"gimana dok keadaannya?" tanya anak laki-laki kepada seseorang yang memakai kemeja putih.
"dia sakit pelut," balas seseorang yang disebut dokter itu.
"loh kan pusing? Kenapa jadi sakit perut sih?" tanya anak laki-laki itu lagi.
"telselah doker dong!" balas Dokter dengan kesal.
"dasar dokter penipu!" sentak anak laki-laki itu.
"Ihh mana ada doktel penipu! Langga kan doktel yang baik!" bantah dokter abal abal yang ternyata Rangga.
"halah dokter yang baik kaya om Bagas! Rangga mah nipu!" jelas Fiza dengan kesal.
"Langga kan anaknya Yayah! Jadi Langga juga baik," jelas Rangga lagi.
Perdebatan keduanya terus berlanjut tanpa mengetahui kegaduhan yang terjadi diluar kamar Fiza.
***
BRAKKK BRAAKKK BRAAKKK
Gedoran brutal Bintang didepan pintu kamar mandi sangat berisik, teriakan Nur dan Echa pun tak kalah membuat suara berisik semakin terdengar.
Sedangkan orang yang dituju tak menghiraukan teriakan dan gedora
Setengah enam pagi, kediaman Bapak Bagas sudah nampak rusuh, teriakan Darga dan Rangga saling bersahutan, dapur yang biasanya hanya diisi Echa kini ada Anna yang membantu membuat sarapan. Bagas siap-siap untuk berangkat ke Rumah sakit dan Gibran siap-siap ke kantor. Teriakan Darga dan Rangga nampak hal tak aneh bagi keluarga Anggara, buktinya semua fokus pada kegiatan masing-masing tanpa menghiraukan Darga yang berteriak kesal karena ulah sepupu tercintanya itu. "MAMA????? TANTE ECHAAAAA??? INI ANAKNYA KARUNGIN AJA SIH! NGESELIN AH!" Teriak Darga yang kesal karena Rangga mengganggunya. "aduan huuuu! Malu dong sama Kak Bibi!" ejek Rangga membuat Darga semakin murka. "APA SIH LU BOCIL? MAU GUE BANTING HAH!" teriak Darga sambil turun dari ranjangnya. Rangga yang melihat Darga turun pun segera berlari keluar dari kamar, Darga mencabut Infusannya kemudian berjalan keluar kamar berniat menyusul Rangga. Darga membuka pintu dengan
Ruang keluarga rumah Bintang terlihat ramai, para ibu-ibu tengah memakan kue buatan Ibu Nur, Echa dan Anna asik memakan kue itu sambil bergosip ria, tak mempedulikan kedatangan anaknya, Anna langsung menuntun Bintang untuk makan kue bersama sedangkan Darga hanya mendengus kesal dengan tingkah sang Mama."anaknya ga diajak juga nih Ma?" tanya Darga."punya mata kamu Ga! Langsung aja kalo mau ambil ga usah nunggu dia ajak," balas Anna kejam."halah! Mama macam apa ni yang ga sayang sama anak nya? Mau jadi anak Tante Nur aja deh," canda Darga sambil menyalimi para ibu-ibu itu."ya bagus dong Ga, ponakan Tante jadinya Bintang bukan kamu!" balas Echa dengan mengangkat alisnya menggoda Darga."heh mana bisa! Udahlah nanti juga Bintang jadi ponakan tante juga, kan BiKu masa depan Darga," ujar Darga dengan Bangga yang dibalas tawa semuanya kecuali Bintang yang malu."lah para boci
Suara ribut diruang keluarga kediaman Bapak Ahmad tampak ramai, dua keluarga tengah bersantai diruangan tersebut, ditambah teriakan Rangga yang berebut profesi menjadi Dokter menambah bising ruangan tersebut. Echa, Anna dan Nur tengah asik bersantai sabil memakan makanan hasil tangan Nur tadi siang. Sedangkan kepala keluarga yakni Bapak Ahmad tengah asik bermain catur diteras bersama Darga, karena Bagas belum pulang dari rumah sakit."Skak mat!" ujar Darga tersenyum senang, sedangkan Ahmad hanya mendengus kesal karena ini sudah ke lima kali nya ia kalah dari Darga yang notabennya teman dari anak pertama nya."Curang ya kamu Ga?" tanya Ahmad heran."ih enak aja Om! Aku mah no curang-curang!" balas Darga tak terima."ya abis nya kamu menang mulu!""ya karna bisa dong Om! Jago mah belum," balas Darga merendah untuk meroket.Suara berisik dari pagar besi rumah membuat keduanya
Bel istirahat berbunyi nyaring di wilayah SMK Widkum, Bintang dan kawan-kawan tengah nyeblak dikantin. Panas seblak membuat orang-orang dimeja itu kepanasan. Gerah body gerah mulut gerah hati, hehe canda."pedes banget anjir!" ujar Lia yang diangguki semuanya."udah mah panas, pedes pula," ujar syami."si Mal Mal mana nih? Ko kaga ngantin?" tanya Aryani yang tengah asik mengaduk jus jeruknya."kumpulan mading mulu dia," jelas syami sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya sendiri."anak organisasi mah beda," celetuk Ranti yang diangguki Anggun dan Lia."ga usah julid deh sama sahabat sendiri, Yani aja tuh anak paskib," jelas Bintang yang asik memakan kuacinya dan membiarkan seblaknya hingga hangat."gue ya ikut paskib tapi ga sepadat mading sih, soalnya madingkan banyak yang setor tiap harinya," jelas Aryani yang diangguki Bintang."yaud
Tangan putih Bintang kini ternodai warna merah pekat dengan bau anyir tercium menyengat dihidungnya, isakan tangisnya tak dihiraukan oleh sang pelaku yang tengah mengukir namanya ditangan Bintang. Semakin memberontak maka Bintang harus bersiap menerima rasa sakit yang lebih, karena kemungkinan pisau tajam milik Sandi akan merobek lebih besar kulitnya jika ia tak bisa diam. Maka ia pasrah ketika Sandi mengukir namanya ditangan Bintang. "San gue mohon udah!" pinta Bintang sambil terisak dan merintih. "No! Masih ada dua huruf lagi!" ujar Sandi sambil menekan pisaunya tepat ketika hiruf N selesai diukir. "AKKHHH, Gue mohon San udah, sakit," Rintih Bintang. "Diam Ra! Kamu mau pisau ini pindah ke pipi mulus kamu?" tanya Sandi dengan senyum manisnya. Bintang menggeleng pelan, ia sudah tak tahan dengan bau anyirnya, kepalanya pun berkunang-kunang dan kepalanya seperti tertimpa beban membuat ia ambruk seketika. S
Bintang mengangsurkan helm ditangannya ke arah Darga, dengan pelan tangan yg memakai perban itu merapikan helai rambut yang menurutnya perlu diperbaiki. "udah cantik ko," ujar Darga sambil mengambil helm dari tangan Bintang. "masaa?" tanya Bintang dengan alis terangkat sebelah membuat Darga menjitak kening Bintang pelan. "awshhh, jahat banget sih!" dengus Bintang sambil mengusap jidatnya. "au ah malesin, belajar yang bener terus hari-hati jangan sampe kamu kaya kemarin, bikin khawatir banyak orang!" pinta Darga membuat raut wajah cemberutnya memudar dan diganti dengan wajah tegangnya. Tanpa membalas Darga, Bintang bebalik dan melangkah ke dalam sekolah membuat Darga mengerutkan keningnya tak paham dengan tingkah Bintang yang tiba-tiba itu. "aneh banget sih BiKu," gumam Darga kemudian menuju sekolahnya. Sampai disekolah, Darga berjalan pelan menuju k
Sudah berkali kali pemuda dengan helm kyt abu dengan motor matic hitam itu melihat ponselnya, ia sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu namun orang yang ditunggu belum juga kunjung datang.Berbagai tatapan dari siswi SMK widkum membuat ia risih, belum beberapa siswa didekat pos satpam tampak dengan terang-terangan memantau dia, mungkin jaga jaga apabila ia berbuat onar, padahal ia hanya ingin menjemput sang pujaan hati saja.Sebuah motor kawasaki berhenti tepat dibelakangnya dan si pengendara terlihat turun dan mendekati nya, dan dengan jelas itu siswa dari sekolah ini."ngapain Ga?" tanya si pengendara kawasaki itu."eh Vo, kirain siapa, gue lagi nunggu Bintang," jawab Darga dengan tegas."masuk aja gih, kayanya masih dikelas.""gapapa Vo, gue nunggu disini aja! Thank's banget.""yaudah deh, gue duluan aja." pamit Revo yang dibalas anggukan dari Darga.Namun laju yang sempa
Seorang gadis tengah melihat sekitar dirinya, lalu lalang kendaraan yang sedang mengisi bahan bakar kendaraannya masing-masing. Sang gadis mencari pemilik motor yang ditinggal begitu saja. Ntah dimana sang pemiliknya yang meninggalkan tas miliknya, untung saja tidak ada manusia yang iseng mengambil tad yang berisi berbagai buku, dompet beserta ponsel tersebut.Lima menit sudah berlalu namun sang pemilik kendaraan tak kunjung menampakan wajahnya, tidak mungkin pulang dengan berjalan kakikan? Atau naik angkot? Sepertinya tidak."Apa Darga pulang ninggalin motor ya?" ujar sang gadis pada dirinya sendiri.Ketika ia mengalihkan pandangannya ke arah menuju toilet, sepasang anak adam tengah berpelukan mesra sehingga banyak dilirik orang lain, terutama para pengendara yang hendak mengisi bensin, bahkan ada ibu-ibu yang terang-terangan mencibir perilaku tersebut.Dengan mata yang tajam Bintang mengepalka tang