Ruang keluarga rumah Bintang terlihat ramai, para ibu-ibu tengah memakan kue buatan Ibu Nur, Echa dan Anna asik memakan kue itu sambil bergosip ria, tak mempedulikan kedatangan anaknya, Anna langsung menuntun Bintang untuk makan kue bersama sedangkan Darga hanya mendengus kesal dengan tingkah sang Mama.
"anaknya ga diajak juga nih Ma?" tanya Darga.
"punya mata kamu Ga! Langsung aja kalo mau ambil ga usah nunggu dia ajak," balas Anna kejam.
"halah! Mama macam apa ni yang ga sayang sama anak nya? Mau jadi anak Tante Nur aja deh," canda Darga sambil menyalimi para ibu-ibu itu.
"ya bagus dong Ga, ponakan Tante jadinya Bintang bukan kamu!" balas Echa dengan mengangkat alisnya menggoda Darga.
"heh mana bisa! Udahlah nanti juga Bintang jadi ponakan tante juga, kan BiKu masa depan Darga," ujar Darga dengan Bangga yang dibalas tawa semuanya kecuali Bintang yang malu.
"lah para boci
Suara ribut diruang keluarga kediaman Bapak Ahmad tampak ramai, dua keluarga tengah bersantai diruangan tersebut, ditambah teriakan Rangga yang berebut profesi menjadi Dokter menambah bising ruangan tersebut. Echa, Anna dan Nur tengah asik bersantai sabil memakan makanan hasil tangan Nur tadi siang. Sedangkan kepala keluarga yakni Bapak Ahmad tengah asik bermain catur diteras bersama Darga, karena Bagas belum pulang dari rumah sakit."Skak mat!" ujar Darga tersenyum senang, sedangkan Ahmad hanya mendengus kesal karena ini sudah ke lima kali nya ia kalah dari Darga yang notabennya teman dari anak pertama nya."Curang ya kamu Ga?" tanya Ahmad heran."ih enak aja Om! Aku mah no curang-curang!" balas Darga tak terima."ya abis nya kamu menang mulu!""ya karna bisa dong Om! Jago mah belum," balas Darga merendah untuk meroket.Suara berisik dari pagar besi rumah membuat keduanya
Bel istirahat berbunyi nyaring di wilayah SMK Widkum, Bintang dan kawan-kawan tengah nyeblak dikantin. Panas seblak membuat orang-orang dimeja itu kepanasan. Gerah body gerah mulut gerah hati, hehe canda."pedes banget anjir!" ujar Lia yang diangguki semuanya."udah mah panas, pedes pula," ujar syami."si Mal Mal mana nih? Ko kaga ngantin?" tanya Aryani yang tengah asik mengaduk jus jeruknya."kumpulan mading mulu dia," jelas syami sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya sendiri."anak organisasi mah beda," celetuk Ranti yang diangguki Anggun dan Lia."ga usah julid deh sama sahabat sendiri, Yani aja tuh anak paskib," jelas Bintang yang asik memakan kuacinya dan membiarkan seblaknya hingga hangat."gue ya ikut paskib tapi ga sepadat mading sih, soalnya madingkan banyak yang setor tiap harinya," jelas Aryani yang diangguki Bintang."yaud
Tangan putih Bintang kini ternodai warna merah pekat dengan bau anyir tercium menyengat dihidungnya, isakan tangisnya tak dihiraukan oleh sang pelaku yang tengah mengukir namanya ditangan Bintang. Semakin memberontak maka Bintang harus bersiap menerima rasa sakit yang lebih, karena kemungkinan pisau tajam milik Sandi akan merobek lebih besar kulitnya jika ia tak bisa diam. Maka ia pasrah ketika Sandi mengukir namanya ditangan Bintang. "San gue mohon udah!" pinta Bintang sambil terisak dan merintih. "No! Masih ada dua huruf lagi!" ujar Sandi sambil menekan pisaunya tepat ketika hiruf N selesai diukir. "AKKHHH, Gue mohon San udah, sakit," Rintih Bintang. "Diam Ra! Kamu mau pisau ini pindah ke pipi mulus kamu?" tanya Sandi dengan senyum manisnya. Bintang menggeleng pelan, ia sudah tak tahan dengan bau anyirnya, kepalanya pun berkunang-kunang dan kepalanya seperti tertimpa beban membuat ia ambruk seketika. S
Bintang mengangsurkan helm ditangannya ke arah Darga, dengan pelan tangan yg memakai perban itu merapikan helai rambut yang menurutnya perlu diperbaiki. "udah cantik ko," ujar Darga sambil mengambil helm dari tangan Bintang. "masaa?" tanya Bintang dengan alis terangkat sebelah membuat Darga menjitak kening Bintang pelan. "awshhh, jahat banget sih!" dengus Bintang sambil mengusap jidatnya. "au ah malesin, belajar yang bener terus hari-hati jangan sampe kamu kaya kemarin, bikin khawatir banyak orang!" pinta Darga membuat raut wajah cemberutnya memudar dan diganti dengan wajah tegangnya. Tanpa membalas Darga, Bintang bebalik dan melangkah ke dalam sekolah membuat Darga mengerutkan keningnya tak paham dengan tingkah Bintang yang tiba-tiba itu. "aneh banget sih BiKu," gumam Darga kemudian menuju sekolahnya. Sampai disekolah, Darga berjalan pelan menuju k
Sudah berkali kali pemuda dengan helm kyt abu dengan motor matic hitam itu melihat ponselnya, ia sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu namun orang yang ditunggu belum juga kunjung datang.Berbagai tatapan dari siswi SMK widkum membuat ia risih, belum beberapa siswa didekat pos satpam tampak dengan terang-terangan memantau dia, mungkin jaga jaga apabila ia berbuat onar, padahal ia hanya ingin menjemput sang pujaan hati saja.Sebuah motor kawasaki berhenti tepat dibelakangnya dan si pengendara terlihat turun dan mendekati nya, dan dengan jelas itu siswa dari sekolah ini."ngapain Ga?" tanya si pengendara kawasaki itu."eh Vo, kirain siapa, gue lagi nunggu Bintang," jawab Darga dengan tegas."masuk aja gih, kayanya masih dikelas.""gapapa Vo, gue nunggu disini aja! Thank's banget.""yaudah deh, gue duluan aja." pamit Revo yang dibalas anggukan dari Darga.Namun laju yang sempa
Seorang gadis tengah melihat sekitar dirinya, lalu lalang kendaraan yang sedang mengisi bahan bakar kendaraannya masing-masing. Sang gadis mencari pemilik motor yang ditinggal begitu saja. Ntah dimana sang pemiliknya yang meninggalkan tas miliknya, untung saja tidak ada manusia yang iseng mengambil tad yang berisi berbagai buku, dompet beserta ponsel tersebut.Lima menit sudah berlalu namun sang pemilik kendaraan tak kunjung menampakan wajahnya, tidak mungkin pulang dengan berjalan kakikan? Atau naik angkot? Sepertinya tidak."Apa Darga pulang ninggalin motor ya?" ujar sang gadis pada dirinya sendiri.Ketika ia mengalihkan pandangannya ke arah menuju toilet, sepasang anak adam tengah berpelukan mesra sehingga banyak dilirik orang lain, terutama para pengendara yang hendak mengisi bensin, bahkan ada ibu-ibu yang terang-terangan mencibir perilaku tersebut.Dengan mata yang tajam Bintang mengepalka tang
Langit jingga nampak indah hari ini, membuat para penikmat senja bahagia menatapnya. Namun tidak dengan seorang pemuda yang tengah menatap rumah disamping rumah tempat ia tinggal saat ini, ia gundah, takut jika kekhawatirannya benar. Dengan pelan ia mengendarai motor kesayangannya menuju halaman rumah sang tante tercinta yang terlihat sepi namun suara bising dari dalam terdengar jelas, teriakan Rangga dan Fiza pun terdengar nyaring ditambah suara gelak tawa sang bunda tercinta. Dengan memantapkan hati ia segera melepas kunci motornya dan berjalan menuju rumah Bintang untuk memastikan bahwa orang yang dicari sudah ada dirumah. Salam ia lantunkan kala sampai diteras rumah Bintang, tak lama suara pintu terbuka mengalihkan atensinya dari bunga anggrek dihalaman rumah itu. Terlihat ibu dari orang yang dicari yang membukakan pintu. "nyari Bibi Ga?" tanya Nur yang dibalas anggukan kikuk oleh Darga. "ga ganti baju dulu? Bibi nya lagi b
Sudah lima hari Darga tak bertemu dengan Bintang, dan sudah empat hari ia dan bunda nya pulang dari rumah sang tante karena ayahnya sudah kembali dari perjalanan bisnis. Setelah tragedi pom bensin itu ia merasa Bintang menghindarinya, mulai dari chat yang tak dibalas, telpon yang tak lagi diangkat dan jika Darga menunggu Bintang disekolah pasti saja ia tidak bertemu baik itu karena Bintang sudah pulang atau pura-pura sudah pulang, dan jika ia main ke rumah tantenya tidak memungkinkan juga ia bisa main ke rumah Bintang jika kucing-kucingan seperti ini."lemes bestie, belum liat gebetan," ujar Hans sambil membanting dirinya sendiri ke kursi samping Darga, membuat Darga mendengus kesal dengan menatap tajam Hans yang ngakak setelahnya."bilangnya jangan dideketin eh dianya sendiri dijauhin!" ujar Dudung membuat Darga mendengus kesal."BUKAN MAEN!" teriak Jordan membuat Romi dan Dudung ngakak tak karuan."diam hadirin!" balas Darga dengan kesal.