Hentakan suara sepatu pentople beradu dengan lantai menggema dikoridor kelas 12, keadaan terlihat sepi karena bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, seorang gadis meraup wajahnya yang penuh keringat karena untuk pertama kalinya ia terlambat seperti ini walau hanya 3 menit saja.
Sesampainya dikelas 12 OTKP 2 ia langsung mengetuk pintu membuat suara gemuruh dari kelas mendadak tak ada suara, namun setelah si gadis membuka pintu dan masuk suara gemuruh kembali bahkan lebih keras.
"KIRAIN BU YASH BI!" Teriak Bayu dari belakang.
Tak memperdulikan teriakan teman-temannya, Bintang melangkah menuju tempat duduknya dibagian belakang. Sambil menunggu bu Yashinta masuk ia mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian menyumpal telinganya dengan itu.
Baru beberapa putar lagu kelas mendadak hening, Bintang yang asik memejamkan mata langsung membuka matanya karena ia pikir Bu Yash sudah datang, namun yang ada didepan kelas adalah pengurus OSIS. Sontak ia melirik para sahabatnya yang sudah menampilkan raut tak suka, apalagi Anggun yang terlihat masih dendam mengenai tragedi sepatu beberapa hari lalu.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," salam sang ketua OSIS yang tak lain adalah Yasa.
"waalaikumsalam," jawab siswa kelas Bintang dengan malas.
"Maaf sebelumnya menganggu kalian di pagi hari ini," ujar Yasa kembali dengan nada tegasnya.
"ganggu banget malah!" Seru Syami yang mendapat tendangan kursinya dari Aryani yang duduk tepat dibelakangnya.
"Diem!" bentak Revo yang malah dibalas tepuk tangan dari Lili, sontak Revo mempertajam penglihatannya pada Lili. Namun yang ia dapat malah tepuk tangan dari semua anak anak kelas OTKP 2, bahkan Bintang pun ikut bertepuk tangan dengan tatapan sinis pada Revo.
"Kalian kalo bertamu mohon yang sopan ya!" ujar Gani dengan santai namun mampu memancing emosi anak OSIS.
"Lo-" belum sempat Annisa membalas, Yasa sudah lebih dulu meminta maaf agar tujuannya segera selesai.
"kami disini hanya ingin melakukan kegiatan rutin hari Jum'at, untuk mengefektifkan waktu mohon pengurus OSIS segera melaksanakan tugasnya!"
Tak lama Annisa dan Revo berjalan ke aras siswa siswi untuk mengambil uang amal dari kelas Bintang. Tak ingin banyak berdebat siswa siswi kelas Bintang melakukannya dengan tertib agar anak OSIS segera keluar.
Setelah selesai Yasa dan kedua temannya segera keluar, ketika hendak membuka pintu, Yasa melirik ke arah belakang dimana Bintang duduk dengan tenang sambil memakai kembali earphonenya.
Segera ia melangkah keluar kelas dan melanjutkan kegiatannya hingga ke kelas lain. Bintang sadar ketika Yasa meliriknya, namun ia acuh karena merasa tak penting.
"eh guys udah denger info belum?" tanya Ranti sambil menggulir ponsel ditangannya.
"Info apaan?" Tanya Lili sambil mengoles kuteks merah cerahnya pada kukunya.
"itu loh yang anak baru SMA pancasila, yang sering barengan sama Bibi it-" belum sempat selesai berbicara, Bintang menyelanya.
"Darga," sela Bintang sambil mendengar musik dari earphone yang ia pasang sebelah.
"huhu yang lagi deket mah beda," Ujar Aryani disertai senyum menggodanya. Sontak para sahabatnya ber cie-cie ria menggoda Bintang. Namun hanya balasan delikan dari Bintang yang mereka dapat.
"au ah Bibi mah ga seru!" balas Syami.
"lanjut Ran!" titah Anggun.
"oh iya, tadi sampe mana? Oh nah itu Darga jatoh dari motor, kalo ga salah sih hampir tabrakan sama si ketos geblek," jelas Ranti.
"Hah?"
"tau dari mana?" tanya Bintang dengan raut wajah kaget.
"nih dari grup sekolah," balas Ranti sambil menyimpan hp nya di saku.
"Eh Bibi khawatir nih kayanya! Liat, liat!" pekik Syami sambil menggoda.
"Apaan sih!" sentak Bintang sambil kembali fokus dengan musiknya. Tidak dapat di bohongi bahwa ia merasa resah mendengar kabar ini.
Sebuah ide terlintas, dengan segera ia membuka media untuk mengirim pesan mumpung Bu yash belum masuk, sepertinya tidak masuk.
Online
Ia agak ragu untuk mengirim pesan kepada Darga, takut Darga kegeeran. Tapi ia ingin tau keadaannya.
Kang Maksa
OnlineP
Centang dua biru menjadi pertanda bahwa Darga telah membacanya, hanya 5 detik? Bintang salut!.
Waalaikumsalam Noubiku :)
"Shit!"
Balasan dari Darga mampu membuat seorang Bintang mengumpat didepan para sahabatnya, bahkan Anggun yang sedang minum saja sampai tersedak saking kagetnya, Syami dan Lili jadi salah cat kuku malah ke kulit, sedangkan Ranti dan Lia sontak mendelik, dan Aryani melongo tak percaya.
"WOHOOOOOO BIBI KU BELAJAR DARI ANGGUN NIH SAMPE BERANI NGUMPAT KAYA GINI!" Teriak Ranti heboh dan mampu mendapat balasan sebuah lemparan botol yang masih berisi air dari Anggun."Sumpah Bi? Lu kaga kesurupankan?" tanya Aryani tak percaya.Bintang merutuki dirinya yang kelepasan, langsung mengibaskan tangannya untuk mengusir para sahabatnya yang mulai kepo karena ia sedang memegang ponselnya.ASSALAMUALAIKUM.WR.WB
🤣🤣🤣
Lucu banget sih Noubiku ini wkwkBarulah Bintang sadar dengan tingkahnya sendiri, kemudian mendengus sebal dan tak memperdulikan balasan Darga, tak lama Bu Yash masuk dan Bintang pun menyimpan ponselnya ke saku rok agar fokus belajar.
Para sahabatnya diam-diam melirik tingkah aneh Bintang, mulai dari umpatan dan raut kesal di wajahnya. Mereka harus mencari tau apa yang terjadi pada sahabat paling judesnya itu.***
"Hans?" panggil Darga yang asik tiduran di kasur UKS SMA pancasila.
"kenapa abang?" jawab Hans yang sibuk dengan ponselnya."aku lagi galau nih, hibur dong!" pinta Darga sambil melirik ponselnya terus menerus yang sengaja ia simpan di samping kepalanya.
"Maleslah hibur kau orang, banyak maunya!" dengus Hans.
"Ah ga seru amat sih!" kesal Darga.
Seketika hening menyapa keduanya, Hans yang kasian melihat kawannya galau pun akhirnya menyimpan ponsel dan menatap tubuh Darga yang berbalut banyak plester satu persatu, helaan nafasnya pun terdengar berat mengingat tadi pagi.
"Lu ada masalah sama ketua OSIS SMK widkum?" tanya Hans dengan normal, dan pastinya ini serius karena bahasa yang digunakan pun lo-gue.
"mana ada? Kenal juga kaga!" balas Darga sewot.
"tadi pagi gue liat, si Yasa sengaja keluar motor dari gerbang tuh di kencengin! Dari jauh udah keliatan dia liatin lu mulu ga," jelas Hans.
"jangan su'udzon lah Hans, ga baik!" balas Darga cepat, namun ia masih memikirkan ucapan Hans.
"eh ga? Apa jangan-jangan si Yasa suka sama lu?" jerit Hans diakhir kalimatnya, Darga yang mendengar sontak memukul kepala Hans dengan ponselnya, cukup sakit!.
"geblek dih! Mohon maaf aja ye gue mah masih suka cewek!" balas Darga sambil turun dari ranjang dan keluar dari UKS dengan jalan sedikit pincang.
"EH GA??? JANGANLAH MAIN TINGGALKAN!" teriak Hans yang langsung mengejar Darga.
***
Bel sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu, kelas sudah sepi, hanya ada beberapa orang yang sedang melakukan piket rutin. Bintang tidak bisa memberi tahu Darga dimana mereka akan belajar karena ponselnya mati sejak jam istirahat.
Baru saja keluar kelas bersama sahabatnya, Bintang melihat dua orang laki-laki berjalan ke arah kelasnya, namun salah satunya terlihat aneh cara berjalannya.
Setelah semakin dekat sontak para sahabat Bintang memekik kecil tertahan, perban di jidat salah satunya malah membuat ketampanan si pemuda semakin terlihat. Dasar aneh!.
"anjim itu yang kita liat pas dihalte bareng Bibi kan? Yang cogan baru di tetangga?" tanya Ranti.
"wah abang Darga tuh Bi, cie cie," goda Syami sambil menyenggol tangan Bintang yang berdiri tepat disisi Syami.
Tak ada balasan dari Bintang, namun langkah Bintanglah yang menjawabnya. Langkah Bintang kian mendekat ke arah Darga dan Hans, senyum lebar Darga kian nampak. Namun yang didapat Darga,
"UDAH PINCANG MASIH AJA JALAN KE SINI HAH?" Teriak Bintang tepat didepan Darga.
"ALAMAK!" teriak Hans kaget karena teriakan Bintang.
Para sahabat Bintang melongo tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. Sumpah sejak beberapa tahun lalu baru kali ini sifat yang sempat hilang dari Bintang muncul lagi!.
"Darga kita butuh bantuan lo!!" jerit batin sahabat Bintang.
***
Senyum menggoda tercetak jelas diwajah semuanya kecuali sang terdakwa yang menampilkan raut wajah datar namun terlihat pucat, deheman menggoda pun saling bersahutan namun tak membuat wajah sang terdakwa memerah.
"jadi kamu khawatir?" tanya Darga dengan nada menggoda. Deheman menggoda semakin ribut terdengar karena para sahabat Bintang hari ini ada semuanya untuk berkumpul, tak lupa tingkah Hans yang membuat semakin ramai dimeja mereka.
"refleks!" jawaban Bintang sontak membuat semuanya tertawa, termasuk Darga.
"Mana ada refleks gitu njir!" timpal Aryani sambil meredakan tawanya.
"ga usah alesan lu dah hahahaha," ucap Syami yang dibalas delikan dari Bintang.
"utututu Bibi udah gede dong hahahaha."
Mendengar godaan demi godaan yang dilayangkan para sahabatnya membuat Bintang terdiam dan datar, berbeda dengan hatinya yang berdisko ria. Sudah lama ia tak merasakan hal ini, jantungnya kembali berdetak kencang kala melihat wajah yang akhir akhir ini selalu ada disekitarnya.
Nama Darga kian akrab ditelinga dan mulutnya, apa mungkin ia Jatuh cinta kepada Darga? Namun sepertinya itu terlalu cepat. Berulang kali Bintang mengingatkan bahwa ini baru awal pada hatinya, "ga mungkin kan ya, ini masih awal untuk aku cinta sama dia! Mungkin cuma kagum aja! Iya kagum kayanya!".
Semua sahabat Bintang melihat raut wajah Bintang yang kemudian mengangguk anggukan kepalanya. Semua gerakan Bintang tak luput dari penglihatan semuanya, termasuk Darga yang malah tersenyum melihat tingkah menggemaskan Bintang.
"Ko ngangguk? Beneran khawatir ya?" tanya Darga dengan nada menggoda.
"kagum aja," jawab Bintang Refleks, syami yang mendengarnya langsung tersedak dan yg lainnya melongo tak menyangka dengan ucapan Bintang yang sepertinya masih tidak sadar dengan jawabannya.
"jadi kau kagum sama bos ku satu ni?" tanya Hans tak percaya.
"Hah?" Bintang tersentak dengan pertanyaan Hans. Ia sadar sepertinya salah berucap beberapa saat yang lalu, buktinya para sahabatnya menampilkan raut wajah syok dan melongo tak percaya.
"Astagfirullah Bi," batin Bintang.
"Ah sorry gue harus pulang," ujar Bintang sambil bergegas pergi dari sana tanpa memperdulikan semuanya.
"Oh God!!! Bapak Darga yang terhormat, kami butuh bantuan anda!" ucap Aryani dengan yakin dan dianggukin sahabatnya yang lain.
***
Pukul 5 sore, Bintang asik dengan ayunannya sambil membaca Novel. Didepannya ada Fiza yang asik bermain lego di teras, kegiatan keduanya terhenti ketika dering ponsel milik Bintang berbunyi, Fiza yang merasa terganggu hanya mendengus sambil menatap kakaknya tajam. Namun, Bintang bodo amat dengan tatapan sang adik dan masih asik dengan novelnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya kemudian mengangkatnya.
"hmm?"
"Hah?" mendengar sang penelpon Bintang langsung melihat nama yang tertera, kemudian mematikan panggilannya ketika tau siapa yang menelponnya.
Sedangkan seseorang disebrang sana hanya mendengus kesal kala telponnya diputuskan secara sepihak.
Bintang menatap datar ponselnya, pikirannya sudah tidak fokus lagi ke novel namun ke sang penelpon barusan, hingga ia tersentak kala ibunya memanggil dari dalam rumah dengan berteriak.
"TEH SINI MASUK! UDAH MAU UJAN KAYANYA, AJAK ADEK JUGA MAINNYA DI DALAM!" Teriak ibunda tercintanya.
Tak banyak bicara, Bintang langsung membereskan novelnya kemudian membantu sang adik membereskan legonya lalu menuntun sang adik kedalam rumah.
Dan tepat ketika ia baru duduk di sofa dengan Fiza, gemuruh petir terdengar menggelegar membuat Fiza yang duduk disampingnya tersentak kaget dan membuat matanya berkaca-kaca.
"gapapa," ucap Bintang sambil mengelus kepala adiknya dengan sayang.
"Petirnya kenceng teh," ucap Fiza pelan, namun masih bisa didengar oleh Bintang.
"gapapa, kan kita lagi dirumah! Jadi aman," jawab Bintang dengan menenangkan sang adik.
Keduanya terdiam diposisi yang sama, ayah Bintang sedang istirahat di kamar dan ibunya sedang membuat kue didapur. Bukan tak mau membantu tapi memang atas perintah sang ibunda Bintang dilarang ke dapur dan diperintahkan untuk menjaga Fiza sang adik.
Keheningan terpecah kala dering ponsel milik Bintang kembali bersuara, namun Bintang tak ada niat mengangkat panggilan tersebut, bahkan sudah tiga kali ponselnya berbunyi dari pemanggil yang sama namun tak ia hiraukan.
Dering ke empat membuat Fiza kesal karena suaranya berisik mengganggunya yang mengantuk karena usapan dikepalanya dari Bintang, akhirnya ia meminta sang Kakak untuk mengangkatnya agar tidak berisik.
"Teteh berisik ih ponselnya!"
Tak menjawab ucapan sang adik akhirnya Bintang pun mengangkat panggilan dengan kesal.
"Bisa ga usah ganggu orang?"
"eh maaf aku ganggu ya?"
Bukan menjawab pertanyaan sang penelpon, Bintang malah refleks melihat nama yang tertera. Dia mendengus karena salah orang.
"sorry, gue kira orang yang dari tadi ganggu gue," jawab Bintang akhirnya.
"siapa yang ganggu kamu? Sini send nomornya biar aku bilangin!" pinta sang penelpon dengan ngegas.
"ga usah, ga penting ko," balas Bintang cepat.
"ooh, kamu lagi apa?" tanya Darga.
"lagi bernafas?" balas Bintang malah dengan nada bertanya.
"hahaha ya aku juga lagi bernafas, maksudnya lagi ngapain selain dari bernafas, ngedip sama pegang hp," jelas Darga.
"hmm lagi jadi baby siter, soalnya ibu lagi masak di dapur terus Fiza ga ada temen jadi ya gue yang temenin."
"woah calon ibu yang baik nih, mau dong aku jadi ayahnya."
"Dih ngaco!" balas Bintang dengan senyum kecil dibibirnya.
"eh sepuluh menit lagi maghrib, aku tutup ya. Maaf ganggu, Assalamualaikum."
"iya gapapa, waalaikumsalam."
Senyum manis terukir di wajah cantik Bintang, sudah lama ia tak merasakan hal menyenangkan ketika menerima telepon dari seseorang. Namun tak lama ia merubah raut wajahnya menjadi bingung dan begumam dalam hati mengapa ia menjadi aneh seperti ini? Padahal ia biasanya tak pernah berbicara cukup lama dengan penelpon lawan jenis kecuali ada kepentingan, ah sudahlah ia harus bergegas untuk shalat.
Sedikit menepuk pipi sang adik agar ia terbangun, karena kalo kata ibu 'ga boleh tidur pas waktu maghrib, pamali!'.
"dek? Ayok Sholat, itu ayah udah wudhu," ajak Bintang, Fiza bukan tipe anak yang susah bangun. Mendengar suara yang membangunkan ia akan langsung bangun jadi Fiza dengan cepat membuka matanya dan berjalan dituntun sang Kakak untuk mengambil wudhu dan melaksanakan kewajibannya sebagai muslim.
Memberi ajaran pada anak memang harus sejak dini, agar sampai besar ia akan terbiasa.
10 menit kemudian kumandang adzan terdengar, keluarga Bintang pun juga sudah kumpul untuk melaksanakan salat berjama'ah. Kebetulan cuaca tak mendukung untuk pergi ke mesjid jadi sang ayah lah yang menjadi Imam kali ini.
***
Tak seperti biasanya Bintang kali ini kesiangan, ini dikarenakan motor Bintang yang mogok dan ketika naik angkot, angkotnya malah lama berangkatnya karena penumpangnya hanya ada dua orang dengan Bintang salah satunya. Sehingga ketika sampai disekolah ia malah kesiangan dan pintu gerbang telah tertutup.
Ketika kebingungan melanda Bintang, seseorang membuka gerbang membuat Bintang tersentak kaget dan langsung menatap ke arah seseorang yang sedang membuka gerbangnya sedikit.
"ayo masuk! Baru lewat 5 menit ko," seru Yasa pada Bintang.
Tak ambil pusing dan tak ada ucapan terima kasih dari Bintang, ia hanya melewati Yasa kemudian pergi menuju kelasnya membuat Yasa hanya menghela nafas pelan kemudian menutup kembali dan mengunci kembali gerbangnya.
Sedangkan dari sebrang terlihat Darga yang sedang memfoto copy tugasnya memantau terus Bintang yang sejak awal terlihat gelisah karena kesiangan. Tadinya ia ingin menghampiri Bintang, namun keburu seseorang membuka gerbang dan membuat Bintang masuk ke sekolahnya.
"Dahlah jangan kau tengok terus, pujaan hati kau sedang berjuang demi ijazahnya!" ujar Hans sambil memakan cilok.
"diem deh!" balas Darga galak yang dibalas cekikikan dari Hans.
"ini dek semuanya jadi enam belas ribu," ujar tukang foto copynya.
"oh iya ini," balas Darga sambil memberikan uang dua puluh ribu rupiah.
"ga usah dikembalian aja mas, beliin pop ice aja dua, nih tambahnya!" ucap Hans sambil memberikan uang dua ribu rupiah agar ia mendapatkan minuman.
"rasa apa aja?"
"rasa yang berbunga-bunga, Hahaha" balas Hans membuat mas Tukang fotocopy mengernyit. Darga yang paham dengan kelakuan temannya itu buru-buru meralatnya.
"rasa alpukat sama rasa moccacino ya mas!"
Setelah beres dengan urusan keduanya langsung kembali ke sekolah untuk belajar, sebelum sampai ke kelas keduanya menghabiskan dulu pop ice ditangannya. Setelahnya barulah keduanya masuk ke kelas.
Bel di SMA pancasila menggema menandakan waktu pulang telah tiba, semua murid dengan cepat membereskan alat tulis guna cepat pulang, namun ada juga yang tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan tambahan. Darga dan Hans merupakan salah satu dari opsi pertama, keduanya tengah bersiap untuk pergi dari sekolah, namun kegiatan keduanya terhenti ketika dua orang perempuan menghampiri kedunya dengan sesuatu ditangannya. Darga hanya mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan kegiatannya yang tinggal memakai ranselnya kemudian bersiap meninggalkan kelas bersama Hans. Langkahnya terhenti ketika salah satu perempuan itu berujar. "Darga? Bisa bicara sebentar?" tanya salah satu perempuan tersebut. "boleh mau biacara apa?" tanya Darga ketika sudah berhadapan dengan perempuan itu. "aku bisa nebeng ke kamu? Soalnya aku ga dijemput." Hans tertawa kecil kemudian melangkah mendekati ked
Kelas 12 OTKP 2 terlihat masih lenggang, baru ada 3 siswa dikelas itu dan rata-rata itu yang mengerjakan PR nya, Bintang mendudukan dirinya dibangku paling belakang kemudian melepaskan tas yang berada dipunggungnya dengan cara melemparnya ke atas meja. Ketiga siswa itu langsung menoleh ke arah Bintang dan mengerutkan dahinya, karena tak biasanya Bintang datang dengan wajah pucat pasi."Ra lu gapapa?" tanya Bayu."ah itu anu, eh gapapa," balas Bintang tidak jelas. Ketiganya kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh kembali ke arah Bintang.Tangan Bintang bergetar hebat, wajahnya semakin pucat, pikirannya melanglang buana tak jelas, bayangan silih berganti menari diotaknya membuat ia mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih."sialan," gumam Bintang sambil menutup matanya.Memori masa lalunya silih berganti menampakan diri di otaknya, semakin iya menenangkan diri semakin cepat me
Bel pulang mengalun merdu membuat seluruh warga SMA pancasila menampilkan wajah cerah, sama halnya dengan Darga yang sejak mendengar bel pulang berbunyi, ia langsung membereskan alat sekolahnya dan bersiap untuk pulang, oh tidak, lebih tepatnya mampir dulu ke sekolah tetangga guna melepas rindu. Namun berbeda dengan Hans, ia nampak lesu dan tak bertenaga membuat Darga mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah satu-satunya sahabat Darga itu. "kenapa sih?" tanya Darga yang sudah siap dengan tas dipunggungnya. "aduh Ga, hari ini kumpulan anak musik, males kali aku hari ini. Ingin ikut kau saja lah ke sekolah tetangga," jelas Hans dengan pelan.. "haish, kumpul dulu lah, gapapa nanti aku tungguin di cafe." Balasan Darga malah membuat Hans berdecak sebal, tidak tau saja Darga kalo Hans ini sedang jatuh hati kepada salah satu sahabatnya Bintang. Makanya ia ingin ikut sekarang agar bisa be
Darga sampai dirumahnya pukul 07.29, segera ia memasukan motornya ke garasi dan langsung masuk menyapa sang Ibunda yang sedang duduk anteng menonton salah satu sinetron Indonesia beserta Papa nya yang sedang bermanja ria dengan tiduran di paha sang Istri. "uhuk keselek angin," canda Darga sambil mendudukan bokongnya disofa samping kedua orang tuanya. "ga keselek sianida sekalian aja Ga?" tanya sang Papa sambil mendengus pelan. "meninggoy kali dih," balas Darga cemberut. "datang tuh ya bilang salam Nak bukannya malah usil," ujar Anna memberitahu Darga. "ya maaf atuh kanjeng Ratu," balas Darga sambil terkekeh. Gibran yang melihat anaknya tidak juga beranjak dari sana, ia langsung mengkode anaknya itu supaya Darga segera naik ke kamarnya agar ia bisa melanjutkan kegiatan mesranya bersama sang Istri. Darga yang sengaja pura-pura tak paham dengan kode Pa
Parkiran SMK Widya Kusumah terlihat padat, siswa-siswi sibuk mengatur kendaraannya masing-masing untuk segera keluar dari area sekola, sedangkan siswa yang tak membawa kendaraan terlihat berburu angkot agar segera sampai ke rumah.Aryani yang merupakan salah satu anggota paskibra belum bisa pulang karena masih ada keperluan diorganisasinya, Malia yang merupakan anak mading pun sama halnya dengan Aryani, masih mempunyai kesibukan diorganisasinya.Sedangkan dilantai 2 gedung A tepatnya dikelas OTKP 2 terlihat masih ramai dan menjadi salon dadakan, Syami dan Lili sibuk memakaikan kuteks kepada teman-temannya, itung-itung amal katanya.Sebagian siswi menunggu lenggang koridor agar tidak berdesakan dengan memakai cat kuku dari Syami dan Lili yang dengan suka rela membagikan kuteks mereka yang sudah lama tak dipakai, dan lebih berguna jika dibagikan kepada teman-temannya."mau warna apa nih?" tanya Syami kepada
"gimana dok keadaannya?" tanya anak laki-laki kepada seseorang yang memakai kemeja putih."dia sakit pelut," balas seseorang yang disebut dokter itu."loh kan pusing? Kenapa jadi sakit perut sih?" tanya anak laki-laki itu lagi."telselah doker dong!" balas Dokter dengan kesal."dasar dokter penipu!" sentak anak laki-laki itu."Ihh mana ada doktel penipu! Langga kan doktel yang baik!" bantah dokter abal abal yang ternyata Rangga."halah dokter yang baik kaya om Bagas! Rangga mah nipu!" jelas Fiza dengan kesal."Langga kan anaknya Yayah! Jadi Langga juga baik," jelas Rangga lagi.Perdebatan keduanya terus berlanjut tanpa mengetahui kegaduhan yang terjadi diluar kamar Fiza.***BRAKKK BRAAKKK BRAAKKKGedoran brutal Bintang didepan pintu kamar mandi sangat berisik, teriakan Nur dan Echa pun tak kalah membuat suara berisik semakin terdengar.Sedangkan orang yang dituju tak menghiraukan teriakan dan gedora
Setengah enam pagi, kediaman Bapak Bagas sudah nampak rusuh, teriakan Darga dan Rangga saling bersahutan, dapur yang biasanya hanya diisi Echa kini ada Anna yang membantu membuat sarapan. Bagas siap-siap untuk berangkat ke Rumah sakit dan Gibran siap-siap ke kantor. Teriakan Darga dan Rangga nampak hal tak aneh bagi keluarga Anggara, buktinya semua fokus pada kegiatan masing-masing tanpa menghiraukan Darga yang berteriak kesal karena ulah sepupu tercintanya itu. "MAMA????? TANTE ECHAAAAA??? INI ANAKNYA KARUNGIN AJA SIH! NGESELIN AH!" Teriak Darga yang kesal karena Rangga mengganggunya. "aduan huuuu! Malu dong sama Kak Bibi!" ejek Rangga membuat Darga semakin murka. "APA SIH LU BOCIL? MAU GUE BANTING HAH!" teriak Darga sambil turun dari ranjangnya. Rangga yang melihat Darga turun pun segera berlari keluar dari kamar, Darga mencabut Infusannya kemudian berjalan keluar kamar berniat menyusul Rangga. Darga membuka pintu dengan
Ruang keluarga rumah Bintang terlihat ramai, para ibu-ibu tengah memakan kue buatan Ibu Nur, Echa dan Anna asik memakan kue itu sambil bergosip ria, tak mempedulikan kedatangan anaknya, Anna langsung menuntun Bintang untuk makan kue bersama sedangkan Darga hanya mendengus kesal dengan tingkah sang Mama."anaknya ga diajak juga nih Ma?" tanya Darga."punya mata kamu Ga! Langsung aja kalo mau ambil ga usah nunggu dia ajak," balas Anna kejam."halah! Mama macam apa ni yang ga sayang sama anak nya? Mau jadi anak Tante Nur aja deh," canda Darga sambil menyalimi para ibu-ibu itu."ya bagus dong Ga, ponakan Tante jadinya Bintang bukan kamu!" balas Echa dengan mengangkat alisnya menggoda Darga."heh mana bisa! Udahlah nanti juga Bintang jadi ponakan tante juga, kan BiKu masa depan Darga," ujar Darga dengan Bangga yang dibalas tawa semuanya kecuali Bintang yang malu."lah para boci