Home / Romansa / Luka dan Rahasia / Empat: Misi Rahasia

Share

Empat: Misi Rahasia

Author: Ashana Gee
last update Last Updated: 2021-04-24 00:09:29

“Akkkkk” Teriak Han dalam tidurnya.

Mimpi itu kembali lagi setelah sekian lama. Sangat menyesakkan. Kejadian tragis yang benar-benar terjadi di depan mata kepala Han sendiri. Suara klakson mobil berdengung di kepalanya. Kenangan masa lalu yang menyakitkan itu terkilas balik. Kenangan tentang seorang wanita yang tersenyum kepadanya sebelum akhirnya tubuh wanita itu terpelanting karena kencangnya sebuah mobil sedan yang melaju ke arahnya. Ya, itu ibunya. Tidak butuh waktu lama sampai darah menggenang di atas aspal itu. Dan entah kenapa bau darahnya seperti tercium kembali.

Di mimpi itu, ia berdiri di trotoar melihat kejadian itu. Lututnya seketika lemas. Tubuhnya terjatuh di pinggir jalan. Detik berikutnya beberapa orang mendekat untuk melihat kecelakaan tersebut. Setelah itu semuanya gelap. Hal yang dia ingat jelas adalah seseorang yang turun dari kursi penumpang mobil sedan tersebut. Itu adalah seseorang yang ia kenal.

“Hahhhh” Han terbangun dari mimpinya. Tubuhnya gemetar. Jantungnya berdegup kencang. Keringat bercucuran di pelipisnya. Napasnya sesak mengingat semua kejadian itu. Kedua tangannya menjambaki rambutnya. Kepalanya pusing karena kenangan itu tiba-tiba terkilas dengan sangat jelas. Sebuah memori yang selama 5 tahun terakhir menghuni sudut pikirannya.

Ia mengatur napasnya, menenangkan diri. Ia turun dari ranjangnya dan melangkah menuju balkon apartemennya untuk menghirup udara segar. Tangannya bertumpu pada pagar di depan balkon itu. Dilihatnya pemandangan ibu kota yang sangat terang pada dini hari. Han bingung dengan mimpi yang tiba-tiba datang itu. Mungkin karena ia kembali ke Jakarta sehingga segala kenangan masa lalu yang terjadi di kota ini muncul kembali.

Air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Rasa bersalah kembali menghantuinya.

Ia kembali memasuki apartemennya. Membuka sebuah ruangan rahasia yang berada dibalik lemari. Foto orang-orang yang diduga sebagai dalang di balik tragedi kematian ibunya tertempel di sebuah kaca. Pikirannya tiba-tiba melayang pada hari saat tragedi itu terjadi.

Flashback On

“Kecelakaan karena kelalaian?” Tanya Han pada wanita di hadapannya.

Wanita itu mengangguk. “Polisi tidak menemukan bukti yang cukup. Kasus kecelakaan ini tidak disengaja.” Jelasnya. Ia adalah Amanda Jasmine, sahabat ibu Han.

Lelaki itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tante bilang tante bisa ngasih bukti kalo itu kecelakaan yang direncanakan.” Han menuntut. “Aku ngeliat ibunya Lizzi turun dari mobil itu. Mobil yang menabrak ibuku. Kesaksianku nggak bisa jadi bukti?”

Wanita itu menggeleng lemah. “Kita nggak punya bukti kalo ibunya Lizzi merencanakan itu Han. Dia hanya penumpang di mobil itu. Itu dianggap hanya kebetulan. Dan saat itu yang mengemudikan mobil adalah supirnya. Supir itu didakwa 5 tahun penjara.”

Han memiliki firasat bahwa ada sesuatu di balik semua ini. Ia tahu kecelakaan ini direncanakan. Karena beberapa hari lalu, ibunya Lizzi datang kepadanya. Mengatakan bahwa ia harus menjauhi Lizzi, pacarnya. Bagaimana jika kecelakaan ini ia rencanakan karena Han tidak menuruti perkataannya untuk menjauhi Lizzi? Tapi bagaimana mungkin ibunya Lizzi melakukan hal sejahat itu?

Batinnya terus mengatakan bahwa firasatnya benar, karena ini semua tidak mungkin hanya kebetulan. Tidak mungkin. Terlebih Lizzi yang sama sekali tidak bisa dihubungi setelah beberapa hari sejak kejadian itu. Gadis itu menghilang. Semua ini membuat dadanya sesak.

 Flash back off

****

“Oh iya, Pak. Untuk apartemen bapak sudah saya urus. Furniture nya sudah lengkap di sana. Letaknya tidak jauh dari sini. A****n Apartment.” Ucap Chandra. Kemarin Han meminta Chandra untuk mencarikan apartemen baru untuknya.

“Waahh.. bagus.” Balas Han.

Sebenarnya Han bisa saja tetap tinggal di apartemennya yang lama. Tapi jarak dari sana ke kantor sangat jauh. Akan sangat memakan waktu. Terlebih di Jakarta ini yang selalu macet.

Chandra berdeham. “Jadi kita tetangga nih, Pak.” Ucapnya sembari senyum-senyum.

Han mengerutkan keningnya.

“Saya juga tinggal di apartemen itu juga, Pak.” Jelas pegawai HRD itu.

“Oh iya?” Tanya Han.

Chandra nyengir. “Hehhe.. tapi tenang aja, lantai saya mah di bawah. Bapak di paling atas.” Ucap Chandra. “Dan ini... Key card nya.” Ia menyodorkan sebuah kartu pada Han.

Han tertawa kecil. “Wah.. makasih banyak ya.”

Chandra berdeham. “Btw, bapak udah liat trending topic The Gray Corp, kah?”

Han menautkan kedua alisnya. “Trending? Trending apaan? Ada hal semacam itu di perusahaan ini?”

Seingat Han, kemarin saat ia makan malam bersama Alexa, gadis itu menceritakan beberapa gosip perusahaan tapi tidak menceritakan apa-apa tentang trending topic atau apalah itu.

“Wah! Ya iya ada dong Pak!” Sambar Chandra sangat antusias.

Han mengernyit.

“Wah! Bapak kurang gaul nih.” Chandra mengacung-acungkan telunjuknya pada Han. “Wah!” Chandra geleng-geleng. “Waahh” Ia sampai tidak habis pikir dengan bosnya itu.

“Kurang gaul apa sih? Saya baru masuk ke perusahaan ini kemarin jadi mana saya tahu?” sekarang Han yang tidak habis pikir dengan orang itu.

Chandra malah tergelak sendiri sambil memukul-mukul meja kerja Han.

Han menatap nyalang ke arah Chandra.

Setelah tawanya reda, ia menjelaskan, “Biar saya kasih tahu hal-hal dasarnya, Pak.”

Han memejamkan matanya sebentar, sebelum membalas, “Oke, apa?”

“Yang pertama,” Chandra tersenyum miring. “Saya orang paling tampan di perusahaan ini.”

Han menyipitkan matanya, merasa konyol. Hampir saja rahangnya akan jatuh. Mulutnya sudah terbuka untuk protes, namun Chandra menyela. Dari mana Chandra mendapatkan kepercayaan diri yang berlebihan itu?

“Yang kedua,” Ia mengeluarkan senyum bodohnya. “Saya anak paling hitz di sini pak.”

Han menggeleng-geleng, sudah tidak tahu lagi akan berekspresi seperti apa, karyawannya yang satu ini kelewat pede sampai-sampai ia ingin menendangnya dari lantai 40 ini.

“Yang ketiga,”

“Stop!” Teriak Han sambil mengangkat satu telapak tangannya. “Informasi sialan macam apa ini?”

Chandra mengangkat kedua alisnya. “Ini informasi penting loh Pak, bapak harus tahu ini sebelum memulai pergaulan di perusahaan ini.” Jelas Chandra panjang lebar.

Han mengerutkan keningnya semakin dalam.

Chandra menghela nafas, “Yang ketiga, nama bapak sudah menggantikan nama saya yang biasanya trending topic nomor satu, gara-gara bapak tadi malem makan bareng Alexa.”

“Emang ada yang tahu kalo tadi malem saya makan sama Alexa?” Han mendadak tertarik.

Chandra kembali mengacung-acungkan telunjuknya. “Nah.. ini nih.. gini nih kalau kurang gaul.” Lelaki itu cengengesan sendiri. “Semua orang di perusahaan ini udah tahu kali pak.”

Han terkejut.

“Jadi saya mau ngasih tau, bapak harus hati-hati sama Chanxa!” Bisik Lelaki aneh itu.

Apa lagi kali ini? Batin Han. “Chanxa? Apaan lagi sih itu?” Han benar-benar di buat frustrasi oleh satu orang itu.

Shipper nya Chandra-Alexa.” Jawab Chandra dengan bangga.

Han melotot. Ia segera bangkit dari singgasananya untuk menggeplak kepala manusia satu itu.

“A-Ah tunggu pak, tunggu Pak!” Chandra mundur dengan kedua tangan yang berusaha menghalangi Han. “Saya serius Pak! Chanxa tersebar di seluruh penjuru perusahaan ini, saya peringatkan Bapak.”

Han menganga. “Berani kamu memperingati saya?”

Chandra kelabakan. “M-Maaf, Pak. Maaf.”

Han menggelengkan kepala. Tidak habis pikir. Ia menghela nafas. Ia akhirnya kembali duduk di kursinya.

Han berdeham. “Oh iya, saya mau minta tolong lagi.” Han tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

“Silakan, Pak. Silakan.”

“Tapi ini bukan terkait kerjaan. Dan ini rahasia.” Han menjelaskan.

Seketika raut wajah Chandra menjadi serius. “Siap Pak.”

Han mengusap dagunya. “Saya mau kamu cari tahu segala macam informasi tentang orang yang bernama Lizziana Amoura.” Suatu informasi yang sebenarnya mudah saja bagi Han untuk mendapatkannya karena ia bisa bertanya pada Bryan. Tapi, ya, hal itu tidak mungkin.

Chandra mengerutkan keningnya. “Lizziana Amoura?” Ia seperti familier dengan nama itu. “Maksud bapak Lizziana Amoura yang anak dari pemilik perusahaan Admoura Corp?”

Han menjentikkan jarinya. “Betul.”

Tiba-tiba Chandra tersenyum konyol. “Hmmm... ada sesuatu nih, Pak.” Chandra menyipitkan matanya pada bosnya itu. “Siapanya bapak? Jangan-jangan mantannya ya?”

Han melotot. “Salah saya minta tolong ke kamu.”

“Eh iya iya, Pak. Maaf, Pak. Saya akan carikan informasi tentang orang yang bapak minta.” Ucap Chandra.

Han mendelik. “Satu lagi, lima tahun lalu ada kasus kecelakaan di daerah Pulo Gadung yang menyebabkan seorang wanita bernama Clara Alyssa tewas di tempat. Saya minta kamu cari informasi tentang supir yang di dakwa 5 tahun penjara karena kecelakaan itu.”

Chandra mengangguk.

“Inget, ini rahasia!”

“Siap Pak.”

Supir itu. Han harus menemukan supir itu.

****

Related chapters

  • Luka dan Rahasia   Lima: Vanilla

    “Kanza, selamat ya! Jadi mapres nomor 1 nih.” Ucap Lizzi dengan tulus. “Bryan aja sampai kalah.” Kanza tersenyum malu-malu. “Pertama kalinya nih. Semester kemarin Bryan yang jadi mahasiswa berprestasi.” Ucap Kanza merendah. “Tetap aja.. Kanza, Jjang!!” Lizzi mengangkat kedua jempolnya. Lizzi dan Kanza berteman. Iya dong. Walaupun Kanza adalah mantan Bryan dan Lizzi sekarang pacar Bryan, mereka sudah berteman sejak lama karena memiliki hobi yang sama yaitu dance. Lizzi dan Kanza sekarang berada di tim yang sama untuk project mereka yang baru. Mereka akan tampil di acara Dies Natalis kampus mereka yang akan diselenggarakan bulan depan. “Makasih..” Kanza tersenyum manis. “Ya udah yuk sekarang kita mulai latihan, tuh anak yang lain juga udah pada kumpul.” Kanza menunjuk beberapa orang teman mereka yang sedang duduk di depan kaca besar studio latihan itu. Ini hari pertama mereka mulai latihan untuk project

    Last Updated : 2021-06-11
  • Luka dan Rahasia   Enam: Sang Sopir

    DU-DU-DU-TANG-TANG-TANG-TANG!!!“Lizzi!!! Itu apaan sih berisik banget?” Teriak Mama Ari yang sedang maskeran di ruang tengah.Lizzi yang sedang menikmati sarapannya di meja makan buru-buru mengambil handphone-nya yang berada di meja ruang tengah.Iya, yang tadi itu ringtone handphone-nya Lizzi.“Padahal kan hpnya deket Mama, hufft.” Ucap Lizzi sambil cemberut.“Kamu liat dong, ini mamah lagi maskeran.” Ucap Mama nya.Sebelum mengangkat teleponnya, Lizzi melirik sekilas Mama nya yang sedang berusaha mempertahankan masker wajahnya itu agar tidak retak.“Halo, Pah?” Ucap Lizzi di telepon.“Lizzi, kamu ada jadwal kuliah hari ini?” “Ada, Pah. Tapi siang.”“Nah, kamu bisa anterin dokumen papa dulu nggak sebelum pergi ke kampus? Ada dokumen yang ketinggalan nih.. yah? Yah?”Hmm.. Papa

    Last Updated : 2021-07-26
  • Luka dan Rahasia   Tujuh: Teror

    Lizzi menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya. Gray Corp? Bukankah ini perusahaan Ayahnya Bryan? Pikirnya. Ia datang ke perusahaan itu untuk mengantarkan berkas-berkas yang ayahnya butuhkan untuk meeting. Ia melangkah masuk menuju lobby sambil mengecek kembali lokasi yang dikirimkan Papahnya. Dan benar di gedung ini.Sesampainya di lobby, ia menelpon ayahnya yang telah mengutusnya ke sini.“Halo, Pah? Aku udah di Gray Corp. Papah di mana?”“Papah di lantai 20 ruang meeting C, nanti dari lift kamu terus ke kanan. Papah tunggu di luar ruangan.”“Oke aku ke sana.” Lizzi berjalan sesuai petunjuk pria itu.Ia menaiki lift ke lantai 41. Setelah sampai di lantai tersebut, ia belok kanan. Ia melihat Papa nya dengan setelan berwarna biru gelap sedang menunggu dekat pintu.“Pah!” Panggil Lizzi sambil melambaikan map hijau itu ke atas.Papanya tersen

    Last Updated : 2021-07-26
  • Luka dan Rahasia   Delapan: Trauma

    Alexa sedang bergegas untuk berangkat ke kantor namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar handphone ibunya berdering. Sementara itu, ibunya sedang pergi ke toserba. Alexa memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut, barang kali ada hal penting. “Hallo-” Sapaan Alexa langsung dipotong begitu saja oleh si penelepon. “Edwin bunuh diri di penjara, semua ini terjadi karena anak itu ingin mengorek kejadian masa lalu. Lima tahun lalu saya suruh kamu buat meyakinkan anak itu bahwa kecelakaan itu tidak disengaja, apa yang kamu lakukan, hah!?” Alexa mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan apa yang orang tersebut bicarakan. “Maaf, ini dengan siapa ya?” tanya Alexa. Namun setelah beberapa detik tidak terdengar suara, lalu sambungan telepon itu terputus. Alexa dibuat bingung. Tidak lama kemudian terdengar suara gerbang yang terbuka. Ternyata ibunya telah datang. “Barusan ada telepon.” Kata Alexa setelah ibunya memasuki rumah me

    Last Updated : 2021-11-11
  • Luka dan Rahasia   Sembilan: Mask On

    Range rover itu melesat cepat di jalanan. Han mengejar mobil berwarna putih di depannya mengikuti lokasi nomor telepon yang dilacak oleh Chandra. Ciiittttt. Ban berdecit saat Han yang sedang memacu mobilnya dengan kencang tiba-tiba menepi untuk memblokir jalan mobil berwarna putih itu. Han segera turun dari mobilnya. Sementara Chandra hanya mengamati dari dalam mobil. Tok..tok..tok.. Han mengetuk kaca jendela mobil putih itu dengan kasar. Wanita itu dengan elegannya membuka pintu dan turun dari mobilnya. Matanya menyipit menelisik lelaki di hadapannya. Hingga beberapa detik kemudian matanya membola. “Reyhan?” tanya wanita itu sedikit terkejut. Han berdecak. Ia heran dengan reaksi wanita itu yang seperti baru pertama kali melihatnya setelah sekian lama tidak bertemu. Padahal Han yakin wanita itulah yang mengawasinya akhir-akhir ini dan berusaha menyingkirkan barang bukti. “Apa yang Anda lakukan pada Edwin?” Tanya Han t

    Last Updated : 2021-11-11
  • Luka dan Rahasia   Sepuluh: Accidentally, Double Date?

    Setelah kunjungan Calvin yang mendadak tadi sore. Untungnya rencana Han dan Alexa malam ini tidak batal. Han dan Alexa memutuskan untuk pergi ke bioskop untuk sekedar melepas penat setelah seminggu ini bekerja. Lagi pula besok weekend. Mereka pergi menggunakan Range Rover milik Han. Dalam perjalanan, seperti biasa, Alexa tak pernah berhenti berceloteh. “Han, Lizzi itu siapa?” Tanya Alexa yang seketika membuat lelaki yang berada di depan kemudi itu menoleh ke arahnya. “Kenapa emangnya?” Tanya Han. “Kepo banget sih.” Lelaki itu mendelik. Alexa menunjukkan senyuman anehnya pada Han. Han yang melihatnya langsung mengerutkan keningnya. “Itu loh.. cewek yang beberapa hari lalu nabrak lo pas mau meeting.” “Apaan sih.. bukan siapa-siapa.” Jawab Han seadanya. Perhatiannya kembali fokus pada jalan raya di depannya. Alexa menyipitkan matanya pada Han. Ia tidak percaya dengan jawaban Han. “Bukan siapa-siapa tapi

    Last Updated : 2021-11-11
  • Luka dan Rahasia   Sebelas: Aku Minta Maaf

    Alexa menoleh pada Han yang sedang fokus di depan kemudinya. Han bersikeras untuk mengantar Alexa pulang setelah mereka selesai menonton bioskop meskipun awalnya Alexa menolak.“Lo nggak suka filmnya?” Alexa menyadari saat di bioskop tadi Han tidak benar-benar menaruh perhatiannya pada film itu. Ia hanya sibuk memerhatikan Lizzi yang duduk di sebelah kiri lelaki itu.Han tersenyum lembut. “Suka kok. Seru banget.”Alexa menatap ragu pada Han. Ia terus memandangi lelaki itu dari sudut matanya.Sementara itu, di dalam benak Han, ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di bioskop tadi.Flashback OnBryan memberi ciuman singkat pada bibir Lizzi.“Bryan!” protesnya tidak terima. Tolonglah film ini tengah berada di konfliknya.Bryan mendekatkan kembali wajahnya pada Lizzi. Lelaki itu terus mengikis jaraknya dengan Lizzi. Namun tiba-tiba Han menahan bahu Bryan.

    Last Updated : 2021-11-27
  • Luka dan Rahasia   Dua Belas: I'm Begging You

    “Aku berterima kasih pada takdir, sekaligus marah padanya.” ***** Flashback On Awan hitam mulai menutupi langit Jakarta sore itu. Mungkin hujan akan segera turun sebentar lagi. Han sedang duduk di dekat gerbang sekolah elit, menunggu seseorang yang tak kunjung ia temukan sejak tadi, Lizzi. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan gadis itu karena ia sibuk dengan beberapa urusan setelah ibunya yang meninggal karena kecelakaan beberapa hari lalu. Selain itu, ia juga pindah ke rumah baru untuk bekerja sebagai tutor sebaya di rumah keluarga Gray dan tinggal di sana. Nomor hp Lizzi pun tidak aktif. Karena itu ia berinisiatif untuk menemui gadis itu di sekolahnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada satpam yang berada di sana. “Pak, kelas 9-2 bubar jam berapa ya?” “Kelas 9 udah pada pulang jam 3 sore tadi.” H

    Last Updated : 2022-02-16

Latest chapter

  • Luka dan Rahasia   Lima Belas: Cross The Line

    “Proses produksi kita sudah 70%, kita nggak mungkin menghentikan proses produksi dengan konsekuensi kerugian yang besar.” Pagi hari di ruang meeting Gray Corp sudah dipenuhi dengan berbagai perdebatan.“Tapi jika kita melanjutkan produksi, merek kita akan di tuding melakukan plagiarisme. Design produk kita 100% mirip dengan produk yang baru dirilis perusahaan itu. Kecuali jika kita menyelidiki siapa yang telah membocorkan ide design kita dan membuktikan bahwa ide kita di curi.”“Kita bisa beralibi bahwa model produk kita mengikuti trend furnitur sekarang. Wajar jika ada kemiripan.”Han mengerutkan keningnya. Tangannya bertumpu pada lengan kursi yang sudah ia duduki selama lebih dari satu jam. Sedari tadi ia mendengarkan perdebatan dari divisi produksi di ruang rapat tersebut.“Kita tidak mengikuti trend, kita menciptakan trend.” Han bersuara yang membuat

  • Luka dan Rahasia   Empat Belas: Broken Inside

    Lizzi dan Bryan sudah berada dalam mobil Bryan dalam perjalanan menuju rumah Lizzi. Melihat Bryan yang hanya diam saja dari tadi, Lizzi jadi merasa tidak nyaman. Ia segera membuka suara.“Kamu marah?” tanya Lizzi.Namun yang ditanya tetap bergeming. Tetap fokus pada kemudi.Lizzi menyentuh lengan Bryan. “Bry..”Seketika Bryan menoleh. “Eh, kenapa?”Lizzi mengerutkan keningnya. Tidak biasanya Bryan tidak mendengar ucapannya. “Kamu marah sama aku? Gara-gara di Poliklinik tadi?”“Oh itu...” Kata Bryan.“Kamu jangan salah paham, tadi aku hampir jatuh dan Kai buru-buru megangin aku.” Ucap Lizzi yang takut kekasihnya itu salah paham.Bryan menoleh sebentar pada Lizzi. Ia mengusap-usap kepala Lizzi. “Iya aku paham.” Ucapnya sembari tersenyum. “Lain kali kalo dance hati-hati. Aku nggak mau kamu cidera, luka, atau apapun itu.” Tambah

  • Luka dan Rahasia   Tiga Belas: Menyerah?

    “Wah.. wah.. ada yang nonton nggak ngajak-ngajak nih.” Ucap Chandra saat ia bertemu dengan Han di tempat gym apartemen mereka. Han yang sedang berlari di treadmill sedikit terkejut melihat Chandra yang tiba-tiba datang entah dari mana. “Tau dari mana lo?” Tanya Han. “Dari snapgram nya Alexa lah..” Ucap Chandra. Han tertawa kecil. “Ini nih yang namanya pecekor.” Chandra sambil menunjuk-nunjuk Han. Han mengerutkan keningnya. “Apaan tuh?” “Perebut Cewek Orang. Masa nonton berdua doang, hufttt.” Entah datang dari mana keberanian Chandra untuk menuduh bosnya sendiri seperti itu. “Dihh.. ngarang banget nih orang.” Balas Han tanpa menghentikan treadmill-nya. “Bos mau jadi orang ketiga di Chanxa?” Ucap Chandra semakin ngawur. Han mengerlingkan matanya. Ia benar-benar heran mengapa di perusahaannya bisa ada pegawai sekurang ajar ini. “Heh Chanxa itu nggak pernah ada, ya! Alexa yang bilang. Jang

  • Luka dan Rahasia   Dua Belas: I'm Begging You

    “Aku berterima kasih pada takdir, sekaligus marah padanya.” ***** Flashback On Awan hitam mulai menutupi langit Jakarta sore itu. Mungkin hujan akan segera turun sebentar lagi. Han sedang duduk di dekat gerbang sekolah elit, menunggu seseorang yang tak kunjung ia temukan sejak tadi, Lizzi. Sudah beberapa hari ini ia tidak bertemu dengan gadis itu karena ia sibuk dengan beberapa urusan setelah ibunya yang meninggal karena kecelakaan beberapa hari lalu. Selain itu, ia juga pindah ke rumah baru untuk bekerja sebagai tutor sebaya di rumah keluarga Gray dan tinggal di sana. Nomor hp Lizzi pun tidak aktif. Karena itu ia berinisiatif untuk menemui gadis itu di sekolahnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk bertanya pada satpam yang berada di sana. “Pak, kelas 9-2 bubar jam berapa ya?” “Kelas 9 udah pada pulang jam 3 sore tadi.” H

  • Luka dan Rahasia   Sebelas: Aku Minta Maaf

    Alexa menoleh pada Han yang sedang fokus di depan kemudinya. Han bersikeras untuk mengantar Alexa pulang setelah mereka selesai menonton bioskop meskipun awalnya Alexa menolak.“Lo nggak suka filmnya?” Alexa menyadari saat di bioskop tadi Han tidak benar-benar menaruh perhatiannya pada film itu. Ia hanya sibuk memerhatikan Lizzi yang duduk di sebelah kiri lelaki itu.Han tersenyum lembut. “Suka kok. Seru banget.”Alexa menatap ragu pada Han. Ia terus memandangi lelaki itu dari sudut matanya.Sementara itu, di dalam benak Han, ia tidak bisa berhenti memikirkan apa yang terjadi di bioskop tadi.Flashback OnBryan memberi ciuman singkat pada bibir Lizzi.“Bryan!” protesnya tidak terima. Tolonglah film ini tengah berada di konfliknya.Bryan mendekatkan kembali wajahnya pada Lizzi. Lelaki itu terus mengikis jaraknya dengan Lizzi. Namun tiba-tiba Han menahan bahu Bryan.

  • Luka dan Rahasia   Sepuluh: Accidentally, Double Date?

    Setelah kunjungan Calvin yang mendadak tadi sore. Untungnya rencana Han dan Alexa malam ini tidak batal. Han dan Alexa memutuskan untuk pergi ke bioskop untuk sekedar melepas penat setelah seminggu ini bekerja. Lagi pula besok weekend. Mereka pergi menggunakan Range Rover milik Han. Dalam perjalanan, seperti biasa, Alexa tak pernah berhenti berceloteh. “Han, Lizzi itu siapa?” Tanya Alexa yang seketika membuat lelaki yang berada di depan kemudi itu menoleh ke arahnya. “Kenapa emangnya?” Tanya Han. “Kepo banget sih.” Lelaki itu mendelik. Alexa menunjukkan senyuman anehnya pada Han. Han yang melihatnya langsung mengerutkan keningnya. “Itu loh.. cewek yang beberapa hari lalu nabrak lo pas mau meeting.” “Apaan sih.. bukan siapa-siapa.” Jawab Han seadanya. Perhatiannya kembali fokus pada jalan raya di depannya. Alexa menyipitkan matanya pada Han. Ia tidak percaya dengan jawaban Han. “Bukan siapa-siapa tapi

  • Luka dan Rahasia   Sembilan: Mask On

    Range rover itu melesat cepat di jalanan. Han mengejar mobil berwarna putih di depannya mengikuti lokasi nomor telepon yang dilacak oleh Chandra. Ciiittttt. Ban berdecit saat Han yang sedang memacu mobilnya dengan kencang tiba-tiba menepi untuk memblokir jalan mobil berwarna putih itu. Han segera turun dari mobilnya. Sementara Chandra hanya mengamati dari dalam mobil. Tok..tok..tok.. Han mengetuk kaca jendela mobil putih itu dengan kasar. Wanita itu dengan elegannya membuka pintu dan turun dari mobilnya. Matanya menyipit menelisik lelaki di hadapannya. Hingga beberapa detik kemudian matanya membola. “Reyhan?” tanya wanita itu sedikit terkejut. Han berdecak. Ia heran dengan reaksi wanita itu yang seperti baru pertama kali melihatnya setelah sekian lama tidak bertemu. Padahal Han yakin wanita itulah yang mengawasinya akhir-akhir ini dan berusaha menyingkirkan barang bukti. “Apa yang Anda lakukan pada Edwin?” Tanya Han t

  • Luka dan Rahasia   Delapan: Trauma

    Alexa sedang bergegas untuk berangkat ke kantor namun langkahnya tiba-tiba terhenti saat mendengar handphone ibunya berdering. Sementara itu, ibunya sedang pergi ke toserba. Alexa memutuskan untuk mengangkat telepon tersebut, barang kali ada hal penting. “Hallo-” Sapaan Alexa langsung dipotong begitu saja oleh si penelepon. “Edwin bunuh diri di penjara, semua ini terjadi karena anak itu ingin mengorek kejadian masa lalu. Lima tahun lalu saya suruh kamu buat meyakinkan anak itu bahwa kecelakaan itu tidak disengaja, apa yang kamu lakukan, hah!?” Alexa mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan apa yang orang tersebut bicarakan. “Maaf, ini dengan siapa ya?” tanya Alexa. Namun setelah beberapa detik tidak terdengar suara, lalu sambungan telepon itu terputus. Alexa dibuat bingung. Tidak lama kemudian terdengar suara gerbang yang terbuka. Ternyata ibunya telah datang. “Barusan ada telepon.” Kata Alexa setelah ibunya memasuki rumah me

  • Luka dan Rahasia   Tujuh: Teror

    Lizzi menatap bangunan yang menjulang tinggi di hadapannya. Gray Corp? Bukankah ini perusahaan Ayahnya Bryan? Pikirnya. Ia datang ke perusahaan itu untuk mengantarkan berkas-berkas yang ayahnya butuhkan untuk meeting. Ia melangkah masuk menuju lobby sambil mengecek kembali lokasi yang dikirimkan Papahnya. Dan benar di gedung ini.Sesampainya di lobby, ia menelpon ayahnya yang telah mengutusnya ke sini.“Halo, Pah? Aku udah di Gray Corp. Papah di mana?”“Papah di lantai 20 ruang meeting C, nanti dari lift kamu terus ke kanan. Papah tunggu di luar ruangan.”“Oke aku ke sana.” Lizzi berjalan sesuai petunjuk pria itu.Ia menaiki lift ke lantai 41. Setelah sampai di lantai tersebut, ia belok kanan. Ia melihat Papa nya dengan setelan berwarna biru gelap sedang menunggu dekat pintu.“Pah!” Panggil Lizzi sambil melambaikan map hijau itu ke atas.Papanya tersen

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status