman beralkohol. "Bukannya itu lebih cocok," tutur Stella sembari tersenyum. Ia memang terseyum dengan ceria, tetapi Farhan tau senyuman itu sebuah senyuman yang palsu. "Ya, Aku rasa begitu? Terimakasih." Farhan pergi begitu saja. Stella hanya bisa menggeleng melihat Farhan yang kemana-kemana membawa sebotol minuman keras. Hingga berjalannya pun sudah tidak seprti orang biasanya, bicara juga secukupnya dan terdegar berat."Ada apa dengannya?" gumam Farhan terhenti saat melihat Stella yang duduk sendirian di luar Perpustakaan, apa lagi ia terlihat begitu gelisa."Astaga ada apa denganku, mengapa rasanya begitu tidak tega melihatnya," rutuk Farhan yang pikirannya tidak ingin memperdulikan Stella, tetapi hatinya tidak membiarkan itu.Farhan menghelah nafas panjang, ia berjalan medekati Stella dan tidak sengaja Farhan mendengar rutukan Stella yang mengatakan ia belum menemukan tempat tinggal dan itu yang membuatnya terlihat begitu gelisa.Farhan menggeleng, " tidak Farhan, dia tidak mungkin menerima bantuanmu, ingat kamu sudah menyebabkan masalah baginya." Farhan berpikir Stella tidak akan menerima bantuan darinya.------------------------------------³Saat istirahat makan siang Stela berusaha lagi untuk mencari tempat tinggal, tapi tetap saja tidak ada yang sesuai. "Hah! Kemana lagi aku harus mencari?" ia mulai pasrah dan mungkin dia akan tinggal di Jalan pikirnya.Tiba-tiba seorang muncul di hadapannya,
-------------------------------------------⁴"Mungkin ada satu cara," lanjut Stella tiba-tiba yang membuat Farhan terhenti. "Kalau begitu kamu bisa mencobanya, Stella.""Hah ... tidak mungkin, Han." Lanjut Stella sambil berjalan. "Apa kamu menyerah?""Tidak, Han. Tapi itu sangat sulit untuk terjadi.""Hei dengar." Farhan menghentikan Stella lalu memegang kedua pundaknya."Tidak ada yang tidak mungkin, sekarang katakan bagimana caranya?" desak FarhanStella menghelah nafas, dia sangat tidak ingin mengatanya tetapi melihat Farhan yang begitu ingin tau tidak ada alasan baginya untuk tetap diam. "Jika aku menikah dengan orang yang terpelajar dan juga terpadang," ungkap Stella, ia melepas kedua tangan Farhan dari pundaknya lalu lanjut berjalan. Farhan masih berdiri dan terdiam di tempat."Bub .... ""Bub ... Hahahahaha."Seketika Farhan tertawa, Stela yang mendengar Farhan tertawa terhenti lalu menoleh dengan heran. Mata Stella menyipit, di benaknya apanya yang lucu padahal dia sudah
-------------------------------------------⁵"Kamu kenapa?" tanya Farhan."Maaf, Han. Tapi aku malu jika orang lain melihat kita yang berpegangan tangan," imbuh Stella malu-malu genit."Astagfirullah," sontak Farhan terperijit melepaskan tangan Stella. Apa dia benar-benar tidak merasa jika dia menggenggam tangan seorang wanita? Stella tertawa melihat Farhan yang terlihat begitu grogi setelah melepaskan tangannya."Hehehe maaf Stella, aku baru menyadarinya," lanjut Farhan merasa tidak enak."Hum ... Iya tidak apa, oiya mengapa kamu membawaku kesini?""Untuk membeli beberapa keperluan di rumah barumu.""Tapi, Han?""Ssttt, bukannya kita sudah menjadi teman sekarang."Teman? Selama ini Stella sudah berusaha untuk mendapatkan seorang teman, tetapi tetap saja semua menjauh darinya, Jelas dia terharu mendengar perkataan Farhan."Hiks ... Terimakasih," rengek Stella.Farhan tersyum hangat, dia menyadari itu bukan air mata kesedihan melaikan itu air mata yang keluar karena dia merasa senang.
"Ya Dewa, aku rela menyerahkan apa saja bahkan nyawa sekalipun. Namun tolong buat lah Ayah dan Ibuku hidup dengan bahagia dan jika bisa buat lah mereka untuk bisa memaafkan ku," rintih Stella dalam hatinya dengan penuh harapan.--------------------------------------⁶"Perasaan yang aneh, ya sudah lah dia juga baik-baik saja," abai Farhan pada pikirannya.Setelah meninggalkan rumah Stella Farhan juga segera pulang kerumahnya.Sore telah beganti malam, di atas atap rumanya sambil memadangi langit malam yang gelap di temani sebotol minuman Farhan terbesit memikirkan Stela.Drrrr drrrr drrrGetar ponselnya membuyarkan lamunannya, dengan berat dia pun mengangkatnya."Terimakasih," ucap seorang wanita di telpon. Terimakasih? Farhan sedikit bingung tiba-tiba saja seorang berterimakasih padanya tanpa intro terlebih dahulu."Apa yang kamu bicarakan, terimakasih? Ini aneh," tutur Farhan yang mengira jika dia sudah salah dengar kerena kebanyakan minum."Farhan ini aku Stella, terimakasih telah
WAKTUNYA BERUBAH.-----------------------------------------⁷"Baik tuan tenang saja, Kami akan membuatnya berkilau, ayo?" Karmila mengulurkan tangannya dengan elegan.Stella masih tidak mengerti, dia terlihat ragu untuk menyambut tangan Karmila. "Pergilah, mereka akan membuatmu menjadi wanita terbaik, percayalah." Farhan terseyum sembari memegang pundak Stella.Walau tidak mengerti Stella menggangguk, ia percaya Farhan tidak mungkin melakukan hal yang buruk kepadanya. Walau sedikit ragu Stella pun mengikuti mereka berdua ke subuah ruangan, Stella duduk mengadap cermin yang besar. "Ck" Stella terseyum melihat penampilannya yang begitu kuno di cermin, bahkan dia sendri menyepelekan dirinya apa lagi orang lain.Beberapa saat dia menilai dirinya, hingga Karmila dan Sarina datang dengan koper yang besar."Nona silahkan tutup mata," pinta Karmila."Tutup mata?""Iya Nona"Awalnya Stela merasa takut untuk menutup matanya, dipikirnya mereka berdua akan melakukan hal yang buruk padanya, tapi
"Wanita tidak tau malu makanya ngaca, kamu itu kolot, kuno dasar! Bikin kesal aja," cela seorang Pria kepada wanita lugu yang bahkan ia tidak mengenalnya.Hinaan itu membekas cukup dalam di hati wanita itu, bahkan membuatnya trauma.--------------------------------------------⁸"Han?""Farhan?" Stella melambai-lambaikan tangan di wajah Farhan."Ah! Hm, iya sama-sama." Farhan tersadar dari lamunannya, dibenaknya dia juga masih tidak mengerti perasaan apa yang baru saja ia rasakan."Salim ... Aku mau satu lagi pakaian seperti ini," pinta Farhan pada Salim, dia bermaksud mengambil satu lagi untuk Stela kerena Stela sangat cocok memakainya."Oke siap, Han.""Tapi?""Apa ada lagi,Han?" tanya Salim terhenti."Beri lengan yang panjang, karena kalau begini dia terlihat terlalu terbuka."Farhan merasa Stella begitu seksi saat memakai lengan kensi, Karena itu ia meminta lengan yang panjang."Oke baiklah, apa yang itu juga mau di ganti?" tanya Salim."Yang ini tidak perlu, aku lihat dia sangat s
----------------------------------------------⁹Stela kembali menghadap Farhan, dia sama sekali tidak inging melakukannya."Oiya Han? Kamu bilang penampilanku saat ini begitu cantik, Aku rasa Ayah dan Ibuku pasti akan senang melihat penampilanku yang sekarang, tapi ...." Stella menunduk tidak meneruskan perkataannya karena percuma saja dia terlalu takut untuk kembali."Hum ... Ide yang bagus, kalau begitu ayo?" Farhan menggenggam tangan Stella, lalu lanjut berjalan."Eh ... Han? Ide apa yang kamu maksud?" Stella terinjit bingung karena tiba-tiba saja Farhan menggenggam tangannya, menarik mengajaknya berjalan."Memperlihatkan penampilanmu kepada Ayah dan Ibumu.""Tapi Han? Aku takut jika ayahku ...." "Sssttt," potong Farhan."Tidak usah takut, kamu tidak melakukan kesalahan apapun Kamu tenang saja Aku ada bersamamu."Stella terseyum, perkataan Farhan menghilangkan sedikit rasa takut dihatinya, ia juga senang karena Farhan mendukungnya.Mereka pun pergi menggunkan taksi, di depan Rumah
"Oh... Jadi selama ini Stella bersama kamu, Farhan lihat saja aku akan mengirim mu kembali ke penjara. Hum" dengus Kang Mamat menyeringai licik.-----------------------------------------¹⁰"Kamu kenapa, Han!" sontak Stella berbalik dan langsung memeriksa Farhan."Hehehe Aku tidak apa-apa Stella, sepertinya kakiku kesemutan""Hah... Ya ampun aku kira kamu kenapa, bikin cemas aja, ya sudah ayo aku bantu."Stela membatu Farhan, ia memapah Farhan hingga beberapa langkah agar kesemutan Farhan menghilang."Sudah, rasanya sudah hilang." ucap Farhan"Yakin sudah hilang?""Iya"Stela melepaskan Farhan, tapi saat Farhan melangkah."Stela awas... " Pekik Farhan. Stela pun berbalik dan"Brukk... "Farhan mendarat memeluk Stela. Mata Stella termelanga tidak berkedip untuk beberapa saat melihat wajah Farhan yang hanya berjarak beberapa senti dari hindungnnya. Perasaan nya menjadi tidak karuan bahkan jatungnya melaju begitu cepat.Farhan cepat-cepat berdiri."Se-stela maaf ya aku tidak sengaja" ucap
---------------------------------²²"Dasar bodoh." ucap Farhan sembari memeluk Stella dengan erat. Yang bahkan tanpa ia sadari air matanya juga menetes, kerinduan yang menyiksa akhirnya terlepasakan."Maafkan aku Stella, aku mengira kamu kembali kepada Bram." Sambung Farhan."Bukannya aku sudah mengirim mu pesan kamu juga melihat pesan itu, tapi kamu sama sekali tidak membalasnya, aku juga berusaha menelpon mu berkali-kali, Han, tapi ponsel mu sama sekali tidak aktif." beber Stella.Perlahan Farhan melepaskan pelukannya, sambil tersenyum ia mengahapus air mata Stella dengan lembut.Namun tiba-tiba wajah Stella memucat, penglihatannya mulai memudar. Bruk, ia pingsan di pelukan Farhan.Sontak Farhan membaringkan Stella di pangkuannya, matanya melebar. Ia begitu cemas saat melihat darah yang mengalir melalui rongga hidung Stella."Stella..., Stella..." Panggil Farhan yang panik. sehingga membuatnya tidak tau harus berbuat apa, Ia melihat ada name tag di leher Stella."Astaghfirullahall
"Han, berjanjilah untuk hidup dengan baik. Aku akan selalu menunggumu"-----------------------------------²¹"Pak Farhan mau pinjam buku?""Tidak Rina, Oya apa Stella ada?" tanya Farhan, ia sudah memutuskan untuk menemui Stella. Walau hanya sekedar untuk memberikan udangan dari Ibunya.Rina menggeleng, "Tidak Pak, Stella sudah mengundurkan diri." jawab Rina."Apa, mengdurkan diri?""Iya pak, dia bilang dia akan menikah dan akan tinggal di Singapura bersama suaminya.""Ya baik lah kalau begitu, terimakasih."Farhan keluar dari perpustakaan, setiap langkahnya menghilangkan harapannya untuk bertemu dengan Stella. Hatinya begitu sakit ia tidak menyangka Stella kembali kepada Bram. Bahkan ia menikah tanpa pemberitahuan.Ia terus bejalan, hingga tanpa sadar ia sudah tiba di depan Rumah yang pernah ia berikan agar Stella punya tempat tinggal.Farhan menghirup udara dalam-dalam, "Hah" hela Farhan sembari melangkah masuk.Matanya berkeliling, ia terseyum melihat semua banyangan Stella yang ter
----------------------------------²⁰Begitu menyedihkan, Sejenak ia berdiri melihat Stella yang meringkuk di dalam bak mandi.Stella perlahan mengangkat wajahnya, ia tampak pucat, bibirnya balu bergemetar karena kedinginan, "Maaf ya, Han." lirih Stella menunjukan senyum yang membuat Hati Farhan merasa teriris.Perlahan Farhan mendekat, ia menyingkap rambut Stella yang basah dengan lembut. Tanpa bicara Farhan merangkul Stella, ia menggendong Stella keluar dari dalam kamar mandi.Stella memeluk erat Farhan, matanya bebinar melihat wajah Farhan yang datar. Ia merasa sangat bersyukur karena Farhan selalu ada untuknya.Farhan pun membaringkan Stella di tempat tidur. Saat Farhan akan mengkat kepalanya, Stella menahannya.Stella meraih Farhan mendekat lalu mencium bibir Farhan dengan penuh perasaan, yang membuat perasaan Farhan bergejolak tidak menentu.Perlahan kedua mata yang menikmati cumbuan mesra itu terbuka, tatapan yang menginginkan satu sama lain terlihat jelas.Stella mulai pasrah,
Jika aku tidak bisa melewati semua kegilaan ini bagimana bisa aku menjalani kehidupan yang waras_Stella Cirstin_----------------------------------¹⁹Tap, sambut Farhan menangkap tangan Papanya Bram yang ingin menampar Stella.Mata Farhan menekuk tajam, wajahnya menunjukan ke bingasan, "Tidak seharusnya anda berbuat terlalu jauh" tekan Farhan sembari meremas dengan geram yang membuat Papanya Bram merasa sedikit takut."Lepas! " rontah Papa Bram ingin melepaskan tangannya. Namun sayang tidak berhasil karena cengkaraman Farhan terlalu kuat, ia juga mulai merasakan sakit di pergelangan tangannya.Farhan kembali menatapnya, ekspresi Farhan seperti ingin membunuhnya. " Dengar, aku sudah pernah membunuh dan aku tidak keberatan untuk melakukannya sekali lagi." intimidasi Farhan yang membuat Papanya Bram jadi merinding.Mulutnya terkatup rapat, di benaknya pria yang ada di hadapannya adalah pria yang berbahaya. Apa lagi ia melihat ekspresi Farhan saat mengatakan semua itu dengan serius."Ste
"Ya Dewa, apa aku harus mengungkapkan perasaanku padanya, tapi bagiaman jika itu dapa merusak hubungan kami. Bagimana jika Farhan tidak memiliki perasaan yang sama, astaga aku sangat bingung." gerutu Stella. Rasa takut cintanya tak terbalas itu sangat wajar apa lagi ia seorang wanita.-----------------------------------¹⁸"Tidak perlu kamu pikirkan, aggap saja itu sebagai hadia dari seorang kakak kepada adiknya." jawab Farhan.Bibir Stella mengatup rapat tanpa ekspresi, "seorang adik? Hah seharusnya aku menyadari itu." bisik hatinya.Ia menunjukan sedikit senyum, "Karena kamu bilang begitu, terimaksih ya, Han"Lagi-lagi hatinya mundur, karena Farhan sama sekali tidak menunjukan perasaan apapun kepadanya."Ya sudah kalau begitu sampai ketemu besok" sambung Farhan mengkah pergi.Semetara Stella masih berdiam diri, hatinya gundah gulana. Seakan ia tidak rela jika tidak mengungkap isi hatinya kepada Farhan, walau hanya sekedar memberitahu saja. Namun logikanya menolak."Oiya, satu lagi. S
"Han, Menurutmu pernikahan itu apa sih?""Pernikahan?""Iya pernikahan.""Emp...? Pernikahan...?" renung Farhan berdengung.-----------------------------------¹⁷"Astaga, ini benar-benar sebuah perjuangan." keluh Farhan yang kelelahan, ia menunduk sambil memegang kedua lututnya yang bergetar."Hahahaha sudah ku bilang jangan kebanyak minum" ejek Stella dengan manis."Pergilah masuk, Aku akan menunggumu di sini."Emp, Iya" Di hadapan Dewa Stella mulai berdo'a, dia jauh-jauh datang hanya berharap satuhal. " Tolong berikan segala kebaikan untuk Farhan, ya Dewa meski aku tidak bisa bersamanya, tapi mohon beri balasan yang layak untuk segala kebaikannya kepadaku, jujur aku sangat mencintainya." Dari lubuk hatinya yang paling dalam semua ia curahkan kepada Sang Dewa.Meski dari awal dia menyukai Bram dan menurutnya Bram orang terbaik untuknya, tetapi tetap saja setelah bertemu dengan Farhan dan semua yang telah Farhan lakukan membuat Stella tidak bisa menyangkal jika di hatinya hanya ada F
"Ya Robbi, aku berjanji mulai sekarang akan berubah menjadi hamba-Mu yang semestinya." tutur Farhan mengadukan semua keluh kesah yang bersarang di hatinya.------------------------------------¹⁶"Allhamdulillah, Akhirnya ke inginanmu akan terpenuhi Stella" Farhan memenggang pundak Stella, "Stella aku turut bahagia mendengarnya" sambung Farhan terseyum.Stella mentap wajah Farhan yang begitu terlihat senang, "Apa benar kamu tidak memiliki sedikit perasaan kepadaku, Han. astaga Stella apa yang kamu pikirkan, selama ini Farhan hanya mengasihanimu jadi sebaiknya jangan berharap lebih kepadanya." gumam Stella dalam hati."Stela ada apa, apa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Farhan yang melihat Stella malah bengong melihatnya."Hehehe tidak Han, oya Han terimakasih ya. Han setelah aku menikah mungkin kita tidak akan pernah bertemu lagi, karena setelah menikah Bram dan aku akan menetap di Singapura."Farhan terseyum hangat, "Dimana pun kamu berada aku hanya berharap kamu bisa hid
-------------------------------------¹⁵"Hahaha Bram sudah hentikan, Kamu terlihat sangat lucu jika begitu." ungkap Stella yang sudah tidak tahan menahan tawanya melihat Bram yang begitu kaku.Bram memperlihatkan sedikit senyum, "Hehehe Maaf, tapi entah mengapa aku jadi sangat grogi Stella." "Hah, terimakasih ya Bram berkat kamu aku bisa merasakan bagaimana rasanya di perlakukan dengan baik." bisik Stella dalam hatinya.Mengingat kehidupan yang biasa-biasa saja yang ia jalani selama ini, untuk pertama kalinya Stella merasa di sepesialkan oleh seseorang. Yang bahkan sebelumnya jangankan untuk di perhatikan, malah mereka akan selalu menghindarinya.Hinggah mereka pun sampai di Perpustakaan."Terimakasih ya Bram, hari ini aku sangat bahagia.""Hehehe iya, aku juga sangat senang bersamamu, emp kalau begitu aku pergi dulu ya. Oiya Stella setidaknya berikan nomor telponmu kepadaku." pinta BramNomor telepon, apa Bram benar-benar menyukaiku sampai-sampai dia meminta nomor telponku, Stella m
-----------------------------------¹⁴Setelah beberapakali menelpon akhirnya Stela mengangkat telpon darinya."Farha!" suara Stella terdengar begitu riang."Iya, Stela dengar... ""Farhan aku sangat bahagia, kamu tau tidak apa yang sudah terjadi." potong Stella yang tidak memberikan kesempatan Farhan untuk bicara. Di benak Stela hanya ada Bram. Dia juga sudah melupakan janji makan siang bersama Farhan."Apa?" tanya Farhan yang penasaran, sebenarnya apa yang membuat Setela begitu senang."Tadi saat aku mengambil buku di rak paling atas, aku tidak sengaja menyenggol buku lainnya. Dan untung saja Bram melindungiku dari timpahan buku-buku itu, dan kamu tau tidak?" Jelas Stella terdengar bersemangat."Sebentar Stela, kamu baik-baik sajakan?""Hahaha iya Farhan aku merasa jauh lebih baik""Hah, syukurlah" Farhan lega mendengar Stela yang baik-baik saja."Lalu?" tanya Farhan."Lalu Bram mengajakku makan siang, Ah... Aku sangat bahagia, Han.""Apa itu Pria yang pernah mengajakmu ke Grand Hils