Beranda / Romansa / Luka dan Rahasia / Satu: Misi Rahasia

Share

Luka dan Rahasia
Luka dan Rahasia
Penulis: Ashana Gee

Satu: Misi Rahasia

Penulis: Ashana Gee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-17 21:23:51

“Bagaimana pun caranya, gue harus bikin keluarga Lizzi hancur!” Ucap Han sembari mengamati pemandangan kota Jakarta dari dinding kaca ruangannya yang berada di lantai 40 itu.

Demi misi balas dendam, semua rencananya harus berjalan sempurna. Toh tujuan utama Han kembali ke Jakarta adalah untuk balas dendam atas kematian ibunya yang meninggal karena sebuah kecelakaan yang direncanakan. Menghukum orang-orang yang terlibat pada tragedi yang terjadi lima tahun lalu itu. Semua orang yang terlibat di dalamnya, tidak terkecuali gadis yang pernah ia cintai di masa lalu, Lizzi.

Sudah lima tahun ia mengubur fakta ini sendirian. Sebuah fakta bahwa dalang di balik kematian ibunya adalah keluarga Lizzi. Lima tahun lalu ia tidak bisa berbuat apa-apa saat mengetahui fakta tersebut karena ia tidak memiliki kekuasaan apa pun. Tapi kali ini berbeda, ia tidak akan tinggal diam.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

“Permisi, Pak. Perkenalkan saya Alexa Jasmine yang mulai saat ini akan menjadi sekretaris Bapak.” Ucap seorang gadis berambut blonde.

Han balas tersenyum. Lalu menjabat tangan Alexa. “Saya Reyhan Ervin. Mohon kerja samanya.”

Alexa mengangguk hormat.

Sudah Han bilang bahwa kali ini ia berbeda. Ia telah resmi menjadi presdir di perusahaan miliki Calvin Gray yaitu Gray Corp. Calvin Gray adalah seseorang yang sangat berjasa dalam hidup Han. Ia sudah menganggap Han seperti anaknya sendiri. Perkataan Calvin yang akan langsung menempatkan Han untuk bekerja di perusahaannya setelah lulus kuliah di Australia adalah benar adanya.

Han terkejut saat mengetahui bahwa posisi yang diberikan itu adalah posisi presdir. Entah kenapa Calvin sangat memercayai Han. Dan Han pun tentu saja tidak akan menolak tawaran dari Calvin itu karena ia membutuhkan kekuasaan ini untuk menjalani misinya. Tapi tetap saja ia akan diawasi. Jika pekerjaannya tidak benar, mungkin ia akan langsung didepak.

Ruang kerjanya benar-benar melebihi kata mewah. Sangat luas dengan design sempurna. Pemandangan kota dapat terlihat dengan sangat jelas dari dinding kaca di sana.

“Di sini sudah ada berkas-berkas yang mungkin Bapak butuhkan untuk lebih mengetahui profil dan proses bisnis perusahaan ini.” Alexa menaruh setumpuk berkas yang sudah tersusun rapi di atasannya itu. “Selain itu, di sini ada beberapa berkas kontrak yang masih dalam proses yang mungkin ingin bapak pelajari.”

Han mengangguk-ngangguk. “Oke.”

“Kalau ada perlu apa-apa, Bapak bisa panggil saya di ruangan sebelah.” Tambah Alexa.

“Oke, terima kasih.”

“Kalau begitu saya izin kembali ke ruangan saya, Pak.” Pamit Alexa.

Han mempersilakan.

Tiba-tiba Handphone-nya berdering.

“HAN!! Wahh sombong banget lo!” Teriak Bryan di telpon tanpa basa-basi.

Han tergelak di seberang sana. Beberapa menit lalu, ia menghubungi Bryan untuk memberi tahu bahwa ia sudah berada di Jakarta sejak dua hari lalu. Setelahnya, Bryan langsung menelepon dan memarahinya.

“Parah lo! Masa balik ke Indo nggak bilang-bilang! Wahh lo anggap gue apaan, Han?”

Han masih terbahak.

“Sini lo sekarang! Atau gue datengin lo ya!” Tambah Bryan yang sama sekali tidak berniat untuk berdamai.

“Ampun bos... ampun. HAHAHA..” Ucap Han. “Sorry, Bro.. ya abisnya balik ke Indo langsung disuruh kerja nih sama juragan.” Juragan yang Han maksud adalah Calvin Gray. Ayah kandung Bryan dan orang yang telah membuatnya menjadi presdir sekarang.

Bryan dan Han bersahabat sejak duduk di bangku sekolah menengah. Han pernah tinggal bersama keluarga Bryan saat ia SMA. Ia sudah dianggap seperti keluarga sendiri oleh keluarga Bryan. Ibunya Han yang bernama Clara meninggal karena kecelakaan. Oleh karena itu, Han dibesarkan oleh keluarga Bryan. Ayahnya? Han tidak pernah mengenal ayahnya sejak lahir. Karena Clara tidak pernah memberi tahu siapa ayah kandungnya.

Han adalah anak di luar nikah. Karena hal itu pula Clara yang berasal dari keluarga yang sangat mapan dibuang oleh keluarganya karena telah mencoreng nama baik keluarga.

Jadi setelah kematian ibunya, ia tinggal di rumah Bryan sebelum akhirnya pergi kuliah ke luar negeri 3 tahun lalu. Han juga sangat dekat dengan kedua orang tua Bryan, benar-benar sudah seperti keluarga.

Itulah mengapa Calvin Gray -ayahnya Bryan- sangat senang melihat Han lulus kuliah di luar negeri hanya dalam waktu kurang lebih 3 tahun dan menjadi lulusan cum laude.

“Papah juga kok nggak ngasih tau gue sih?”

“Lah mana gue tau, tanya deh bokap lo! Hahahaha.” Balas Han.

“Emang kalian nih sekongkol nggak ngasih tau gue kan?” Tuduh Bryan. “Udah pokoknya malem ini kita ketemu ya.”

“Oke, kasih tau aja alamatnya.”

****

Pria itu menggebrak meja di hadapannya hingga menimbulkan gema di ruangan itu. Ia sedang berada di rumah keluarga Clara yang sudah seperti istana.  “Bagaimana pun Han berhak mendapatkan warisan itu!” Ucapnya pada seorang wanita yang duduk di hadapannya.

“Kamu perlu tahu, Clara sudah tidak dianggap menjadi bagian dari keluarga kami sejak ia hamil di luar nikah!” Ucap seorang wanita yang berusia sekitar enam puluh tahun itu. Ia adalah Laras, ibu tiri Clara “Jadi, Han tidak berhak atas warisan apapun.”

“Tapi secara hukum, Clara masih tetap menjadi bagian dari keluarga kalian. Ia masih berhak mendapat warisan itu. Dan seharusnya itu diberikan pada Han setelah Clara meninggal.” Ucap Pria itu.

Wanita tua itu berdecih. “Anaknya Clara adalah anak di luar pernikahan, jadi Han tidak berhak mendapat warisan!” Laras tetap bersikeras

Pria itu menatap tajam ke arah wanita itu. “Anak di luar pernikahan tetap mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibunya. Jadi Han juga berhak mendapatkan warisan.”

Laras tidak terima.

“Almarhum suami anda akan benar-benar kecewa pada Anda. Anda hanya ibu tiri Clara yang telah merusak keluarga Clara. Anda hanya mengincar harta kekayaan keluarga konglomerat itu. Anda pikir saya tidak tahu? Anda selalu menghasut suami Anda sampai akhirnya Clara dibuang oleh keluarganya sendiri.” Ucap Pria itu.

“Diam! Kamu tidak tahu apa-apa! Ke mana saja kamu? Setelah menghamili anak saya kamu pergi meninggalkan dia dan sekarang baru datang setelah suami saya meninggal untuk meminta warisan untuk anakmu? Tidak tahu malu!” Bentak Laras.

Baiklah, untuk fakta yang satu itu, ia memang bersalah. Pria itu mengambil peran dalam merusak kehidupan Clara, semuanya adalah kesalahan pria itu. Di masa lalu ia pernah menghamili Clara, lalu pergi begitu saja meninggalkan wanita yang ia cintai dengan bayi yang dikandungnya.

Ia tahu ia memang pria egois dan brengsek. Tapi tetap saja, bagaimana bisa keluarga mereka memutus hubungan dengan anaknya begitu saja. Setidaknya untuk kali ini ia sedang berusaha menebus dosanya. Ia tidak akan pernah lagi menelantarkan anaknya, Han.

Namun tidak seperti yang dikatakan wanita itu, ia tidak datang untuk mengemis harta. Ia hanya tidak rela melihat wanita picik itu berbahagia sendiri menikmati harta kekayaan yang bukan sepenuhnya miliknya, sementara Clara dan Han dibuang begitu saja karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarga itu. Ia juga ingin wanita itu setidaknya mengakui cucunya, Han.

“Bagaimana pun Han adalah cucu Anda!”

“Aku tidak akan pernah mau mengakui dia sebagai cucuku!” Wanita itu tetap bersikeras. “Ah! Aku mau menganggap dia sebagai cucuku, asal kamu mau mengungkapkan identitas kamu pada Han.” Wanita itu tersenyum licik.

Pria itu mengepalkan tangannya.

“Lihat! Kalau dipikir-pikir, kamu dan keluarga saya tidak ada bedanya! Apa bedanya sebuah keluarga yang menelantarkan anak perempuannya dengan seorang ayah yang tidak berani menampakkan dirinya?” Ucap wanita itu. “Bagaimana?"

****

Bab terkait

  • Luka dan Rahasia   Dua: Seseorang yang Misterius

    “Kalau makan ice cream jangan celemotan gitu dong, Liz” Ucap Bryan sambil mengelap bekas ice cream yang sampai di pipi Lizzi. “Kayak anak kecil tau.” Bryan tertawa geli. “Sengaja biar kamu lap.” Canda Lizzi yang lalu memalingkan wajahnya ke pemandangan di bawah mereka. Bryan terkekeh. Lizzi adalah kekasih Bryan. Belum lama juga, baru dua bulan sejak Lizzi berpacaran dengan most wanted boy di kampusnya itu. Entah apa yang membuat cowok sempurna seperti Bryan menyukai gadis sepertinya. Apalagi mantan Bryan yang sebelumnya, Kanza, memiliki paras yang cantiknya luar biasa. Yang sudah seperti aktris drama korea. Terkadang hal itu membuat Lizzi minder. Karena tidak ada jadwal kuliah, hari ini Lizzi dan Bryan pergi ke wahana bermain. Matahari mulai terbenam, kini mereka tepat berada di posisi paling atas sebuah wahana bianglala. Wah, rasanya sangat indah berada di posisi paling tinggi saat matahari terbenam. Wahana itu berhenti sej

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Luka dan Rahasia   Tiga: Penyamaran Takdir

    Mercedes-Benz itu melesat kencang di jalan raya. Menembus ramainya lalu lintas malam hari. Bryan di belakang kemudi dengan casual outfit-nya, seperti biasa, sangat tampan. Bahkan jika ada sebuah kata yang lebih bagus dari tampan untuk mendeskripsikan seorang Bryan Gray, kata itu akan cocok untuknya.Tiba-tiba di dekat lampu merah, hampir saja mobil mewah itu menabrak mobil di depannya jika saja Bryan telat menginjak rem.“BRYAN!! Udah aku bilang jangan ngebut-ngebut!!!!” Teriak Lizzi di sebelahnya yang lalu menghela napas lega karena untungnya mereka selamat.“Maaf maaf kita udah telat, Liz.” Sahut Bryan.“Ya tapi nggak gitu juga, bahaya loh.” Lizzi memarahi Bryan. “Lagian ini masih jam 7 kurang.”“Iya maaf, Sayang.. nih, aku nggak ngebut lagi. Oke? Maaf ya..” Bryan menenangkan.“Btw, kamu cantik banget hari ini.” Ucap Bryan tiba-tiba mengalihkan pembic

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Luka dan Rahasia   Empat: Misi Rahasia

    “Akkkkk” Teriak Han dalam tidurnya.Mimpi itu kembali lagi setelah sekian lama. Sangat menyesakkan. Kejadian tragis yang benar-benar terjadi di depan mata kepala Han sendiri. Suara klakson mobil berdengung di kepalanya. Kenangan masa lalu yang menyakitkan itu terkilas balik. Kenangan tentang seorang wanita yang tersenyum kepadanya sebelum akhirnya tubuh wanita itu terpelanting karena kencangnya sebuah mobil sedan yang melaju ke arahnya. Ya, itu ibunya. Tidak butuh waktu lama sampai darah menggenang di atas aspal itu. Dan entah kenapa bau darahnya seperti tercium kembali.Di mimpi itu, ia berdiri di trotoar melihat kejadian itu. Lututnya seketika lemas. Tubuhnya terjatuh di pinggir jalan. Detik berikutnya beberapa orang mendekat untuk melihat kecelakaan tersebut. Setelah itu semuanya gelap. Hal yang dia ingat jelas adalah seseorang yang turun dari kursi penumpang mobil sedan tersebut. Itu adalah seseorang yang ia kenal.“Hahhhh” Han terban

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-24
  • Luka dan Rahasia   Lima: Vanilla

    “Kanza, selamat ya! Jadi mapres nomor 1 nih.” Ucap Lizzi dengan tulus. “Bryan aja sampai kalah.” Kanza tersenyum malu-malu. “Pertama kalinya nih. Semester kemarin Bryan yang jadi mahasiswa berprestasi.” Ucap Kanza merendah. “Tetap aja.. Kanza, Jjang!!” Lizzi mengangkat kedua jempolnya. Lizzi dan Kanza berteman. Iya dong. Walaupun Kanza adalah mantan Bryan dan Lizzi sekarang pacar Bryan, mereka sudah berteman sejak lama karena memiliki hobi yang sama yaitu dance. Lizzi dan Kanza sekarang berada di tim yang sama untuk project mereka yang baru. Mereka akan tampil di acara Dies Natalis kampus mereka yang akan diselenggarakan bulan depan. “Makasih..” Kanza tersenyum manis. “Ya udah yuk sekarang kita mulai latihan, tuh anak yang lain juga udah pada kumpul.” Kanza menunjuk beberapa orang teman mereka yang sedang duduk di depan kaca besar studio latihan itu. Ini hari pertama mereka mulai latihan untuk project

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Luka dan Rahasia   Enam: Sang Sopir

    DU-DU-DU-TANG-TANG-TANG-TANG!!!“Lizzi!!! Itu apaan sih berisik banget?” Teriak Mama Ari yang sedang maskeran di ruang tengah.Lizzi yang sedang menikmati sarapannya di meja makan buru-buru mengambil handphone-nya yang berada di meja ruang tengah.Iya, yang tadi itu ringtone handphone-nya Lizzi.“Padahal kan hpnya deket Mama, hufft.” Ucap Lizzi sambil cemberut.“Kamu liat dong, ini mamah lagi maskeran.” Ucap Mama nya.Sebelum mengangkat teleponnya, Lizzi melirik sekilas Mama nya yang sedang berusaha mempertahankan masker wajahnya itu agar tidak retak.“Halo, Pah?” Ucap Lizzi di telepon.“Lizzi, kamu ada jadwal kuliah hari ini?” “Ada, Pah. Tapi siang.”“Nah, kamu bisa anterin dokumen papa dulu nggak sebelum pergi ke kampus? Ada dokumen yang ketinggalan nih.. yah? Yah?”Hmm.. Papa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Luka dan Rahasia   Tujuh: Teror

    Lizzi menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya. Gray Corp? Bukankah ini perusahaan Ayahnya Bryan? Pikirnya. Ia datang ke perusahaan itu untuk mengantarkan berkas-berkas yang ayahnya butuhkan untuk meeting. Ia melangkah masuk menuju lobby sambil mengecek kembali lokasi yang dikirimkan Papahnya. Dan benar di gedung ini.Sesampainya di lobby, ia menelpon ayahnya yang telah mengutusnya ke sini.“Halo, Pah? Aku udah di Gray Corp. Papah di mana?”“Papah di lantai 20 ruang meeting C, nanti dari lift kamu terus ke kanan. Papah tunggu di luar ruangan.”“Oke aku ke sana.” Lizzi berjalan sesuai petunjuk pria itu.Ia menaiki lift ke lantai 41. Setelah sampai di lantai tersebut, ia belok kanan. Ia melihat Papa nya dengan setelan berwarna biru gelap sedang menunggu dekat pintu.“Pah!” Panggil Lizzi sambil melambaikan map hijau itu ke atas.Papanya tersen

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Luka dan Rahasia   Delapan: Trauma

    Alexa sedang bergegas untuk berangkat ke kantor namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar handphone ibunya berdering. Sementara itu, ibunya sedang pergi ke toserba. Alexa memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut, barang kali ada hal penting. “Hallo-” Sapaan Alexa langsung dipotong begitu saja oleh si penelepon. “Edwin bunuh diri di penjara, semua ini terjadi karena anak itu ingin mengorek kejadian masa lalu. Lima tahun lalu saya suruh kamu buat meyakinkan anak itu bahwa kecelakaan itu tidak disengaja, apa yang kamu lakukan, hah!?” Alexa mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan apa yang orang tersebut bicarakan. “Maaf, ini dengan siapa ya?” tanya Alexa. Namun setelah beberapa detik tidak terdengar suara, lalu sambungan telepon itu terputus. Alexa dibuat bingung. Tidak lama kemudian terdengar suara gerbang yang terbuka. Ternyata ibunya telah datang. “Barusan ada telepon.” Kata Alexa setelah ibunya memasuki rumah me

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Luka dan Rahasia   Sembilan: Mask On

    Range rover itu melesat cepat di jalanan. Han mengejar mobil berwarna putih di depannya mengikuti lokasi nomor telepon yang dilacak oleh Chandra. Ciiittttt. Ban berdecit saat Han yang sedang memacu mobilnya dengan kencang tiba-tiba menepi untuk memblokir jalan mobil berwarna putih itu. Han segera turun dari mobilnya. Sementara Chandra hanya mengamati dari dalam mobil. Tok..tok..tok.. Han mengetuk kaca jendela mobil putih itu dengan kasar. Wanita itu dengan elegannya membuka pintu dan turun dari mobilnya. Matanya menyipit menelisik lelaki di hadapannya. Hingga beberapa detik kemudian matanya membola. “Reyhan?” tanya wanita itu sedikit terkejut. Han berdecak. Ia heran dengan reaksi wanita itu yang seperti baru pertama kali melihatnya setelah sekian lama tidak bertemu. Padahal Han yakin wanita itulah yang mengawasinya akhir-akhir ini dan berusaha menyingkirkan barang bukti. “Apa yang Anda lakukan pada Edwin?” Tanya Han t

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11

Bab terbaru

  • Luka dan Rahasia   Lima Belas: Cross The Line

    “Proses produksi kita sudah 70%, kita nggak mungkin menghentikan proses produksi dengan konsekuensi kerugian yang besar.” Pagi hari di ruang meeting Gray Corp sudah dipenuhi dengan berbagai perdebatan.“Tapi jika kita melanjutkan produksi, merek kita akan di tuding melakukan plagiarisme. Design produk kita 100% mirip dengan produk yang baru dirilis perusahaan itu. Kecuali jika kita menyelidiki siapa yang telah membocorkan ide design kita dan membuktikan bahwa ide kita di curi.”“Kita bisa beralibi bahwa model produk kita mengikuti trend furnitur sekarang. Wajar jika ada kemiripan.”Han mengerutkan keningnya. Tangannya bertumpu pada lengan kursi yang sudah ia duduki selama lebih dari satu jam. Sedari tadi ia mendengarkan perdebatan dari divisi produksi di ruang rapat tersebut.“Kita tidak mengikuti trend, kita menciptakan trend.” Han bersuara yang membuat

  • Luka dan Rahasia   Empat Belas: Broken Inside

    Lizzi dan Bryan sudah berada dalam mobil Bryan dalam perjalanan menuju rumah Lizzi. Melihat Bryan yang hanya diam saja dari tadi, Lizzi jadi merasa tidak nyaman. Ia segera membuka suara.“Kamu marah?” tanya Lizzi.Namun yang ditanya tetap bergeming. Tetap fokus pada kemudi.Lizzi menyentuh lengan Bryan. “Bry..”Seketika Bryan menoleh. “Eh, kenapa?”Lizzi mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Bryan tidak mendengar ucapannya. “Kamu marah sama aku? Gara-gara di Poliklinik tadi?”“Oh itu...” Kata Bryan.“Kamu jangan salah paham, tadi aku hampir jatuh dan Kai buru-buru megangin aku.” Ucap Lizzi yang takut kekasihnya itu salah paham.Bryan menoleh sebentar pada Lizzi. Ia mengusap-usap kepala Lizzi. “Iya aku paham.” Ucapnya sembari tersenyum. “Lain kali kalo dance hati-hati. Aku nggak mau kamu cidera, luka, atau apapun itu.” Tambah

  • Luka dan Rahasia   Tiga Belas: Menyerah?

    “Wah.. wah.. ada yang nonton nggak ngajak-ngajak nih.” Ucap Chandra saat ia bertemu dengan Han di tempat gym apartemen mereka. Han yang sedang berlari di treadmill sedikit terkejut melihat Chandra yang tiba-tiba datang entah dari mana. “Tau dari mana lo?” Tanya Han. “Dari snapgram nya Alexa lah..” Ucap Chandra. Han tertawa kecil. “Ini nih yang namanya pecekor.” Chandra sambil menunjuk-nunjuk Han. Han mengerutkan keningnya. “Apaan tuh?” “Perebut Cewek Orang. Masa nonton berdua doang, hufttt.” Entah datang dari mana keberanian Chandra untuk menuduh bosnya sendiri seperti itu. “Dihh.. ngarang banget nih orang.” Balas Han tanpa menghentikan treadmill-nya. “Bos mau jadi orang ketiga di Chanxa?” Ucap Chandra semakin ngawur. Han mengerlingkan matanya. Ia benar-benar heran mengapa di perusahaannya bisa ada pegawai sekurang ajar ini. “Heh Chanxa itu nggak pernah ada, ya! Alexa yang bilang. Jang

  • Luka dan Rahasia   Dua Belas: I'm Begging You

    “Aku berterima kasih pada takdir, sekaligus marah padanya.” ***** Flashback On Awan hitam mulai menutupi langit Jakarta sore itu. Mungkin hujan akan segera turun sebentar lagi. Han sedang duduk di dekat gerbang sekolah elit, menunggu seseorang yang tak kunjung ia temukan sejak tadi, Lizzi. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan gadis itu karena ia sibuk dengan beberapa urusan setelah ibunya yang meninggal karena kecelakaan beberapa hari lalu. Selain itu, ia juga pindah ke rumah baru untuk bekerja sebagai tutor sebaya di rumah keluarga Gray dan tinggal di sana. Nomor hp Lizzi pun tidak aktif. Karena itu ia berinisiatif untuk menemui gadis itu di sekolahnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada satpam yang berada di sana. “Pak, kelas 9-2 bubar jam berapa ya?” “Kelas 9 udah pada pulang jam 3 sore tadi.” H

  • Luka dan Rahasia   Sebelas: Aku Minta Maaf

    Alexa menoleh pada Han yang sedang fokus di depan kemudinya. Han bersikeras untuk mengantar Alexa pulang setelah mereka selesai menonton bioskop meskipun awalnya Alexa menolak.“Lo nggak suka filmnya?” Alexa menyadari saat di bioskop tadi Han tidak benar-benar menaruh perhatiannya pada film itu. Ia hanya sibuk memerhatikan Lizzi yang duduk di sebelah kiri lelaki itu.Han tersenyum lembut. “Suka kok. Seru banget.”Alexa menatap ragu pada Han. Ia terus memandangi lelaki itu dari sudut matanya.Sementara itu, di dalam benak Han, ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di bioskop tadi.Flashback OnBryan memberi ciuman singkat pada bibir Lizzi.“Bryan!” protesnya tidak terima. Tolonglah film ini tengah berada di konfliknya.Bryan mendekatkan kembali wajahnya pada Lizzi. Lelaki itu terus mengikis jaraknya dengan Lizzi. Namun tiba-tiba Han menahan bahu Bryan.

  • Luka dan Rahasia   Sepuluh: Accidentally, Double Date?

    Setelah kunjungan Calvin yang mendadak tadi sore. Untungnya rencana Han dan Alexa malam ini tidak batal. Han dan Alexa memutuskan untuk pergi ke bioskop untuk sekedar melepas penat setelah seminggu ini bekerja. Lagi pula besok weekend. Mereka pergi menggunakan Range Rover milik Han. Dalam perjalanan, seperti biasa, Alexa tak pernah berhenti berceloteh. “Han, Lizzi itu siapa?” Tanya Alexa yang seketika membuat lelaki yang berada di depan kemudi itu menoleh ke arahnya. “Kenapa emangnya?” Tanya Han. “Kepo banget sih.” Lelaki itu mendelik. Alexa menunjukkan senyuman anehnya pada Han. Han yang melihatnya langsung mengerutkan keningnya. “Itu loh.. cewek yang beberapa hari lalu nabrak lo pas mau meeting.” “Apaan sih.. bukan siapa-siapa.” Jawab Han seadanya. Perhatiannya kembali fokus pada jalan raya di depannya. Alexa menyipitkan matanya pada Han. Ia tidak percaya dengan jawaban Han. “Bukan siapa-siapa tapi

  • Luka dan Rahasia   Sembilan: Mask On

    Range rover itu melesat cepat di jalanan. Han mengejar mobil berwarna putih di depannya mengikuti lokasi nomor telepon yang dilacak oleh Chandra. Ciiittttt. Ban berdecit saat Han yang sedang memacu mobilnya dengan kencang tiba-tiba menepi untuk memblokir jalan mobil berwarna putih itu. Han segera turun dari mobilnya. Sementara Chandra hanya mengamati dari dalam mobil. Tok..tok..tok.. Han mengetuk kaca jendela mobil putih itu dengan kasar. Wanita itu dengan elegannya membuka pintu dan turun dari mobilnya. Matanya menyipit menelisik lelaki di hadapannya. Hingga beberapa detik kemudian matanya membola. “Reyhan?” tanya wanita itu sedikit terkejut. Han berdecak. Ia heran dengan reaksi wanita itu yang seperti baru pertama kali melihatnya setelah sekian lama tidak bertemu. Padahal Han yakin wanita itulah yang mengawasinya akhir-akhir ini dan berusaha menyingkirkan barang bukti. “Apa yang Anda lakukan pada Edwin?” Tanya Han t

  • Luka dan Rahasia   Delapan: Trauma

    Alexa sedang bergegas untuk berangkat ke kantor namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar handphone ibunya berdering. Sementara itu, ibunya sedang pergi ke toserba. Alexa memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut, barang kali ada hal penting. “Hallo-” Sapaan Alexa langsung dipotong begitu saja oleh si penelepon. “Edwin bunuh diri di penjara, semua ini terjadi karena anak itu ingin mengorek kejadian masa lalu. Lima tahun lalu saya suruh kamu buat meyakinkan anak itu bahwa kecelakaan itu tidak disengaja, apa yang kamu lakukan, hah!?” Alexa mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan apa yang orang tersebut bicarakan. “Maaf, ini dengan siapa ya?” tanya Alexa. Namun setelah beberapa detik tidak terdengar suara, lalu sambungan telepon itu terputus. Alexa dibuat bingung. Tidak lama kemudian terdengar suara gerbang yang terbuka. Ternyata ibunya telah datang. “Barusan ada telepon.” Kata Alexa setelah ibunya memasuki rumah me

  • Luka dan Rahasia   Tujuh: Teror

    Lizzi menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya. Gray Corp? Bukankah ini perusahaan Ayahnya Bryan? Pikirnya. Ia datang ke perusahaan itu untuk mengantarkan berkas-berkas yang ayahnya butuhkan untuk meeting. Ia melangkah masuk menuju lobby sambil mengecek kembali lokasi yang dikirimkan Papahnya. Dan benar di gedung ini.Sesampainya di lobby, ia menelpon ayahnya yang telah mengutusnya ke sini.“Halo, Pah? Aku udah di Gray Corp. Papah di mana?”“Papah di lantai 20 ruang meeting C, nanti dari lift kamu terus ke kanan. Papah tunggu di luar ruangan.”“Oke aku ke sana.” Lizzi berjalan sesuai petunjuk pria itu.Ia menaiki lift ke lantai 41. Setelah sampai di lantai tersebut, ia belok kanan. Ia melihat Papa nya dengan setelan berwarna biru gelap sedang menunggu dekat pintu.“Pah!” Panggil Lizzi sambil melambaikan map hijau itu ke atas.Papanya tersen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status