Share

Ayo Kawin Lari

Author: Maheera
last update Last Updated: 2024-07-03 21:59:43

"Banyak arti perihal rindu. Namun, bila bersamamu belum tentu aku bisa mengatakannya."

-------------------------

Farida duduk di pinggiran ranjang dengan hati gelisah. Dia menggigiti ujung-ujung kuku untuk menenangkan gemuruh yang berputar-putar di dada. Selalu begitu setiap malam. Berkali-kali menatap ke arah jendela yang tirainya sengaja dia buka separuh, tetapi sosok yang ditunggu belum jua datang.

Gadis delapan belas tahun yang sedang ranum itu, menunggu kekasih hati yang setiap malam akan menemuinya dari balik jendela. Tentunya sang lelaki menyusup pelan-pelan seperti kucing yang takut ketahuan sedang mengintai mangsanya. Dengan menyurukkan wajah di balik topi dan kain sarung yang ditutupkan ke tubuhnya, Nusa--nama lelaki itu--akan mengetuk kaca jendela kamar si gadis.

Kegelisahan Farida usai saat kaca jendelanya ada yang mengetuk. Farida tersenyum lega, lalu mendekat. Dia membuka kaca yang melekat pada bingkai jendela, demi bisa melihat wajah sang pujaan.

"Ah, Uda ... mengapa lama sekali datangnya. Waktu terasa lambat sekali berputar sekarang," ucap Farida pelan dari balik jendela.

"Maafkan Uda. Hari ini banyak sekali orang datang ke toko. Rang kayo Hamzah lambat pula menutup toko. Tidak tahu dia kalau ada jantung yang bertalu-talu dilanda rindu."

Farida tersenyum mendengar ucapan Nusa. Dia menunduk menyurukkan wajah karena malu. Untung saja lampu kamar telah diredupkan, kalau tidak, mungkin Nusa bisa melihat pipi putih bak pualam Farida memerah seperti diberi pupur wajah.

"Duh, cantik nian engkau malam ini. Bolehkah Uda menciummu?"

Semakin kencanglah dada Farida berdetak. Ada yang berdebur di sana, keras membuncahkan perasaan bahagia bercampur segan.

"Jangan Uda, tak elok seperti itu. Tahanlah sampai kita menikah." Farida berusaha mengalahkan bisikan-bisikan setan. Walau bagaimanapun, dia sudah terdidik menjadi gadis yang tahu dengan malu, raso pareso, dan adap.

"Kapan kita menikah? Rasanya Uda putus asa menunggu Ayahmu merestui hubungan kita. Tidakkah kau dengar apa jawaban Ayahmu saat Uda datang meminang dua bulan yang lalu?"

Suara Nusa terdengar lirih bercampur geram. Dia Ingat bagaimana angkuhnya Ayah Farida bertanya apa yang dia punya untuk melamar gadis yang terkenal sebagai 'kambang desa' tersebut. Nusa hanya menjawab dia sangat mencintai Farida. Namun, jawaban itu tak memuaskan hati sang Datuak.

Menurut tambo, keluarga Farida masih memiliki garis kebangsawanan dari leluhur mereka. Mereka memiliki banyak sawah dan tanah yang merupakan warisan turun temurun. Selain pusako tinggi milik Amainya, keluarga mereka juga memiliki pusako rendah yang merupakan hasil usaha kedua orang tuanya. Dan Farida merupakan anak perempuan satu-satunya di keluarga, tentu saja sang ayah sangat menyeleksi siapa yang akan menjadi menantunya. Jangan sampai salah menikahkan, bisa-bisa mamutih mato melihat penderitaan sang putri nanti.

Farida tak bisa mencegah hatinya berdenyut nyeri melihat wajah Nusa yang berkabut. Meski lampu temaram, tetapi dia bisa melihat sorot kecewa di iris gelap milik si lelaki.

"Maafkanlah Ayah, Uda. Ayah hanya ingin memastikan kalau Uda benar-benar mencintai Farida, bukan harta keluarga."

"Tetap saja hatiku sakit mendengar hinaan Ayahmu. Mengatakan aku lelaki miskin yang ingin menumpang hidup pada keluargamu setelah kita menikah nanti." Kali ini suara Nusa menderum rendah.

Farida hanya mendesah pelan mendengar ungkapan kekecewaan sang kekasih. Dia tak bisa menyalahkan sikap ayahnya, semua dilakukan untuk menjaganya dari lelaki yang salah. Akan tetapi, Nusa juga tak keliru. Mereka saling mencintai. Cinta tak butuh alasan, tak melihat status, dan kekayaan. Sayangnya, sang ayah tak mengerti itu.

"Bagaimana kalau kita kawin lari saja?"

Mata Farida membesar mendengar ide yang keluar dari bibir Nusa. Sekalut-kalutnya dia memikirkan hubungan keduanya, tak pernah terpikir oleh Farida untuk melarikan diri dengan Nusa. Sebagai seorang gadis, dia juga memiliki impian mengenakan baju anak daro, memakai sunting, memerahkan jemari tangan dengan inai, dan diarak keliling kampuang oleh para bako.

Namun, melihat reaksi sang ayah, harapan itu akan tertiup angin lalu saja bila dia masih keras hati bersama Nusa.

"Kenapa kau diam, Farida? Tak cintakah engkau pada Uda?" Suara Nusa menyadarkan si gadis yang memiliki dagu bak lebah bergantung.

Farida menggeleng lemah.

"Bukan seperti itu. Kawin lari sangat tidak elok untuk masa depan kita. Bagaimana nanti jika Uda tidak berbuat baik padaku? Sementara aku telah memutus tali darah dengan kedua orang tuaku. Sebaiknya dicoba lagi Uda. Siapa tahu Ayah berubah pikiran."

"Ah! Malas aku bicara lagi pada Ayahmu. Cukup sudah aku dihina, pantang bagiku maulang kaji. Hasilnya sama saja!" ujar Nusa ketus.

Kata-kata itu menorehkan ngilu dia dada Farida. Tak pernah ada yang berkata ketus pada dia sebelumnya, tetapi Nusa ....

"Kalau begitu biarkan aku berpikir Uda. Banyak yang harus kukorbankan bila kawin lari dengan Uda. Tak bisa kuputuskan malam ini."

Mendengar jawaban Farida, wajah Nusa seketika mengelam. Dia memukul bingkai jendela dengan tangannya, lalu pergi meninggalkan Farida yang menahan perih di dada.

*

Nusa baru memasukkan satu suapan nasi ke dalam mulut saat teleponnya berdering. Dia merogoh benda enam inci tersebut dari dalam saku celana. Nusa memasang suara notifikasi khusus untuk kontak Farida. Oleh karena itu dia rela menunda rasa lapar untuk membaca pesan apa gerangan yang dikirim gadis yang membuatnya tergila-gila.

Tangan Nusa lincah membuka aplikasi berlogo telepon. Mata lelaki itu membesar ketika membaca pesan yang dituliskan Farida. Gadis itu mengatakan akan menunggunya di satu-satunya terminal antar kota-antar provinsi di desa mereka. Entah apa yang merasuki pikiran gadis tersebut. Semalam dia menolak mentah-mentah, tetapi sekarang.

Nusa kembali membaca pesan baru yang masuk. Farida mengatakan telah menunggu di sana. Kontan saja si lelaki menyudahi makannya. Perutnya kenyang seketika membayangkan sang gadis pujaan menunggu di sana. Mencuci tangan di kobokan, lalu membayar makanan yang tak habis kepada kasir. Setelah pembayaran selesai, lelaki itu bergegas kembali ke rumah untuk mengemasi beberapa potong pakaiannya.

Sementara di terminal, Farida menunggu dengan mata sembab dan wajah kusut masai. Rambut panjang bak mayang terurai diikat asal dengan karet gelang. Tangan gadis itu menenteng satu tas kecil yang berisi tiga helai pakaian saja.

Benak gadis itu kembali memutarkan potongan-potongan pertengkaran dengan sang ayah. Lelaki itu mengatakan telah menjodohkan Farida dengan seorang putra toke beras yang berjualan di pasar Kota Padang. Jelas saja si gadis menolak. Dia mengatakan hanya akan menikah dengan Nusa, bila tak diijinkan dia akan melarikan diri dari rumah.

Seperti disiram bensin, amarah Datuak Sinai berkobar. Tak pernah dia mengajari putrinya membantah. Dia selalu menanamkan nasehat, 'Nagari bapaga undang. Kampuang bapaga buek, tiok lasung ba ayam, salah tampuah buliah diamuk.' Yang artinya, semua harus hidup dengan norma-norma baik yang tertanam di dalam masyarakat. Tahu di mana menempatkan diri. Pantang membantah orang tua. Namun, yang dilakukan Farida lebih dari itu. Putri delapan belas tahun yang lalu dia azankan, kini sudah berani menentang demi seorang lelaki yang tak jelas juntrungannya. Datuk Sinai pun memberi pilihan kepada putrinya, menikah dengan lelaki pilihannya atau pergi dari rumah.

Tak berpikir panjang dan dalam, dengan letupan emosi di dada, Farida mengemasi beberapa helai baju, mengabaikan nasehat bundanya. Cinta dan hasrat ingin bersama Nusa, menumpulkan hati si gadis. Dia mencampakkan kasih sayang orang tua demi lelaki yang baru beberapa bulan dia kenal. Cinta butanya mampu melindas pengorbanan kedua orang tuanya tanpa sisa.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Indah Wirdianingsih
keren ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Luka Perselingkuhan   Lelaki Manipulatif

    "Sejahatnya lelaki adalah yang mempermainkan pikiran dan hati wanita untuk kepentingan pribadinya."----------------------Farida terbangun saat azan magrib berkumandang. Dia merasakan udara begitu dingin berembus masuk ke dalam kamar. Perempuan itu berusaha bangun meski kepayahan. Seluruh sendi tubuhnya terasa ngilu dan penat. Andai saja tak bertumpu pada kaki tempat tidur, tentu dia tak bisa berdiri dengan sempurna. Farida berjalan meraba-raba ke arah jendela yang terbuka. Dari sana rupanya udara dingin menyusup. Dahinya berkerut melihat cahaya di rumah-rumah tetangga begitu benderang. Namun, di tempatnya gelap gulita. Dia berpikir apa terjadi korsleting di rumahnya atau apa?Pelan-pelan Farida mencari kontak lampu. Beberapa kali mencoba memencet, tetapi lampu tak juga menyala. Perempuan itu kembali tersandar ke dinding dengan napas terengah-engah. Sejak kecil Farida takut pada gelap. Dia merasa ada seseorang keluar dari kegelapan tersebut, lalu menerkamnya. Oleh karena itu dia sela

    Last Updated : 2024-07-03
  • Luka Perselingkuhan   Cinta Tak Menyakiti

    "Wanita adalah penipu ulung. Dia mampu menahan perihnya luka dan tetap tersenyum seolah-olah semua baik-baik saja."----------------------Pagi-pagi sekali Farida sudah bangun. Dia melihat ranjang di sebelahnya masih rapi, pertanda Nusa tak pulang lagi semalam. Sudah satu minggu sejak lelaki itu meminta izin untuk menikah lagi. Sejak saat itu, tak terlihat batang hidungnya pulang ke rumah. Padahal janji sudah lelaki itu ucap, tetapi Farida tahu lidah Nusa sudah terlatih berdusta setahun ini. Jadi, berbohong lagi bukan masalah bagi si lelaki.Perempuan itu mengikat rambutnya dengan karet gelang, lalu bangkit hendak ke kamar mandi hendak bersiap-siap. Sejenak dia terpaku menatap pantulan seorang perempuan di dalam cermin yang digantung di dinding dekat jendela. Wajah kusam dengan lingkar hitam di sekitar mata. Bibirnya tak lagi seranum dulu, kini bagian yang dulu menjadi candu sang suami kering terkelupas. Pipinya yang tirus juga menunjukkan Farida banyak kehilangan bobot tubuh. Dulu,

    Last Updated : 2024-07-03
  • Luka Perselingkuhan   Kejam

    "Jika aku bukanlah dermagamu, mengapa tak kau lepas ikatan yang mengekang langkahku? Malah kau hadiahkan luka sedalam samudera. Salahku, memasung hati hanya padamu."--------------------"Eh, Farida, suamimu, kok, jarang keliatan, ya?" tanya seorang tetangga saat perempuan itu pulang bekerja.Farida tersenyum tipis. Selalu pertanyaan yang sama ditanyakan kepadanya oleh tetangga yang berpapasan. Entah apa kepentingan mereka. Oleh sebab itu dia tak pernah sekalipun bercerita masalah rumah tangga kepada siapa pun, kecuali Buk Ratih."Uda Nusa sering lembur akhir-akhir ini, Uni." Farida menjawab sambil lalu.Alih-alih berhenti bertanya, sang tetangga sepertinya belum puas hingga menyusul Farida yang hendak membuka pintu kontrakannya."Eh, Farida, kau jangan terlalu percaya sama suamimu itu. Bilang lembur, aslinya dia kawin lagi, lho."Farida tertegun sebentar. Kabar pernikahan Nusa rupanya sudah tersiar ke semua orang."Kau ini, dibilangin suamimu kawin lagi diam aja. Apa benar itu?""Say

    Last Updated : 2024-07-03
  • Luka Perselingkuhan   Terusir

    "Bukan tentang luka yang entah kapan pulih, tetapi hati yang masih menyelisih perihal cinta."------------------------------Farida masih termenung duduk di lantai. Pandangannya nanar menatap pintu kamar yang dihajar Nusa sebelum pergi. Habis sudah seluruh dinding rumah yang terbuat dari triplek, retak-retak ditinju lelaki tersebut. Setiap Nusa murka, semua menjadi pelampiasan amarahnya. Barang-barang pecah belah tak ada lagi tersisa, bahkan lemari kaca yang dibeli setelah menabung setahun, hancur ditendang, hanya gara-gara Farida tak bisa mencarikan uang untuk membayar angsuran motor yang menunggak.Triplek saja retak, lemari pecah, apalagi tubuh Farida yang gemar dipukuli si lelaki. Namun, luka tubuh tak seberapa dibanding luka hati. Selama ini dia hanya diam menerima semua hinaan sang suami. Sebuah kesalahan yang seharusnya bisa dicegah sejak awal. Andai saja, saat pertama Nusa menjatuhkan tangan, dia memberontak, tentu lelaki itu tak berani berbuat lebih. Salahnya yang diam dan me

    Last Updated : 2024-07-17
  • Luka Perselingkuhan   Menantang Nestapa

    "Aku akan bertahan sekuat aku bisa. Namun, saat aku memutuskan pergi, percayalah ... menoleh pun tak sudi."--------------------"Buk Ratih?"Farida mencoba tersenyum, meski canggung saat majikan perempuannya ikut memunguti semua pakaian yang tercecer."Tak usah, Buk. Biar aku saja ...."Farida meminta secara halus kain di tangan Buk Ratih. Alih-alih mendengar, dia malah menjawab. "Sudah, kemasi saja semua bajumu, lalu ikut aku ke rumah."Farida hendak menolak, tetapi Buk Ratih lebih dulu memotong."Tak usah banyak alasan. Kau di rumahku sampai si Nusa pulang. Lagi pula tak ada saudara yang bisa kau tumpangi di kota ini, kan?"Helaan napas panjang dan lemah keluar dari bibir Farida yang memucat. Dia tak lagi membantah. Apa yang dikatakan Buk Ratih benar adanya. Dia tak memiliki sanak saudara di kota ini. Masih untung sang majikan mau berbaik hati menampungnya."Makasih, Buk. Maaf, aku merepotkan."Buk Ratih tak menjawab. Dia menggandeng lengan Farida untuk masuk kembali ke dalam mobil

    Last Updated : 2024-07-17
  • Luka Perselingkuhan   Suami Zalim

    "Berbuatlah semaumu, lukai hatiku sedalam yang engkau bisa. Namun, saat semua sudah dibatas akhir, saat itulah kau menyadari, cinta sejati itu aku."---------------------Farida tak tahu hendak dibawa ke mana. Dia hanya diam duduk di belakang Nusa. Tatapan perempuan itu kosong. Masih terbayang raut cemas dari Buk Ratih. Ingin rasanya kembali ke rumah sang majikan, tetapi dia takut Nusa berbuat lebih kejam. Tiga tahun bersama sang suami, Farida paham, Nusa tipe temperamental. Mudah saja bagi lelaki tersebut melayangkan tangan serta makian. Setelah amarahnya reda, si lelaki akan kembali baik seolah-olah tak terjadi apa-apa. Lupa bahwa ucapan kasar lebih menyakitkan dari pada siksa fisik. Luka di raga mungkin bisa sembuh, tetapi luka batin akan terus ada selama ingat siapa yang menorehkan. Farida tak mau Buk Ratih ikut menanggung getah dari pernikahannya yang sekarat.Lamunan Farida tersadar saat sepeda motor Nusa berhenti di depan rumah permanen. Perempuan itu melihat ke sekeliling. Mat

    Last Updated : 2024-07-17
  • Luka Perselingkuhan   Kedengkian Aida

    "Pernahkah kau merasa lelah? Saat apa yang kau lakukan tak pernah dihargai. Menyerah? Tentu saja tidak, tetapi hati mulai mati rasa.-------------------------Malam semakin menua, tetapi mata Farida tak mau juga terpejam. Tidur di ruang tamu, beralaskan lapiak pandan pemberian Aida, tanpa bantal, tak membuatnya merasa terhina. Apa yang dilakukan Nusa jauh lebih kejam dari itu. Jika selama tiga tahun dia bisa bertahan, kenapa perkara tidur saja harus dipermasalahkan? Hatinya pun juga begitu, tak ada lagi getar cemburu membayangkan sang suami tidur di kamar bersama sang madu. Justru dia sangat bersyukur tak perlu meladeni Nusa.Perempuan yang belum berganti pakaian sejak datang, menatap langit-langit ruang tamu dengan menjadikan tangan kiri sebagai bantalan, sementara tangan kanan diletakkan di atas perut. Otaknya mengira-ngira apa yang akan dilakukan Aida padanya. Sejak awal masuk ke rumah, dia sudah merasakan aura permusuhan diuarkan si perempuan. Tatapan mata saja seolah-olah ingin

    Last Updated : 2024-07-17
  • Luka Perselingkuhan   Talak

    "Aku akan bertahan sekuat aku bisa. Namun, bila telah memutuskan melangkah pergi jangan pernah berharap aku kembali."-----------------Tak terasa, hampir satu bulan Farida tinggal serumah dengan Nusa dan Aida. Nyaris semua pekerjaan rumah dia yang mengerjakan. Sementara Aida lebih banyak menghabiskan waktu tidur-tiduran di dalam kamar. Hidup istri kedua Nusa itu sangat mewah. Entah bagaimana si lelaki mencukupi gaya hidup yang seperti itu. Dia tak mau ambil pusing. Toh, dia sudah tak memiliki rasa apa-apa lagi kepada Nusa. Satu-satunya alasan Farida bertahan karena statusnya masih istri si lelaki."Uni, tolong buatkan aku teh hangat. Dari tadi perutku tak enak." Suara Aida terdengar lembut sekali. Dia menoleh ke arah Nusa yang merangkul bahunya. Lelaki itu tersenyum sambil mengusap bahu sang istri.Farida yang sedang membersihkan meja makan, melangkah ke dapur. Dia memasak air untuk membuat teh. Sekalian kopi untuk Nusa. Dua sendok gula dan sesendok kopi dituang ke dalam gelas. Aroma

    Last Updated : 2024-07-17

Latest chapter

  • Luka Perselingkuhan   Menjemput Impian

    Fatma tak bisa membendung air mata saat nama Farida bergaung di dalam auditorium sebagai salah satu mahasiswi yang diwisuda. Bukan hanya selesai tepat waktu, tetapi putrinya juga tercatat sebagai salah satu peraih nilai terbaik di angkatannya. Semua doa yang dilangitkan di setiap sujud, dibayar lunas oleh Allah dengan keberhasilan putrinya itu.Terbayang semua jerih payah Farida untuk bisa menyelesaikan pendidikannya. Bukan hanya masalah akademik, tetapi badai kehidupan yang tak jemu menghantam. Namun, semua mampu dilewati oleh putrinya itu dengan kesabaran. Fatma sangat salut dengan ketabahan Farida. Benar adanya, ujian demi ujian yang diberikan Tuhan bukan untuk melemahkan, tetapi menempa pribadi menjadi lebih baik agar mampu memikul tanggung jawab yang lebih besar."Bunda ...." Suara Farida mengembalikan kesadaran Fatma yang melanglang buana ke masa lalu. Dia menoleh dan matanya menangkap sosok Farida telah berdiri di hadapan dengan memakai Toga. Senyum juga terulas di bibir sang

  • Luka Perselingkuhan   Membuka Hati

    "Aku ndak nyangka kamu serendah itu?"Sorot mata Elia terlihat marah saat mengatakan kalimat tersebut. Beberapa saat yang lalu, dia menghampiri Farida di kantin. Untung saja keadaan tempat tersebut tidak terlalu ramai."Maksud kamu apa?" tanya Farida dengan dahi berkerut. Teh es yang dia pesan tak jadi diminum karena Elia telanjur menyerangnya."Kamu itu munafik, Farida! Kamu cuek aja pas aku bilang soal Pak dokter. Kamu juga seolah-olah tak tertarik, ternyata kamu main belakang."Dahi Farida berkerut. Dia mencoba mencerna ucapan Elia. "Maksud kamu aku main belakang?"Elia melemparkan beberapa foto ke atas meja. Farida membeku melihat lembaran foto yang di dalamnya ada dia dan Iman. Sepertinya foto itu diambil dua hari yang lalu, saat mereka keluar dan mampir di lapak penjual jagung."Lihat! Betapa murahannya kamu. Meluk Pak dokter segala. Kamu tau aku suka sama dia, trus kamu pake cara licik untuk mendapatkan perhatiannya. Benarkan?"Farida menganjur napas perlahan. Suara Elia sangat

  • Luka Perselingkuhan   Kesempatan Kedua

    Farida berkali-kali mengintip dari balik jendela. Dia menyingkap gorden putih penutup jendela dan melihat Iman sedang berdiri tepat di seberang jalan. Perempuan itu mendesis. Dia membaca kembali pesan yang dikirim si lelaki satu jam yang lalu. Farida pikir Iman sudah gila. Bagaimana tidak, dia mengajak, lebih tepat memaksanya menemani dokter muda itu ke suatu tempat. Belum sempat Farida menolak, Iman terlebih dahulu mengirimkan pesan susulan yang bertuliskan, jika menolak, maka lelaki tersebut akan datang menjemput langsung ke kos-an."Tinggal sepuluh menit lagi. Kalau kamu ndak datang, aku jemput ke kos-an."Mata Farida melebar membaca pesan yang baru masuk dari Iman. Dia kembali mengintip dan melihat si lelaki sedang tersenyum ke arahnya. Sepertinya sang dokter tahu sedang diintip."Mau ke mana? Kenapa harus ajak aku?"Farida mengirim pesan balasan kepada Iman."Nanti kamu bakal tahu. Ayo, di luar mulai dingin."Decak keras keluar dari bibir Farida. Dia berjalan menuju lemari, lal

  • Luka Perselingkuhan   Curiga

    Sepanjang perjalanan tak sepatah kata dua insan itu berbicara. Hanya suara merdu Ari Lasso membawakan tembang lawas dari grup band Dewa 19 yang berjudul 'Cinta'kan membawamu kembali' menemani keduanya membelah jalan raya di pagi hari. Iman sesekali mencuri pandang ke arah perempuan yang selalu tampak cantik di matanya. Lelaki itu terkadang menertawakan diri sendiri, mengapa bisa begitu bucin kepada Farida? Dia seperti menjelma menjadi sosok yang lain bila berhubungan dengan perempuan tersebut.Entah apa yang terjadi pada dirinya. Di otak Iman, hanya Farida dan Farida. Mungkin dia sudah terkena tulah dari ucapannya sendiri. Mengatakan perempuan itu tak pantas, tetapi justru sekarang dia yang mengejar-ngejar. Ingin memulai pembicaraan, tetapi lidahnya tak mampu bergerak, seolah-olah diimpit beban puluhan ton.Begitupun Farida. Sejak naik ke mobil Iman, dia menghindari bersitatap. Dia mencoba terlihat setenang mungkin, padahal jantungnya sudah seperti orang berparade di dalam sana. Dari

  • Luka Perselingkuhan   Taktik Mendapatkan Cinta Kembali

    Hari demi hari dilalui Farida dengan belajar demi mengejar ketertinggalannya. Cuti selama satu semester membuatnya harus ekstra bekerja keras. Lagi pula hanya dengan cara itu dia bisa melupakan Iman. Lelaki itu masih terus menghantui ingatannya. Tak mudah melupakan apa yang terjadi di antara mereka. Kisah bersama Iman telah meninggalkan lubang besar di dada, menyarangkan luka serta kerinduan yang kerap membuatnya menangis sendirian di tengah malam. Kadang, bila rindu itu tak terbendung, dia menatap foto-foto saat masih bersama yang tersimpan di galeri teleponnya. Lalu dia akan tertidur dalam keadaan telepon masih menyala.Pagi ini, Farida tak terganggu sama sekali dengan celotehan teman-temannya, yang mengabarkan ada dosen baru yang akan masuk ke kelas mereka. Dia lebih suka membenamkan diri ke dalam diktat setebal 457 halaman. Dia juga tak peduli saat semua teman sekelasnya grasak-grusuk duduk di kursi masing-masing. Keadaan yang tadi riuh, mendadak sepi. Farida mengangkat pandangan

  • Luka Perselingkuhan   Hati yang Terusik

    "Saya sangat senang melihat perkembangan Farida. Semangatnya untuk bisa berjalan normal, luar biasa," puji dr. Wahyu yang selama ini menangani Farida. Matanya sesekali mengamati si perempuan yang sedang duduk di ruang tunggu. Ruang kerjanya disekat kaca transparan, sehingga bisa melihat keadaan di sekitarnya.Pujian itu disambut Fatma dengan senyum lega. Memang, Farida selalu bersemangat setiap kali jadwal terapi. Dia berusaha mengerjakan instruksi yang disampaikan oleh dokter atau pun perawat. Meski awalnya terlihat sulit, seringpula melihat sang putri meneteskan air mata karena kepayahan dan sakit menerjang otot dan tulang kaki, tetapi Farida tak menyerah. Dia akan berhenti saat terapi tersebut selesai."Jadi putri saya bisa berjalan seperti biasa lagi, dok?" tanya Fatma bersemangat, karena selama ini Farida berjalan dengan menyeret kakinya."Kali ini saya berani menjamin. Dibutuhkan sekitar dua kali terapi lagi. Sekarang saja sudah terlihat perubahannya. Jadi, tak butuh waktu lama

  • Luka Perselingkuhan   Kesempatan Itu Masih Ada

    Hari demi hari dijalani Farida dengan sabar. Datuk Sinai menyewakan sebuah rumah di Kota Padang, dekat dengan rumah sakit untuk mempermudah mobilisasi putrinya berobat. Jadwal fisioterapi Farida, sekali seminggu, tentu akan sangat merepotkan bila harus bolak-balik ke kota mereka. Tentu saja Fatma senang dengan keputusan sang suami. Selain bisa menemani sang putri, sudah lama dia ingin merasakan suasana tinggal di ibukota Provinsi Sumatera Barat tersebut.Kota Padang menyimpan banyak kenangan untuknya. Fatma menempuh pendidikan di kota tersebut. Di kota itu pula dia bertemu dengan sang suami. Banyak kisah yang terangkai dan tak mungkin bisa dilupakan begitu saja. Dia juga rindu teriakan pedagang keliling yang menjajakan barang dagangan mereka. Seperti pagi ini, Fatma menunggu tukang sayur langganannya di depan rumah.Mata Fatma menyipit melihat sepeda motor matic berhenti tepat di hadapan. Dia menganjur napas pelan ketika si pengendara membuka helmnya. Entah berapa kali lelaki tersebut

  • Luka Perselingkuhan   Melapangkan Maaf

    Farida hanya diam melihat sang bunda memasukkan semua pakaiannya ke dalam tas. Satu bulan lebih berada di rumah sakit, dengan pengawasan dan perawatan intensif dari dokter serta perawat, membuat kesehatannya membaik. Meski untuk berjalan, Farida harus menggunakan tongkat, tak masalah dari pada duduk di kursi roda.Menurut dokter, kecelakaan yang terjadi membuat tulang belakang Farida retak. Bagi sebagian kasus, sang pasien akan sangat susah untuk bisa berjalan. Namun, Tuhan masih menyelamatkan perempuan itu dari kelumpuhan. Dia hanya perlu melakukan fisioterapi secara rutin untuk melatih anggota tubuh agar bisa kembali normal seperti sedia kala."Bun, setelah ini aku ingin kembali ke kampus," ucap Farida, membuat gerakan tangan Fatma terhenti. Perempuan paruh baya itu mengangkat pandangannya, seraya mengulas senyum."Iya, tapi nanti setelah kondisimu jauh lebih baik. Ayah sudah mengajukan cuti perkuliahan ke kampusmu. Jadi, selama lima bulan ini kita akan fokus pada kesehatan agar kam

  • Luka Perselingkuhan   Tak Semudah Membalik Telapak Tangan

    Cahaya mentari bersinar tak terlalu terik. Sisa hujan tadi pagi masih menyisakan mendung yang bergelayut di awan. Fatma menyibak kain penutup jendela kamar tempat Farida di rawat, melihat air menggantung di ujung daun-daun Bunga bugenvil yang tumbuh tepat di depan jendela. Dia menghela napas pelan, sekadar mengisi paru-parunya dengan oksigen setelah beberapa waktu yang lalu sesak oleh banyak kejadian. Sudah dua hari putrinya dipindahkan dari ruang steril. Keadaan Farida jauh lebih baik. Perempuan tersebut sudah siuman dan bisa berkomunikasi, meski bicara terbata-bata."Ayah mana, Bun?"Pertanyaan Farida membuat Fatma memalingkan wajah menatap putrinya. Dia mendekat, seraya mengulas senyum. "Ayah baru keluar, katanya ada yang harus diurus." Tangan Fatma membelai pucuk kepala Farida, "makan dulu, ya? Bunda siapin."Farida menggeleng lemah. Dia menatap Fatma sangat lama. Beberapa waktu yang lalu, dia ingin menanyakan sesuatu, tetapi keadaannya belum terlalu stabil. Pengaruh obat bius s

DMCA.com Protection Status