Lewat satu jam pasukan berdiam diri dikelas sambil wifi an dan ghibah, akhirnya semuanya memutuskan untuk pulang dengan motor masing-masing, kecuali si mungil yang yang memang hari ini tidak membawa kendaraan.
"Bi, ikut gue aja kuy lah. Gue anterin," ucap Anggun pada Noura. Para sahabat Noura memang memanggil Bintang, dan orang orang terdekatnya memanggil seperti itu.
"ga usah!" 2 kata itu adalah hal yang tak bisa dibantah. Mau memaksapun jika ia sudah berkata tidak pasti tidak.
"ok dah, tiati dijalannya ye!" balas anggun.
Bintang hanya mengangguk sambil memasang earphone ditelinganya untuk menemani Noura disepanjang jalan menuju rumahnya. Fakta Rumah Noura yang paling jauh memang membuat ia malas untuk merepotkan orang lain termasuk sahabatnya.
"Bi kita tungguin aja dulu dah sampe ada angkot, tar diculik lagi. Pasti pada ngiranya lu tuh anak esempe."
"Syami syami, orang si Bibi pake rok abu. Pasti pada tau lah dia anak SMA atau SMK!" balas Aryani.
"eheh iya ya, lagian yang nyulik mikir dua kali, lebih sadis wajahnya Bintang dari pada penculiknya!" balas Syami yang dihadiah dengusan oleh Bintang dan tawa renyah Aryani.
"pulang!" ucap Bintang Singkat, padat dan jelas.
Jelas itu bukan pengusiran, namun perintah. Para sahabat Bintang memang sudah paham betul tabiat dan sifat salah satu sahabatnya ini.
"yaudah deh, tiati ya! Kasih kabar terus! Kalo ada apa-apa telpon salah satu dari kita, kalo udah sampe rumah kabarin kita!" jelas Aryani dengan posesif."hm," balas Bintang sambil mulai menyalakan lagu dari ponselnya melalu headsetnya.
Syami yang melihat itu mendengus akan kebiasaan Bintang, keduanya pun melambaikan tangan kepada Bintang yang dibalas anggukan kecil, tak lama motor yang ditumpangi kedua sahabat Bintang maju ke arah yang berbeda dengan arah rumahnya.
Lantunan lagu lawas yang Bintang dengar membuat ia tak terasa sampai halte pemberhentian angkot dan bus. Setelah melirik kiri kanan ia pun membuka tas dipunggungnya dan mengeluarkan dompet kecil yang selalu ia bawa karena berisi beberapa data pentingnya. Setelah mengambil uang untuk ongkos dan menyimpannya disaku rok ia memasukan kembali dompetnya dan memasang kembali tasnya ke punggung.
Selagi menunggu angkot tujuan rumahnya yang terbilang sedikit itu ia bersenandung pelan sambil menggerakan kedua kaki nya, tanpa ia sadari seseorang dari sebrang memperhatikannya dengan senyum tipis dibibir tipisnya, motor matic hitam yang ia duduki menemaninya dan bersiap hendak menghampiri Bintang. Sedikit lebih lama menunggu jalan tidak terlalu ramai akhirnya ia bisa membawa motornya menyebrangi jalan, namun sampai dihalte perempuan mungil yang ia lihat barusan sudah tidak ada karena naik angkot.
Hela nafas pelan terdengar, ia hendak melanjutkan perjalanan menuju rumah namun sesuatu dari tempat duduk si mungil tadi terdapat sebuah benda yang ia yakini itu sebuah buku diary putih. Motor matic hitamnya ia matikan dan menghampiri benda yang ia perkirakan milik gadis mungil tadi.
Diangkatnya buku putih bersih itu, terlihat dipojok bawah terdapat dua buah kata yang iya yakini nama si pemilik buku, karena jelas itu ukiran dari sebuah pena, bukan tercetak langsung dibuku.
"Noura Bintang," gumamnya pelan, kemudian senyum menawannya tercetak jelas hingga membuat mata kecilnya semakin menyipit.
"sampai bertemu kembali dengan Darga Anggara dilain waktu pemilik diary putih!" ucap seseorang bernama Darga Anggara itu.
Darga memasukan buku diary putih itu ke dalam tasnya, kemudian bergegas menaiki matic hitam kesayangannya untuk pulang ke rumah.
***
Kamar bernuansa biru yang biasanya terlihat rapi kini malah terlihat sebaliknya, 15 menit yang lalu sang pemilik mencari sesuatu dari dalam tasnya, namun benda yang ia cari tak telihat, sehingga ia mencarinya disetiap sudut kamar dan membuat kekacauan yang jarang ia lakukan.
Setelah lama mencari dan malah letih yang ia dapat, akhirnya ia mendudukan diri diujung ranjangnya dan memejamkan mata guna meminimalisir kecemasan yang ia rasakan. Setelah ia agak tenang ia memutuskan bertanya pada para sahabatnya, siapa tahu ada yang melihatnya kan tadi disekolah.
Pasukan tak bersayap ✨
Noubi
Ad yg lht bku pth?Aryaniputra
Yang mana bi? Buku pelajaran bukan?Lilicans
Yang mana beb?Noubi
DiarySyammm
Ga liat deh bi 🤔Anggun
Awas jatoh dijalan biLilicans
Nah iya tuh, tadi dijalan ngeluarin sesuatu ga dari tas? Takutnya jatuh.Ketika Bintang akan mengetik untuk membalas sahabatnya ia langsung menghentikan gerakannya kala ia ingat bahwa tadi dihalte ia mengeluarkan dompet, apa mungkin terjatuh? Ah bagaimana jika ada yang menemukannya? Sungguh Bintang malah merasa pusing memikirkannya.
Noubi
Thnks.Usai mengucapkan terima kasih Bintang menutup ponselnya dan bergegas bersih-bersih dan merapikan kembali kamarnya, karena jika sang Ibu tau ia mengacaukan kamarnya sendiri maka bersiaplah mendapat omelan hingga nanti malam.
Membutuhkan waktu satu jam untuk membenahi kembali kamarnya dan ia bersih-bersih, kini ia sudah memakai pakaian santai kaos putih dengan gambar doraemon dan celana selutut.
"udah pulang Kak?" tanya Ayah sambil meletakan sepatunya dirak sepatu.
"iya," balas Bintang sambil mengecup punggung tangan Ayahnya, di susul Ibu nya juga.
"adek kemana bu?" tanya Ayah pada Nurhayati ibunya Bintang dan juga Istri pak Ahmad.
"main sama Rangga yah," balas ibu.
Bintang melanjutkan kegiatannya kemudian minun dengan tenang, setelahnya ia duduk dihalaman belakang yang disediakan khusus oleh Ayahnya untuk ia dan adiknya.
"Teteh!! Fiza dapat hadiah tadi!" seru seorang anak laki-laki berusia 7 tahun.
"apa?"
"ini," tunjuk Muhammad Afriza membuka tangannya, dan terlihat sebuah gangsing kecil ditangan mungilnya.
"dari mana?" tanya Bintang lagi tak habis pikir dengan kebiasaan adiknya yang suka jajan anak-anak menyebutnya 'kado-kadoan' dimana isinya itu mainan, bukannya jajan makanan malah jajan yang tidak penting, dasar bocah!.
"tadi beli kado-kadoan sama Rangga!" jelas sang Adik. Sudahlah, Bintang bosan memberi tahu adiknya ini. Akhirnya ia mengajak sang adik kedalam rumah karena waktu mulai memasuki maghrib, tak lupa ia beserta keluarga melaksanakan kewajiban sebagai umat muslim.
***
Parkiran sekolah terlihat masih sepi, namun Bintang terlihat tak peduli, ia segera memarkirkan motornya diujung agar memudahkannya untuk mengeluarkan motor nantinya. Usai mancabut kunci motornya ia bergegas menuju halte guna mencari sesuatu yang menjadi kecemasannya sejak kemarin, namun sayang, sesampainya dihalte ia tak menemukan benda yang ia cari.
Hela nafas terdengar jelas, ia memutuskan untuk duduk sebentar dihalte guna menenangkan dirinya sendiri. Ia mengetuk jarinya pada kursi, namun tak ada sedikitpun yang mengingatkan ia tentang hari kemarin dengan buku diary putihnya. Ah sudah lah, mungkin ada dibawah meja kelasnya, ia mencoba berpositif thingking dengan mengangguk anggukan kepalanya pelan.
Ia berdiri kemudian hendak melangkah menuju gerbang sekolahnya, seseorang menahan tangannya serta refleks menepis tangan yang menahannya barusan membuat yang punya tangan terkaget. Setelah berbalik dan menemukan wajah asing dihadapannya kini ia mengangkat sebelah alisnya karena merasa tak mengenal orang didepannya ini.
"eh maaf, kamu Noura Bintang kan?" tanya pemuda dihadapannya. Bintang hanya mengangguk kecil namun tatapannya berubah tajam.
"oh iya kenalin, aku Darga anak sekolah sebelah," ujar Darga sambil menyodorkan tangannya namun tak kunjung mendapat balasan dari Bintang membuat ia malu dan menggaruk tengkuknya pelan. Lagian tanpa Darga beritahu pun Bintang tahu bahwa Darga anak sekolah tetangga terlihat dari seragam khas berwarna abu kotak kotak di kemejanya.
"eh oh iya!! Ini aku mau ngembaliin buku diary kamu yang jatuh kemarin," jelas Darga sambil membuka tas di punggungnya dan menggoyangkan sebuah buku putih yang sejak kemarin Bintang cari. Mata Bintang seketika melotot kala melihat itu dan hendak mengambilnya, namun tak dapat karna Darga memundurkan bukunya membuat Bintang menggeram kesal.
"balikin!" ujar Bintang dengan penuh penekanan.
"nanti aku balikinnya, soalnya masih ada yang mau aku bicarain tapi sekarang aku ada keperluan dulu. Dihalte nanti pulang sekolah!" jelas Darga dengan senyum manisnya kemudian berlari ke sebrang untuk ke sekolahnya.
Tangan Bintang terkepal dengan sorot mata tajam, bahkan tak sedikit yang melihat perbincangan ia dan Darga membuat banyak siswa siswi yang melihat ke arahnya, namun dasarnya Bintang itu cuek jadi ya bodo amat.
Karena Darga sudah memberitahu nanti akan dikembalikan Bintang pun merasa tenang, kemudian ia melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolahnya untuk bersekolah.
• • • • •
Sorak sorai ditengah lapangan futsal terdengar jelas, jam istirahat digunakan sebaik mungkin oleh siswa siswi, mulai dari mengisi amunisi dikantin, mampir ke perpustakaan, sibuk dengan organisasi yang diikuti, olah raga dan sisanya bergosip ria. Seperti halnya yang dilakukan oleh kawan-kawan Bintang didepan kelas tepatnya teras kelasnya, Bintang asik melihat hasil bidikan di ponselnya, ia salah satu orang yang menyukai photografi walapun hanya sebatas suka. Syami, liana, ranti dan anggun asik memakan kuaci yang dibeli dari kantin, kebiasaan mereka ketika berkumpul itu harus ada kuaci bahkan tong sampah hadir di belakang mereka dengan setia untuk sampahnya, gini-gini anti buang sampah sembarangan mereka tuh. Malia dan Aryani tak ada karena sibuk diorganisasinya, Malia dengan Madingnya dan Aryani dengan paskibranya."tadi katanya ada yang liat anak baru sebelah di halte loh!" ujar syami sambil memakan kuaciny
Suara lonceng kesekian kalinya bersuara, kedua remaja berbeda jenis kelamin ini masih diam membisu tak ada yang mulai berbicara, lima menit pun telah berlalu membuat Bintang tak sabar lagi menunggu sang lawan bersuara. "ga mau ngomong heh?" tanya Bintang ketus. Namun Darga malah tersenyum lebar karena tujuannya membuat Bintang bicara pun berhasil. "akhirnya bicara juga," ujar Darga membuat Bintang mendengus kesal. "apa?" tanya Bintang singkat. "jadi aku mau kamu kabulin 3 permintaan aku! Ga ada penolakan!" jelas Darga lancar. "Gue bukan jin!!" ketus Bintang.
Sore hari ini cuaca cukup mendukung bagi orang yang berniat bermain ke luar rumah karena cuacanya cerah, bahkan terlihat beberapa orang sekitar mengelap keringat karena panas. Namun tidak untuk seorang pemuda yang tengah menunggu sang pujaan hati di halte dekat sekolahnya. Banyak orang yang merupakan siswa siswi dari SMA pancasila dan SMK widiya kusuma yang melihatnya dengan tatapan memuja dan tatapan seolah sang pemuda adalah makhluk asing karena belum pernah melihatnya. Asyik dengan buku komiknya membuat ia tak sadar bahwa seorang gadis tengah menatapnya dengan pandangan tajam. Namun tak lama si pemuda seperti merasakan sebuah tatapan yang tajam padanya akhirnya ia mengedarkan pandangannya dan bertemu dengan mata coklat jernih yang tengah menatapnya. Senyum si pemuda seketika terbit.
Pagi hari ini cuaca kurang mendukung, tidak hanya mendung namun hujan lumayan lebat di pagi hari jam 6 ini, membuat seorang gadis mendesah kesal karena ia sedang malas untuk menerobos hujan guna mencapai sekolah untuk menimba ilmu. Seorang pria paruh baya yang melihat anaknya terus mendengus segera menghampiri sang gadis, "Teh berangkatnya ayah anterin aja ya? Ga ada penolakan!" ujarnya yang kemudian terkekeh. "Ayah mah bukan nanya tapi maksa!" balas sang gadis terkekeh geli. "TEH BINTANG! PINJEMIN PIJA PENCIL WALNA YA! PUNYA PIJA ABIS," teriak sang adik dari dapur karena takut sang kakak segera pergi. "FIZA JANGAN TERIAK-TERIAK IH! AMBIL DI KAMAR TETEH AJA!" balas sang Bunda sambil teriak pula, membuat ayah dan Bintang tekekeh geli. "pamit dulu ya sama Bunda, ayah ambil mobil dulu di garasi." Bintang bergegas berpamitan pada bunda untuk berangkat sekolah, m
Hentakan suara sepatu pentople beradu dengan lantai menggema dikoridor kelas 12, keadaan terlihat sepi karena bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, seorang gadis meraup wajahnya yang penuh keringat karena untuk pertama kalinya ia terlambat seperti ini walau hanya 3 menit saja.Sesampainya dikelas 12 OTKP 2 ia langsung mengetuk pintu membuat suara gemuruh dari kelas mendadak tak ada suara, namun setelah si gadis membuka pintu dan masuk suara gemuruh kembali bahkan lebih keras."KIRAIN BU YASH BI!" Teriak Bayu dari belakang.Tak memperdulikan teriakan teman-temannya, Bintang melangkah menuju tempat duduknya dibagian belakang. Sambil menunggu bu Yashinta masuk ia mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian menyumpal telinganya dengan itu.Baru beberapa putar lagu kelas mendadak hening, Bintang yang asik memejamkan mata langsung membuka matanya karena ia pikir Bu Yash sudah datang, namun yang ada didepan
Bel di SMA pancasila menggema menandakan waktu pulang telah tiba, semua murid dengan cepat membereskan alat tulis guna cepat pulang, namun ada juga yang tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan tambahan. Darga dan Hans merupakan salah satu dari opsi pertama, keduanya tengah bersiap untuk pergi dari sekolah, namun kegiatan keduanya terhenti ketika dua orang perempuan menghampiri kedunya dengan sesuatu ditangannya. Darga hanya mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan kegiatannya yang tinggal memakai ranselnya kemudian bersiap meninggalkan kelas bersama Hans. Langkahnya terhenti ketika salah satu perempuan itu berujar. "Darga? Bisa bicara sebentar?" tanya salah satu perempuan tersebut. "boleh mau biacara apa?" tanya Darga ketika sudah berhadapan dengan perempuan itu. "aku bisa nebeng ke kamu? Soalnya aku ga dijemput." Hans tertawa kecil kemudian melangkah mendekati ked
Kelas 12 OTKP 2 terlihat masih lenggang, baru ada 3 siswa dikelas itu dan rata-rata itu yang mengerjakan PR nya, Bintang mendudukan dirinya dibangku paling belakang kemudian melepaskan tas yang berada dipunggungnya dengan cara melemparnya ke atas meja. Ketiga siswa itu langsung menoleh ke arah Bintang dan mengerutkan dahinya, karena tak biasanya Bintang datang dengan wajah pucat pasi."Ra lu gapapa?" tanya Bayu."ah itu anu, eh gapapa," balas Bintang tidak jelas. Ketiganya kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh kembali ke arah Bintang.Tangan Bintang bergetar hebat, wajahnya semakin pucat, pikirannya melanglang buana tak jelas, bayangan silih berganti menari diotaknya membuat ia mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih."sialan," gumam Bintang sambil menutup matanya.Memori masa lalunya silih berganti menampakan diri di otaknya, semakin iya menenangkan diri semakin cepat me
Bel pulang mengalun merdu membuat seluruh warga SMA pancasila menampilkan wajah cerah, sama halnya dengan Darga yang sejak mendengar bel pulang berbunyi, ia langsung membereskan alat sekolahnya dan bersiap untuk pulang, oh tidak, lebih tepatnya mampir dulu ke sekolah tetangga guna melepas rindu. Namun berbeda dengan Hans, ia nampak lesu dan tak bertenaga membuat Darga mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah satu-satunya sahabat Darga itu. "kenapa sih?" tanya Darga yang sudah siap dengan tas dipunggungnya. "aduh Ga, hari ini kumpulan anak musik, males kali aku hari ini. Ingin ikut kau saja lah ke sekolah tetangga," jelas Hans dengan pelan.. "haish, kumpul dulu lah, gapapa nanti aku tungguin di cafe." Balasan Darga malah membuat Hans berdecak sebal, tidak tau saja Darga kalo Hans ini sedang jatuh hati kepada salah satu sahabatnya Bintang. Makanya ia ingin ikut sekarang agar bisa be
pagi ini terlihat cerah, sang surya memancarkan sinarnya diangaksa yang biru, sudah sebulan sejak Bintang sadar dari komanya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tak ada lagi pesan ancaman, tak ada lagi bayangan kekerasan. Satu bulan penuh Bintang menjalani berbagai macam terapi ditemani keluarga, sahabat dan kekasihnya.Rasa takut dalam dirinya perlahan hilang ketika ia mulai konsultasi ke salah satu Dokter psikologi atas saran Bagas dan bujukan orang orang terdekatnya, Kakinya yang patah kini mulai membaik walau masih belum bisa berlari. Dokter Vian menjadi dokter yang terus mengawasi pengobatan Bintang atas permintaan Dokter Bagas. Hingga akhirnya Bintang dapat dinyatakan sembuh total dan bisa kembali bersekolah setelah sekian lama ia tak masuk ke sekolahnya. Kakinya menginjakan kaki diparkiran sekolah dengan bantuan Darga yang kini tengah merapikan rambutnya. Banyak pasang mata yang menatap Bintang pangling karena hamoir satu bulan setengah Bintang tak
Terik matahari sore masih terasa menyengat dikulit, suasana ramai didukung dengan cuaca panas tak membuat banyak orang mengurungkan dan menunda kegiatannya, banyak orang yang berkeliaran diparkiran rumah sakit, Yasa dan Niken yang sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu mulai gerget karena ketiga orang yang keduanya tunggu tak kunjung datang, Niken memang tahu ruangannya namun sudah janjian diparkiran. Tak enak jika ia dan Yasa duluan padahal yang mengajaknya Aryani dan sahabatnya.Keduanya tengan berdiri dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun sedikitnya bisa menghindari panasnya sengatan matahari walau hanya sedikit tubuhnya saja yang terhalangi."kita masuk duluan aja yuk, panas, mana disini ga ada tempat buat neduh," ujar Yasa pada Niken yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran yang nampak banyak orang bolak balik dan kendaraan yang tanpa henti keluar masuk."ga enak kalo duluan, kan kita cuma ikut sama
Sudah satu minggu sejak kejadian para wartawan mengejar siswa siswi, guru dan kepala sekolah SMK Widya Kusuma, semuanya sudah mereda sejak kemarin pagi akhirnya perwakilan dari guru dan siswa yang bersangkutan mau untuk diwawancara dengan syarat tidak mau dipublikasikan. Hanya sedikit penjelasan agar para wartawan berhenti mengganggu kenyamanan sekolah.Siswa yang menjadi perwakilan yaitu Yasa sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. Banyak pertanyaan yang para wartawan ajukan, namun tak banyak yang dijawab oleh Yasa temasuk korban, Yasa tidak memberitahunya demi kenyamanan berbagai pihak.Suasana kelas OTKP 2 terlihat hening dengan Bu Yash yang tengah menjelaskan materi didepan kelas. Seminggu terakhir ini suasana kelas terlihat muram membuat para guru sedikit memberi arahan karena hampir semua muridnya terlihat tak bersemangat."materi hari ini cukup sekian, minggu depan tugasnya harus sudah selesai ya," jelas Bu Yash yang dibalas
Yasa mengecek satu persatu CCTV, ia baru ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu ketika Bintang diculik Sandi, dengan bergerak cepat Yasa membuka CCTV kelas Bintang.Terlihat pada jam istirahat kelas Bintang hanya Bintang seorang yang tengah memakan bekalnya, tak lama seseorang masuk yang tak lain Sandi membuat Bintang mematung, Senyum Yasa mengembang seketika.Namun senyumnya surut dan berubah menjadi umpatan ketika Yasa melihat jika rekaman CCTV kejadian itu dihapus dan hanya ada kelanjutannya ketika Sandi membawa Bintang yang terkulai lemas keluar kelas.Dengan tangan yang cepat, Yasa membuka satu persatu dari sekian banyak. Bahkan CCTV parkiran pun dihapus. CCTV hari ini bahkan tak bisa diputar semuanya dijam sembilan lebih. Sepertinya kejadian tadi sudah direncanakan.Dengan cepat Yasa bertanya pada security yang menunggunya diluar ruangan, "pak?" panggil Yasa."iya den?""apa sebelumnya ada yang mi
Entah sudah berapa lama Darga beridam diri dikursi itu, Matanya menatap kosong ke arah lantai dengan kedua tangan disatukan dengan dikepalkan, kepalanya menunduk dengan memejamkan matanya yang sesekali keluar air mata.Silahkan jika kalian anggap Darga cengeng, satu hal yang membuat ia bisa tertawa lepas dengan kehidupan yang penuh warna selain dari keluarganya, ia bisa melalu itu hanya ketika bersama Bintang seorang.Niken mentapa Anggun dan Darga dengan tangan bergetar karena masih syok dan merasa bersalah. "Anggun? Darga?" panggil Niken membuat keduanya menoleh dan bertanya dengan sorot matanya."ada yang mau gue jelasin," ujar Niken membuat Anggun yangs sejak tadi berdiri menatap jendela pintu UGD yang tertutup gorden.Dengan langkah pelan, Darga dan Anggun berjalan menghampiri Niken kemudian duduk disamping gadis itu. Niken menutup matanya sekejap kemudian membuka matanya kembali dengan tangan yang tidak terlalu bergetar sekar
Sorak sorai dengan tepuk tangan yang meriah menggema diseluruh penjuru SMK Widkum. Baik laki laki ataupun perempuan, siswa ataupun guru, semuanya ikut berpartisipasi menjadi supporter yang sangat dibutuhkan bagi para pemain.Dua tim yang kini tengah bersiap untuk berlawan yaitu Tim Yasa dengan Tim Romi dari SMA Pancasila membuat kedua tim mendapat banyak dukungan. Tribun yang biasanya hanya diisi paling banyak setengahnya kini tiba tiba penuh, pinggir lapangan dikelilingi para supporter yang akan mendukung tim sekolah masing masing.Berbeda dengan teman teman Darga yang kini bersemangat untuk mendukung Romi dan Timnya, Darga malah sibuk mencari sosok yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam hingga ia tak bisa tidur.Matanya terus memindai dari sisi ke sisi, namun Darga belum menemukan satu orang yang ia cari dianta ratusan manusia dengan suara yang menggema disuruh antero sekolah. Ala Bintang tidak menonton pertandingan?Dengan geraka
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema