Share

Lima: Vanilla

Penulis: Ashana Gee
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-11 11:59:29

“Kanza, selamat ya! Jadi mapres nomor 1 nih.” Ucap Lizzi dengan tulus. “Bryan aja sampai kalah.”

Kanza tersenyum malu-malu. “Pertama kalinya nih. Semester kemarin Bryan yang jadi mahasiswa berprestasi.” Ucap Kanza merendah.

“Tetap aja.. Kanza, Jjang!!” Lizzi mengangkat kedua jempolnya.

Lizzi dan Kanza berteman. Iya dong. Walaupun Kanza adalah mantan Bryan dan Lizzi sekarang pacar Bryan, mereka sudah berteman sejak lama karena memiliki hobi yang sama yaitu dance. Lizzi dan Kanza sekarang berada di tim yang sama untuk project mereka yang baru. Mereka akan tampil di acara Dies Natalis kampus mereka yang akan diselenggarakan bulan depan.

“Makasih..” Kanza tersenyum manis. “Ya udah yuk sekarang kita mulai latihan, tuh anak yang lain juga udah pada kumpul.” Kanza menunjuk beberapa orang teman mereka yang sedang duduk di depan kaca besar studio latihan itu.

Ini hari pertama mereka mulai latihan untuk project kali ini. Setelah minggu kemarin diisi dengan rapat dan diskusi bersama kepala bidang kesenian acara Dies Natalis tentang konsep tarian, musik, anggota tim, koreografi, dan lainnya. Untuk penampilan kali ini tim dance ikut bekerja sama dalam me-remix lagu agar cocok dengan konsep yang mereka inginkan.

Tidak lama kemudian, musik hip hop mulai menggema memenuhi studio itu. Mereka pun mulai berlatih dengan Lizzi sebagai center. Setelah mengulangnya beberapa kali mereka rehat sejenak selama kurang lebih 15 menit. Lizzi berniat mengambil air minumnya. Ia beranjak menuju sudut studio menghampiri loker tempat ia meletakkan tasnya.

Dance kamu bagus,” Ucap seorang laki-laki yang tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Lizzi.

Sontak Lizzi yang sedang mengambil air minumnya di tas terperanjat dan membuatnya urung mengambil air minum. Reyhan? Entah dari mana munculnya.

“Dari dulu, dance kamu yang terbaik.” Tambah lelaki itu sembari mengacungkan kedua jempolnya.

Lizzi mengerutkan keningnya. “Ngapain lo disini?”

Han tersenyum. “Aku pengen ketemu kamu.”

Lizzi menyipitkan kedua matanya. Senyuman itu membuat Lizzi bergidik ngeri. Ada apa dengan lelaki di hadapannya itu. Tiba-tiba tersenyum ramah setelah dua hari yang lalu ia memperlakukan Lizzi dengan kasar.

Lizzi mengedarkan pandangannya pada teman-temannya yang juga sedang sibuk mencari air minum mereka di loker. Satu persatu dari mereka mulai melempar tatapan penasaran pada Lizzi. Setelah itu, Lizzi pergi keluar studio. Ia memberi kode pada Han untuk mengikutinya. Meninggalkan teman-temannya dalam rasa penasaran.

“Lo tau dari mana gue ada di sini?”

Tentu saja Han tidak akan memberi tahu gadis itu bahwa ia mendapat informasi dari Chandra yang telah menyelidiki Lizzi. Rencananya, kali ini ia akan mendekati Lizzi. Mencari tahu tentang keluarga Lizzi sembari menghancurkan keluarga itu.

“Aku... tahu aja.” Han tertawa kecil. Ia melangkah mendekat pada Lizzi, sekarang mereka berada di luar studio, tepatnya di dekat pintu masuk studio.

Lizzi merasa ada sesuatu yang salah. Han sangat aneh. Ia sangat berbeda dari pertemuan mereka di restoran.

“Liz, kamu harus tau, aku nggak pernah melupakan apapun tentang kamu, tentang kita di masa lalu.” Han menatap lekat pada Lizzi.

“Lo apa-apaan sih?” Gadis itu merasa curiga dengan lelaki di hadapannya.

“Ah! Soal pertemuan kemarin.” Han menunjukkan raut menyesalnya. “Aku minta maaf. Aku bener-bener nggak tau kenapa kemarin aku ngasarin kamu.” Han berharap semoga saja aktingnya bagus.

Lizzi menggeleng. Ia masih tidak mengerti dengan perubahan sikap Han.

“Liz,” Ia meraih pergelangan tangan Lizzi.

Namun Lizzi segera menarik tangannya. Menatap Han dengan tatapan tidak suka.

“Aku bener-bener minta maaf. Sikap aku kemarin mungkin karena pertemuan kita yang tiba-tiba setelah 5 tahun. Dan dulu juga kamu ninggalin aku tanpa kabar. Hal itu bikin aku kesel. Dan aku minta maaf.” Ucapnya yang terdengar sangat tulus, meskipun dalam hati Han sebenarnya sangat muak.

Lizzi membaca raut wajah Han. “Lebih baik lo pulang. Sebentar lagi mungkin Bryan sampe ke sini buat jemput gue” Lizzi lantas buru-buru membalikkan badannya, bersiap untuk kembali masuk studio. Namun, pergelangan tangannya di tarik oleh Han.

“Gimana caranya biar hubungan kita balik kayak dulu?” Han menatap Lizzi dalam.

Lizzi tergelak. “Lo kesambet apaan sih? Pertanyaan konyol.” Ucap Lizzi. “Reyhan... Gue nggak mau ketemu lo lagi.” Lizzi memohon. “Please. Lo pergi sekarang.”

“Setidaknya kamu kasih penjelasan ke aku kenapa lima tahun lalu kamu pergi tanpa kabar?” Pinta Han.

“Gue nggak pergi! Lo yang pergi ninggalin gue duluan.” Ucap Lizzi dengan suara meninggi. Lo pergi gitu aja, tanpa bilang apapun sama gue. lo lupa kalo gue pacar lo waktu itu?”

Han terdiam. “Kamu... nggak tahu kalo ibuku meninggal karena kecelakaan lima tahun lalu?”

Lizzi terkejut. “T-Tante Clara?”

Melihat bagaimana ekspresi terkejut Lizzi, Han bingung apakah Lizzi benar-benar tidak tahu apa-apa atau gadis itu hanya pura-pura.

Han mengangguk. “Lima tahun lalu, di hari ulang tahun kamu, ibuku jadi korban kecelakaan akibat kelalaian pengendara mobil. Kamu tahu sesuatu tentang ini?”

Lima hari lagi adalah hari ulang tahun Lizzi. Jadi lima hari lagi adalah tepat lima tahun sejak kecelakaan yang menimpa ibunya.

Masih dengan ekspresi terkejutnya, Lizzi menggeleng lemah. Bibirnya bergetar.

“Itulah kenapa, malem itu aku ga bisa dateng buat ngerayain ulang tahun kamu. Aku baru bisa ngehubungin kamu beberapa hari setelah kecelakaan itu, tapi kamu nggak pernah bales atau angkat telpon aku.” Jelas Han.

“Gue..maaf gue nggak tahu apapun tentang kecelakaan itu.” Ucapnya dengan suara bergetar.

Apakah benar Lizzi sama sekali tidak tahu-menahu tentang kejadian itu? Apakah hanya ibunya Lizzi yang merencanakan semua ini? Segala dugaan itu terus berkecamuk dalam pikiran Han.

“Jadi, please, maafin aku, Liz.” Han memohon. “Aku pengen kita balik kayak dulu.” Han meraih pergelangan tangan Lizzi.

Lizzi mengangguk. “Gue maafin lo, tapi kita nggak bisa balik kayak dulu. Lo tahu sendiri gue udah sama Bryan sekarang. Dan gue nggak mau balik ke masa lalu. Gue bahagia sekarang.” Lizzi menarik pergelangan tangannya.

“Aku kangen kamu, Liz” Ucap Han dengan pandangan memohon. Demi apapun Han sangat tidak ingin mengatakan hal seperti ini. Tapi ia akan lakukan segala cara agar rencananya berjalan lancar.

“Gue nggak mau nyakitin Bryan.”

“Kamu masih suka sama aku?” Entah kenapa pernyataan Han lebih seperti pernyataan.

“Kok lo ngomong gitu?” Lizzi menatap tidak suka ke arah Han.

“Karena kamu bilang kamu nggak mau nyakitin Bryan. Bukannya seharusnya kamu bilang ‘Aku cuma cinta sama Bryan’? Jadi aku anggap kamu masih suka sama aku, tapi kamu nggak mau nyakitin Bryan.”

Lizzi berdecih. “Omong kosong. Gue nggak ada perasaan apa-apa sama lo.” Lizzi segera berbalik badan untuk masuk kembali ke studio.

Namun lelaki itu kembali menahannya dan buru-buru membawa gadis itu pada pelukannya.

Han terperangah. Ada aroma yang ia kenali di sini. “Vanilla..” Han menghirup aroma Lizzi yang berada di pelukannya.

Lizzi memberontak. “Lepas!”

Han dengan kuat menahannya. “Bahkan kamu masih pakai parfum yang sama kayak yang dulu aku kasih ke kamu?”

****

Bab terkait

  • Luka dan Rahasia   Enam: Sang Sopir

    DU-DU-DU-TANG-TANG-TANG-TANG!!!“Lizzi!!! Itu apaan sih berisik banget?” Teriak Mama Ari yang sedang maskeran di ruang tengah.Lizzi yang sedang menikmati sarapannya di meja makan buru-buru mengambil handphone-nya yang berada di meja ruang tengah.Iya, yang tadi itu ringtone handphone-nya Lizzi.“Padahal kan hpnya deket Mama, hufft.” Ucap Lizzi sambil cemberut.“Kamu liat dong, ini mamah lagi maskeran.” Ucap Mama nya.Sebelum mengangkat teleponnya, Lizzi melirik sekilas Mama nya yang sedang berusaha mempertahankan masker wajahnya itu agar tidak retak.“Halo, Pah?” Ucap Lizzi di telepon.“Lizzi, kamu ada jadwal kuliah hari ini?” “Ada, Pah. Tapi siang.”“Nah, kamu bisa anterin dokumen papa dulu nggak sebelum pergi ke kampus? Ada dokumen yang ketinggalan nih.. yah? Yah?”Hmm.. Papa

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Luka dan Rahasia   Tujuh: Teror

    Lizzi menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya. Gray Corp? Bukankah ini perusahaan Ayahnya Bryan? Pikirnya. Ia datang ke perusahaan itu untuk mengantarkan berkas-berkas yang ayahnya butuhkan untuk meeting. Ia melangkah masuk menuju lobby sambil mengecek kembali lokasi yang dikirimkan Papahnya. Dan benar di gedung ini.Sesampainya di lobby, ia menelpon ayahnya yang telah mengutusnya ke sini.“Halo, Pah? Aku udah di Gray Corp. Papah di mana?”“Papah di lantai 20 ruang meeting C, nanti dari lift kamu terus ke kanan. Papah tunggu di luar ruangan.”“Oke aku ke sana.” Lizzi berjalan sesuai petunjuk pria itu.Ia menaiki lift ke lantai 41. Setelah sampai di lantai tersebut, ia belok kanan. Ia melihat Papa nya dengan setelan berwarna biru gelap sedang menunggu dekat pintu.“Pah!” Panggil Lizzi sambil melambaikan map hijau itu ke atas.Papanya tersen

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-26
  • Luka dan Rahasia   Delapan: Trauma

    Alexa sedang bergegas untuk berangkat ke kantor namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar handphone ibunya berdering. Sementara itu, ibunya sedang pergi ke toserba. Alexa memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut, barang kali ada hal penting. “Hallo-” Sapaan Alexa langsung dipotong begitu saja oleh si penelepon. “Edwin bunuh diri di penjara, semua ini terjadi karena anak itu ingin mengorek kejadian masa lalu. Lima tahun lalu saya suruh kamu buat meyakinkan anak itu bahwa kecelakaan itu tidak disengaja, apa yang kamu lakukan, hah!?” Alexa mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan apa yang orang tersebut bicarakan. “Maaf, ini dengan siapa ya?” tanya Alexa. Namun setelah beberapa detik tidak terdengar suara, lalu sambungan telepon itu terputus. Alexa dibuat bingung. Tidak lama kemudian terdengar suara gerbang yang terbuka. Ternyata ibunya telah datang. “Barusan ada telepon.” Kata Alexa setelah ibunya memasuki rumah me

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Luka dan Rahasia   Sembilan: Mask On

    Range rover itu melesat cepat di jalanan. Han mengejar mobil berwarna putih di depannya mengikuti lokasi nomor telepon yang dilacak oleh Chandra. Ciiittttt. Ban berdecit saat Han yang sedang memacu mobilnya dengan kencang tiba-tiba menepi untuk memblokir jalan mobil berwarna putih itu. Han segera turun dari mobilnya. Sementara Chandra hanya mengamati dari dalam mobil. Tok..tok..tok.. Han mengetuk kaca jendela mobil putih itu dengan kasar. Wanita itu dengan elegannya membuka pintu dan turun dari mobilnya. Matanya menyipit menelisik lelaki di hadapannya. Hingga beberapa detik kemudian matanya membola. “Reyhan?” tanya wanita itu sedikit terkejut. Han berdecak. Ia heran dengan reaksi wanita itu yang seperti baru pertama kali melihatnya setelah sekian lama tidak bertemu. Padahal Han yakin wanita itulah yang mengawasinya akhir-akhir ini dan berusaha menyingkirkan barang bukti. “Apa yang Anda lakukan pada Edwin?” Tanya Han t

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Luka dan Rahasia   Sepuluh: Accidentally, Double Date?

    Setelah kunjungan Calvin yang mendadak tadi sore. Untungnya rencana Han dan Alexa malam ini tidak batal. Han dan Alexa memutuskan untuk pergi ke bioskop untuk sekedar melepas penat setelah seminggu ini bekerja. Lagi pula besok weekend. Mereka pergi menggunakan Range Rover milik Han. Dalam perjalanan, seperti biasa, Alexa tak pernah berhenti berceloteh. “Han, Lizzi itu siapa?” Tanya Alexa yang seketika membuat lelaki yang berada di depan kemudi itu menoleh ke arahnya. “Kenapa emangnya?” Tanya Han. “Kepo banget sih.” Lelaki itu mendelik. Alexa menunjukkan senyuman anehnya pada Han. Han yang melihatnya langsung mengerutkan keningnya. “Itu loh.. cewek yang beberapa hari lalu nabrak lo pas mau meeting.” “Apaan sih.. bukan siapa-siapa.” Jawab Han seadanya. Perhatiannya kembali fokus pada jalan raya di depannya. Alexa menyipitkan matanya pada Han. Ia tidak percaya dengan jawaban Han. “Bukan siapa-siapa tapi

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-11
  • Luka dan Rahasia   Sebelas: Aku Minta Maaf

    Alexa menoleh pada Han yang sedang fokus di depan kemudinya. Han bersikeras untuk mengantar Alexa pulang setelah mereka selesai menonton bioskop meskipun awalnya Alexa menolak.“Lo nggak suka filmnya?” Alexa menyadari saat di bioskop tadi Han tidak benar-benar menaruh perhatiannya pada film itu. Ia hanya sibuk memerhatikan Lizzi yang duduk di sebelah kiri lelaki itu.Han tersenyum lembut. “Suka kok. Seru banget.”Alexa menatap ragu pada Han. Ia terus memandangi lelaki itu dari sudut matanya.Sementara itu, di dalam benak Han, ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di bioskop tadi.Flashback OnBryan memberi ciuman singkat pada bibir Lizzi.“Bryan!” protesnya tidak terima. Tolonglah film ini tengah berada di konfliknya.Bryan mendekatkan kembali wajahnya pada Lizzi. Lelaki itu terus mengikis jaraknya dengan Lizzi. Namun tiba-tiba Han menahan bahu Bryan.

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-27
  • Luka dan Rahasia   Dua Belas: I'm Begging You

    “Aku berterima kasih pada takdir, sekaligus marah padanya.” ***** Flashback On Awan hitam mulai menutupi langit Jakarta sore itu. Mungkin hujan akan segera turun sebentar lagi. Han sedang duduk di dekat gerbang sekolah elit, menunggu seseorang yang tak kunjung ia temukan sejak tadi, Lizzi. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan gadis itu karena ia sibuk dengan beberapa urusan setelah ibunya yang meninggal karena kecelakaan beberapa hari lalu. Selain itu, ia juga pindah ke rumah baru untuk bekerja sebagai tutor sebaya di rumah keluarga Gray dan tinggal di sana. Nomor hp Lizzi pun tidak aktif. Karena itu ia berinisiatif untuk menemui gadis itu di sekolahnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada satpam yang berada di sana. “Pak, kelas 9-2 bubar jam berapa ya?” “Kelas 9 udah pada pulang jam 3 sore tadi.” H

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • Luka dan Rahasia   Tiga Belas: Menyerah?

    “Wah.. wah.. ada yang nonton nggak ngajak-ngajak nih.” Ucap Chandra saat ia bertemu dengan Han di tempat gym apartemen mereka. Han yang sedang berlari di treadmill sedikit terkejut melihat Chandra yang tiba-tiba datang entah dari mana. “Tau dari mana lo?” Tanya Han. “Dari snapgram nya Alexa lah..” Ucap Chandra. Han tertawa kecil. “Ini nih yang namanya pecekor.” Chandra sambil menunjuk-nunjuk Han. Han mengerutkan keningnya. “Apaan tuh?” “Perebut Cewek Orang. Masa nonton berdua doang, hufttt.” Entah datang dari mana keberanian Chandra untuk menuduh bosnya sendiri seperti itu. “Dihh.. ngarang banget nih orang.” Balas Han tanpa menghentikan treadmill-nya. “Bos mau jadi orang ketiga di Chanxa?” Ucap Chandra semakin ngawur. Han mengerlingkan matanya. Ia benar-benar heran mengapa di perusahaannya bisa ada pegawai sekurang ajar ini. “Heh Chanxa itu nggak pernah ada, ya! Alexa yang bilang. Jang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-20

Bab terbaru

  • Luka dan Rahasia   Lima Belas: Cross The Line

    “Proses produksi kita sudah 70%, kita nggak mungkin menghentikan proses produksi dengan konsekuensi kerugian yang besar.” Pagi hari di ruang meeting Gray Corp sudah dipenuhi dengan berbagai perdebatan.“Tapi jika kita melanjutkan produksi, merek kita akan di tuding melakukan plagiarisme. Design produk kita 100% mirip dengan produk yang baru dirilis perusahaan itu. Kecuali jika kita menyelidiki siapa yang telah membocorkan ide design kita dan membuktikan bahwa ide kita di curi.”“Kita bisa beralibi bahwa model produk kita mengikuti trend furnitur sekarang. Wajar jika ada kemiripan.”Han mengerutkan keningnya. Tangannya bertumpu pada lengan kursi yang sudah ia duduki selama lebih dari satu jam. Sedari tadi ia mendengarkan perdebatan dari divisi produksi di ruang rapat tersebut.“Kita tidak mengikuti trend, kita menciptakan trend.” Han bersuara yang membuat

  • Luka dan Rahasia   Empat Belas: Broken Inside

    Lizzi dan Bryan sudah berada dalam mobil Bryan dalam perjalanan menuju rumah Lizzi. Melihat Bryan yang hanya diam saja dari tadi, Lizzi jadi merasa tidak nyaman. Ia segera membuka suara.“Kamu marah?” tanya Lizzi.Namun yang ditanya tetap bergeming. Tetap fokus pada kemudi.Lizzi menyentuh lengan Bryan. “Bry..”Seketika Bryan menoleh. “Eh, kenapa?”Lizzi mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Bryan tidak mendengar ucapannya. “Kamu marah sama aku? Gara-gara di Poliklinik tadi?”“Oh itu...” Kata Bryan.“Kamu jangan salah paham, tadi aku hampir jatuh dan Kai buru-buru megangin aku.” Ucap Lizzi yang takut kekasihnya itu salah paham.Bryan menoleh sebentar pada Lizzi. Ia mengusap-usap kepala Lizzi. “Iya aku paham.” Ucapnya sembari tersenyum. “Lain kali kalo dance hati-hati. Aku nggak mau kamu cidera, luka, atau apapun itu.” Tambah

  • Luka dan Rahasia   Tiga Belas: Menyerah?

    “Wah.. wah.. ada yang nonton nggak ngajak-ngajak nih.” Ucap Chandra saat ia bertemu dengan Han di tempat gym apartemen mereka. Han yang sedang berlari di treadmill sedikit terkejut melihat Chandra yang tiba-tiba datang entah dari mana. “Tau dari mana lo?” Tanya Han. “Dari snapgram nya Alexa lah..” Ucap Chandra. Han tertawa kecil. “Ini nih yang namanya pecekor.” Chandra sambil menunjuk-nunjuk Han. Han mengerutkan keningnya. “Apaan tuh?” “Perebut Cewek Orang. Masa nonton berdua doang, hufttt.” Entah datang dari mana keberanian Chandra untuk menuduh bosnya sendiri seperti itu. “Dihh.. ngarang banget nih orang.” Balas Han tanpa menghentikan treadmill-nya. “Bos mau jadi orang ketiga di Chanxa?” Ucap Chandra semakin ngawur. Han mengerlingkan matanya. Ia benar-benar heran mengapa di perusahaannya bisa ada pegawai sekurang ajar ini. “Heh Chanxa itu nggak pernah ada, ya! Alexa yang bilang. Jang

  • Luka dan Rahasia   Dua Belas: I'm Begging You

    “Aku berterima kasih pada takdir, sekaligus marah padanya.” ***** Flashback On Awan hitam mulai menutupi langit Jakarta sore itu. Mungkin hujan akan segera turun sebentar lagi. Han sedang duduk di dekat gerbang sekolah elit, menunggu seseorang yang tak kunjung ia temukan sejak tadi, Lizzi. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan gadis itu karena ia sibuk dengan beberapa urusan setelah ibunya yang meninggal karena kecelakaan beberapa hari lalu. Selain itu, ia juga pindah ke rumah baru untuk bekerja sebagai tutor sebaya di rumah keluarga Gray dan tinggal di sana. Nomor hp Lizzi pun tidak aktif. Karena itu ia berinisiatif untuk menemui gadis itu di sekolahnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada satpam yang berada di sana. “Pak, kelas 9-2 bubar jam berapa ya?” “Kelas 9 udah pada pulang jam 3 sore tadi.” H

  • Luka dan Rahasia   Sebelas: Aku Minta Maaf

    Alexa menoleh pada Han yang sedang fokus di depan kemudinya. Han bersikeras untuk mengantar Alexa pulang setelah mereka selesai menonton bioskop meskipun awalnya Alexa menolak.“Lo nggak suka filmnya?” Alexa menyadari saat di bioskop tadi Han tidak benar-benar menaruh perhatiannya pada film itu. Ia hanya sibuk memerhatikan Lizzi yang duduk di sebelah kiri lelaki itu.Han tersenyum lembut. “Suka kok. Seru banget.”Alexa menatap ragu pada Han. Ia terus memandangi lelaki itu dari sudut matanya.Sementara itu, di dalam benak Han, ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di bioskop tadi.Flashback OnBryan memberi ciuman singkat pada bibir Lizzi.“Bryan!” protesnya tidak terima. Tolonglah film ini tengah berada di konfliknya.Bryan mendekatkan kembali wajahnya pada Lizzi. Lelaki itu terus mengikis jaraknya dengan Lizzi. Namun tiba-tiba Han menahan bahu Bryan.

  • Luka dan Rahasia   Sepuluh: Accidentally, Double Date?

    Setelah kunjungan Calvin yang mendadak tadi sore. Untungnya rencana Han dan Alexa malam ini tidak batal. Han dan Alexa memutuskan untuk pergi ke bioskop untuk sekedar melepas penat setelah seminggu ini bekerja. Lagi pula besok weekend. Mereka pergi menggunakan Range Rover milik Han. Dalam perjalanan, seperti biasa, Alexa tak pernah berhenti berceloteh. “Han, Lizzi itu siapa?” Tanya Alexa yang seketika membuat lelaki yang berada di depan kemudi itu menoleh ke arahnya. “Kenapa emangnya?” Tanya Han. “Kepo banget sih.” Lelaki itu mendelik. Alexa menunjukkan senyuman anehnya pada Han. Han yang melihatnya langsung mengerutkan keningnya. “Itu loh.. cewek yang beberapa hari lalu nabrak lo pas mau meeting.” “Apaan sih.. bukan siapa-siapa.” Jawab Han seadanya. Perhatiannya kembali fokus pada jalan raya di depannya. Alexa menyipitkan matanya pada Han. Ia tidak percaya dengan jawaban Han. “Bukan siapa-siapa tapi

  • Luka dan Rahasia   Sembilan: Mask On

    Range rover itu melesat cepat di jalanan. Han mengejar mobil berwarna putih di depannya mengikuti lokasi nomor telepon yang dilacak oleh Chandra. Ciiittttt. Ban berdecit saat Han yang sedang memacu mobilnya dengan kencang tiba-tiba menepi untuk memblokir jalan mobil berwarna putih itu. Han segera turun dari mobilnya. Sementara Chandra hanya mengamati dari dalam mobil. Tok..tok..tok.. Han mengetuk kaca jendela mobil putih itu dengan kasar. Wanita itu dengan elegannya membuka pintu dan turun dari mobilnya. Matanya menyipit menelisik lelaki di hadapannya. Hingga beberapa detik kemudian matanya membola. “Reyhan?” tanya wanita itu sedikit terkejut. Han berdecak. Ia heran dengan reaksi wanita itu yang seperti baru pertama kali melihatnya setelah sekian lama tidak bertemu. Padahal Han yakin wanita itulah yang mengawasinya akhir-akhir ini dan berusaha menyingkirkan barang bukti. “Apa yang Anda lakukan pada Edwin?” Tanya Han t

  • Luka dan Rahasia   Delapan: Trauma

    Alexa sedang bergegas untuk berangkat ke kantor namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar handphone ibunya berdering. Sementara itu, ibunya sedang pergi ke toserba. Alexa memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut, barang kali ada hal penting. “Hallo-” Sapaan Alexa langsung dipotong begitu saja oleh si penelepon. “Edwin bunuh diri di penjara, semua ini terjadi karena anak itu ingin mengorek kejadian masa lalu. Lima tahun lalu saya suruh kamu buat meyakinkan anak itu bahwa kecelakaan itu tidak disengaja, apa yang kamu lakukan, hah!?” Alexa mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan apa yang orang tersebut bicarakan. “Maaf, ini dengan siapa ya?” tanya Alexa. Namun setelah beberapa detik tidak terdengar suara, lalu sambungan telepon itu terputus. Alexa dibuat bingung. Tidak lama kemudian terdengar suara gerbang yang terbuka. Ternyata ibunya telah datang. “Barusan ada telepon.” Kata Alexa setelah ibunya memasuki rumah me

  • Luka dan Rahasia   Tujuh: Teror

    Lizzi menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya. Gray Corp? Bukankah ini perusahaan Ayahnya Bryan? Pikirnya. Ia datang ke perusahaan itu untuk mengantarkan berkas-berkas yang ayahnya butuhkan untuk meeting. Ia melangkah masuk menuju lobby sambil mengecek kembali lokasi yang dikirimkan Papahnya. Dan benar di gedung ini.Sesampainya di lobby, ia menelpon ayahnya yang telah mengutusnya ke sini.“Halo, Pah? Aku udah di Gray Corp. Papah di mana?”“Papah di lantai 20 ruang meeting C, nanti dari lift kamu terus ke kanan. Papah tunggu di luar ruangan.”“Oke aku ke sana.” Lizzi berjalan sesuai petunjuk pria itu.Ia menaiki lift ke lantai 41. Setelah sampai di lantai tersebut, ia belok kanan. Ia melihat Papa nya dengan setelan berwarna biru gelap sedang menunggu dekat pintu.“Pah!” Panggil Lizzi sambil melambaikan map hijau itu ke atas.Papanya tersen

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status