Pagi hari ini cuaca kurang mendukung, tidak hanya mendung namun hujan lumayan lebat di pagi hari jam 6 ini, membuat seorang gadis mendesah kesal karena ia sedang malas untuk menerobos hujan guna mencapai sekolah untuk menimba ilmu.
Seorang pria paruh baya yang melihat anaknya terus mendengus segera menghampiri sang gadis, "Teh berangkatnya ayah anterin aja ya? Ga ada penolakan!" ujarnya yang kemudian terkekeh.
"Ayah mah bukan nanya tapi maksa!" balas sang gadis terkekeh geli.
"TEH BINTANG! PINJEMIN PIJA PENCIL WALNA YA! PUNYA PIJA ABIS," teriak sang adik dari dapur karena takut sang kakak segera pergi.
"FIZA JANGAN TERIAK-TERIAK IH! AMBIL DI KAMAR TETEH AJA!" balas sang Bunda sambil teriak pula, membuat ayah dan Bintang tekekeh geli.
"pamit dulu ya sama Bunda, ayah ambil mobil dulu di garasi."
Bintang bergegas berpamitan pada bunda untuk berangkat sekolah, meskipun sempat melarang berangkat di tengah hujan lebat sperti ini, namun yang namanya Bintang itu bebal kalo sudah menginginkan sesuatu. Akhirnya bunda hanya berpesan agar hati-hati saja.
....Sampai disekolah Bintang mendengus kesal karena ternyata disekolah tidak hujan sama sekali, hanya mendung saja. Tau seperti ini Bintang akan nekat membawa motor saja! Namun sayang hanya kekesalan yang ia dapat. Selepas sang ayah kembali ia melangkah menuju kelas, dan sepertinya ada sesuatu yang belum ia ketahui, karena kelas nampak menegang.
"lu ngotak ga sih? Sepatu gue cuma dikit warna birunya sat!" bentak Anggun pada seorang gadis yang Bintang ketahui anak OSIS. Bintang seketika mendengus kesal jika ini berhubungan dengan organisasi yang cukup ia benci.
"HEH! mau dikit kek mau banyak kek lu udah ngelanggar aturan! Siniin sepatu lo!" balas anak OSIS itu.
"lo!!!! Ka-" belum sempat syami membalas, Bintang sudah melakukan aksinya dengan melewati anak OSIS dan sengaja menyeggol bahunya hingga membuat dia terdorong dan hampir jatuh.
"anjing!" umpatnya.
"Manusia!" balas Bintang ketus.
"ga usah sok deh lo!"
"keluar!" balas Bintang dingin dengan sorot tajam. Semua orang tahu semenyeramkan apa Bintang ketika marah apalagi menyangkut sahabat-sahabatnya.
"kasihin dulu sepatu tu temen lo! Baru gue keluar!" pinta Rida.
"lepas sepatu lo! Baru gue kasih sepatu temen gue!" balas Bintang membuat beberapa orang disana terperangah karena jarang sekali Bintang mau banyak bicara.
"mak-"
"Sepatu lo ada warna pink nya!"
"ish.. Awas aja ya lo!" dengus Rida dan keluar bersama kedua teman OSIS nya karena malu.
"WOOWWWWWW!!!!" teriak anak-anak pasukan heboh. Termasuk anak kelas OTKP 2 yang merasa bangga dengan keberanian Bintang. Selalu terpukau walau mereka sudah beberapa kali melihat Bintang melakukan itu.
"TEMEN GUE NIH!" teriak Ranti heboh.
"hah? Lu mah ngakuinnya kalo gini doang ti! Bengek emang," balas Syami ngakak.
"Thank's Bi, padahal gue pen ngatain tu anak tadi!" ujar Anggun yang dibalas gelengan dan senyum kecil Bintang.
"nggun, padahal tadi lu jambak aja tu anak! Nangis kejer paling!" balas Lili sambil duduk di atas meja.
"komuknya bikin ngakak njir mereka," ucap Aryani puas.
"Katanya pengurus OSIS tapi ga ada akhlak!" dengus Lia yang dibalas sorakan oleh para sahabatnya.
Asik membahas hal yang baru saja terjadi tiba-tiba kelas menjadi hening membuat Bintang yang memang sedang menundukan kepalanya membuka games di hp nya langsung mendongkak dan tersentak melihat siapa yang berdiri dihadapannya.
"Pagi Bi," sapa seorang pemuda yang merupakan kakak kelas Bintang.
"pergi!" ketus Bintang.
"Bi-" belum sempat Yasa berucap, Bintang sudah membentaknya dan mengalah kembali.
"PERGI!" bentak Bintang membuat kelas semakin hening, bintang kembali menunduk dan bermain games kembali sedangkan para sahabatnya yang tahu bibit permasalahan Bintang dan seniornya itu hanya menahan nafas karena takut perang terjadi.
Kelas kembali seperti semula, namun baru semenit kelas dibuat heboh dan sebagian temannya memekik tertahan, sebuah kotak makan berwarna biru tersimpan dihadapan Bintang, sontak Bintang langsung mendongkak dan bersiap kembali mengeluarkan umpatannya, Namun...
"LO?" teriak Bintang membuat sebagian teman kelasnya menganga karena melihat ekspresi baru dari wajah Bintang. Sadar akan kelakuannya Bintang mengedarkan pandangannya dan segera kembali mengubah wajahnya menjadi datar.
Tatapan para sahabatnya seketika melirik menggoda, geli dan meminta penjelasan.
"Selamat pagi bibiKu," sapa Darga dengan cengiran khasnya. Telinga teman-teman Bintang mengangap bahwa kata 'Bibiku' itu maksudnya 'Bibi Ku' padahal itu diambil dari dari kata Noubiku.
Suara pekikan tertahan membuat Bintang ketar ketir sendiri, padahal ia tak melakukan hal hal aneh, tapi ini Darga! Orang yang sedang hangat hangatnya dibicarakan disekolahnya.
"lo ngapain ke sini?" tanya Bintang datar tanpa menjawab sapaan Darga.
"Balas dulu sapaan aku Bi," balas Darga sambil tersenyum manis membuat sebagian kaum hawa di kelas Bintang memekik tertahan dan gereget.
"Pagi! Mau ngapain?" ketus Bintang.
"aku bikin nasgor tadi pagi, khusus buat kamu! Dimakan ya! Aku yang bikin loh! Udah itu aja," jelas Darga sambil tersenyum dan mengelus puncak kepala Bintang membuat jantung Bintang bergemuruh seketika, teman - teman Bintang sudah berteriak heboh karena tingkah Darga sampai sebuah suara membuat Darga pamit kembali ke sekolahnya.
"GA! AYO BALIK! SUDAH MAU BEL INI RUPANYA!" teriak Hans dari pintu yang dibalas acungan jempol dari Darga.
"aku pamit ya! Sampai ketemu nanti pulang sekolah!" pamit Darga dan langsung berlari bersama Hans membuat keduanya menjadi bahan ghibahan pagi karena berkunjung ke sekolah tetangga.
Bintang masih syok dengan tingkah Darga, maksudnya Darga apaan? Ko ga paham? Ya Bintang bingung! Ini Darga salah minum obat apa gimana? Baru kenal seminggu loh dia sama Darga! Aish.
Pasukan segera berkumpul di meja Bintang dan mengajukan banyak pertanyaan pada Bintang, sumpah telinga Bintang rasanya ingin pecah saja! Mana malu, Bintang harus gimana ini? Segera Bintang menjatuhkan kepalanya pada lipatan tangannya tanpa memperdulikan pertanyaan dan godaan teman temannya.
Namun ia segera mendongkak dan mengambil kotak makan Darga karena pasti para sahabatnya akan mengambilnya, kemudian melanjutkan menenggelamkan wajahnya ke lipatan tangannya diatas meja tanpa memperdulikan protesan sahabat-sahabatnya.
...."BADASSSSSSS!!!!" teriak Hans heboh.
"ko aku jadi malu ya hans!" balas Darga sambil mengusap wajahnya frustasi.
"bahhhhh ngegas kau rupanya Ga! Tak sangka saya! hahahahahaha," ujar Hans ngakak, membuat teman-teman kelasnya melirik ke bangku Darga.
"Hust kalo ngomong ga usah pake Toa kenapa ih!" Ketus Darga gereget.
"Ya habisnya tingkah kau itu bikin gereget ga!" balas Hans menggebu.
"Gereget matamu! Aku malu loh ini Hans!"
"Ya resiko lah! Sapa suruh kau nekat kasih kotak makan ke anak sebelah," jelas Hans.
"ya karena aku terlanjur suka sama dia," gumam Darga tanpa terdengar oleh Hans.
Pekikan anak perempuan dijajaran bangku depan membuat Darga dan Hans menoleh ke depan, beberapa anak perempuan melirik ke arah Hans dan Darga membuat keduanya penasaran, hingga sebuah suara membuat keduanya paham.
"WHAT? DARGA SAMA HANS MAIN KE SMK WIDYA KUSUMAH?" Pekik Tata refleks.
"aish dasar lambe turah! Belun ada sejam udah nyebar aja gosipnya!" dengus Hans tak percaya dengan tingkah kang gosip itu, gerak cepat ternyata.
***
Bel pulang yang dinanti nanti oleh para siswa siswi sudah berbunyi, namun tak sesuai yang kelas 11 OTKP 2 harapkan, ketika anak-anak bersiap untuk pulang, pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah atau yang sering disebut OSIS malah membuat kekacauan dikelas Bintang. Sepertinya Rida dan teman-temannya tidak puas karena belum mendapat kan targetnya. 5 orang pengurus OSIS datang 3 diantaranya perempuan dan sisanya laki-laki.
Beberapa siswa yang memang sudah tak ingin berurusan dengan OSIS segera pergi setelah pamit pada anak kelas lainnya, tersisa Bintang dan para sahabatnya serta beberapa siswa yang siap melawan jika anak OSIS berulah.
"Mau apa lagi ya? Kelas udah beres, kita semua mau pulang!" Tanya Gani sebagai ketua kelas.
"kita ga ada urusan sama lo!" balas Annisa salah satu pengurus OSIS.
"urusan anak kelas ini urusan gue juga! Gue ketua kelasnya," jelas Gani dengan sorot tajam membuat Lili dan syami menggigit kuku dengan kuteks hitamnya karena gereget dengan sikap tanggung jawabnya Gani sang ketua kelas.
"ok, kita cuma dapat laporan kalo siswa kelas ini ada yang melanggar aturan dengan memakai sepatu tidak sesuai aturan hari ini," jelas Yasa, ketua OSIS.
"iya gue pake sepatu hitam yang ada corak warna birunya! Tapi dikit ko, kata bu Yash gapapa karena dikit! Tapi kenapa anak buah lo ngotot banget ya?" balas Anggun dengan nada sinis.
"halah! Pasti boong! Tetep aja kan sepatunya ada coraknya!" ucap cowok jangkung bernama Revo.
"Diem sat! Lu cowok tapi bacotnya kek cewek!" balas Lia ngegas membuat Revo menatapnya tajam namun di acuh kan oleh Lia.
Yasa menghela nafas karena ia gegabah main langsung datang saja tanpa meminta informasi lengkap dari yang lainnya. Corak yang dipakai anggun memang tidak berlebihan, dan ia malah gegabah.
"Sorry karena info yang gue dapet ga lengkap, lo aman ko pake sepatu itu." Ujar Yasa.
"see? Kalian cuma melebih lebihkan tanpa bercermin! Sepatu kalian yang harusnya dirazia!" balas Aryani sambil melenggang pergi untuk ke ruangan Paskibra yang diikuti oleh anak lainnya ke luar kelas.
"Lain kali didik anggota lo biar tau aturan!" Ujar Gani sambil berlalu.
Yasa menatap tajam anggota Organisasinya, "sepatu kalian simpan di ruang OSIS hari ini juga!" ucap Yasa final tanpa memperdulikan protes ke empat anggotanya.
Belum sempat keluar dari kelas, ia melihat Bintang yang sedang membereskan alat tulisnya yang ditemani oleh Lili dan Syami, karena sahabatnya yang lain sedang ada urusan. Yasa melangkah mendekati Bintang, namun belum sempat berucap seseorang yang asing di mata Yasa duduk dibangku depan Bintang dan berbincang dengan Bintang, terlihat Syami dan Lili yang melempar godaan pada pemuda asing itu.
Ah Yasa baru ingat, seragam yang dipakai pemuda itu adalah seragam SMA pancasila, sekolah tetangga, tapi kenapa ia berani sekali berkunjung ke sini? Memang tidak ada riwayat permusuhan, tapi ko berani sendiri ke sini?. Yasa terlanjur kesal akhirnya bergegas keluar.
***
Darga berjalan dengan percaya diri menyusuri lorong sekolah SMK Widkum (Widya Kusumah) tanpa menghiraukan tatapan memuja dan tatapan aneh disekitarnya. Ya kali ini dia sendiri nekat datang ke sekolah Bintang karena Hans sedang ada urusan Ekskulnya.
Terlihat hanya ada beberapa orang dikelas Bintang, termasuk Bintang dan kedua sahabatnya yang sedang membereskan alat tulisnya, di depan kelas ada beberapa orang yang terlihat protes pada seorang laki-laki, namun bukan itu tujuan Darga, jadi ia melangkah menuju Bintang dan duduk di bangku kosong depan Bintang. Syami dan Lili yang duduk di meja mendadak gemas melihat Darga yang tiba-tiba datang dengan senyuman dan cengiran khasnya.
"Halo Assalamualaikum Noubiku?" sapa Darga.
"Waalaikumsalam," jawab Syami dan Lili bersamaan. Berbeda dengan Bintang yang malah mendelik tajam kemudian mengeluarkan kotak makan Biru yang sudah kosong dan bersih karena sudah di cuci tadi ketika jam istirahat.
"makasih!" ucap Bintang singkat namun mampu membuat kedua sahabatnya menggoda Bintang dan Darga.
"Awww mau dong dikasih makanan spesial juga!"
"martabak kali ah," balas Syami ngakak.
"Yang spesial itu perempuan yang sedang ku Perjuangkan saat ini," ujar Darga yang disambut pekikan heboh dari Syami dan Lili. Namun, Bintang hanya mendengus saja tanpa memperdulikan Darga. Setelahnya Bintang bergegas pergi keluar untuk pulang.
"Belajar matematikanya di cafe biasa Bi?" tanya Darga memecah keheningan.
"mmm... Di rumah gue aja!" putus Bintang membuat Darga hampir saja memekik senang.
"Ok, Biku!!"
Bintang berjalan menuju halte membuat Darga mengerutkan keningnya, "kenapa ke halte?" tanya Darga heran.
"gue harus ke sekolah lo hah?" Balas Bintang dengan nada sinis namun raut wajahnya masih sedatar biasanya.
Darga yang sadar akan kebodohannya karena masih meninggalkan motor kesayangannya diparkiran sekolahnya hanya menggaruk tengkuknya, lantas ia segera pamit untuk mengambil motornya dan menyuruh Bintang menunggu sebentar.
Hanya membutuhkan beberapa menit, motor Darga pun sampai didepan halte membuat beberapa siswa kedua sekolah itu melirik ke arah Darga dan Bintang yang naik ke boncengan Darga tanpa memperdulikan tatapan orang lain.
Tak ada perbincangan sama sekali, hanya sesekali Darga berdehem pelan karena canggung, ia bingung harus membahas topik apa, jadi ia lebih memutuskan untuk diam saja.
Tak terasa dua puluh menit berlalu dan motor Darga sampai didepan pagar rumah Bintang, Bintang turun dari Motor Darga kemudian membuka pagarnya agar Darga bisa masuk ke halaman rumahnya.Rumah berlantai satu namun cukup luas itu terlihat asri dan rindang karena terdapat beberapa pohon yang mulai tinggi, tapi itu tidak membuat rumah keluarga Bintang terlihat menyeramkan, justru malah terlihat indah.
"Assalamualaikum," salam Bintang sambil membuka sepatunya kemudian menjinjingnya dan menyimpannya di rak sepatu dekat pot bunga di pojok kanan rumah, Darga pun mengikuti Bintang.
"waalaikumsalam," jawab seorang perempuan berumur 40-an namun terlihat masih muda yang sambil membuka pintu untuk Bintang.
"loh tumben cepet Teh?" tanya Nur.
"iya bu, sama temen," balas Bintang sambil mengecup punggung tangan Ibunya.
"sore tante," sapa Darga sambil mengecup punggung tangan Nur.
"wah ayo masuk masuk!" ajak Nur sambil membuka pintunya lebar-lebar.
"teteh ganti pakaian dulu ya, baru lanjut! Ibu ambil minum sama cemilan dulu," ujar Nur sambil mempersilahkan Darga untuk duduk di ruang tamu.
Lima menit kemudian Nur kembali dengan minuman dan cemilan yang diikuti seorang anak laki-laki yang menggemaskan sambil membawa pisang yang sedang dimakannya.
"diminum ya nak, eh namanya siapa?" tanya Nur sambil duduk di kursi sebrang Darga.
"Darga tante," balas Darga sopan.
"nak Darga temannya teteh atau pacarnya?" tanya Nur lagi penasaran.
"eh? Teman tante, tapi kalo diijinin mau juga jadi pacarnya hehehe."
"hahaha lucu kamu, fokus belajar aja dulu ah! Tapi kalo emang suka ya pepet aja hahaha," ucapan Nur membuat Darga senang bukan main, walaupun bercanda untuk Darga sih bodo amat, ia menganggap ini lampu hijau.
"hehe siap tante," balas Darga.
"ibu! Fiza mau main ya sama Rangga," ujar Afriza pada Nur sambil memakan Pisang di tangannya.
"mandi dulu gih baru main," balas Nur sambil mengusap sayang kepala Afriza.
Tak lama anak kecil itu bergegas ke kamarnya untuk mandi."bu, itu fiza mandiin dulu! Teteh mau belajar soalnya," ujar Bintang yang baru saja datang dari kamarnya.
"iya teh, belajar yang bener ya kalian! Ibu pamit ke belakang dulu." anggukan keduanya tanda persetujuan ucapan Nur sedangkan Bintang dan Darga mulai belajar.
Hentakan suara sepatu pentople beradu dengan lantai menggema dikoridor kelas 12, keadaan terlihat sepi karena bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, seorang gadis meraup wajahnya yang penuh keringat karena untuk pertama kalinya ia terlambat seperti ini walau hanya 3 menit saja.Sesampainya dikelas 12 OTKP 2 ia langsung mengetuk pintu membuat suara gemuruh dari kelas mendadak tak ada suara, namun setelah si gadis membuka pintu dan masuk suara gemuruh kembali bahkan lebih keras."KIRAIN BU YASH BI!" Teriak Bayu dari belakang.Tak memperdulikan teriakan teman-temannya, Bintang melangkah menuju tempat duduknya dibagian belakang. Sambil menunggu bu Yashinta masuk ia mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian menyumpal telinganya dengan itu.Baru beberapa putar lagu kelas mendadak hening, Bintang yang asik memejamkan mata langsung membuka matanya karena ia pikir Bu Yash sudah datang, namun yang ada didepan
Bel di SMA pancasila menggema menandakan waktu pulang telah tiba, semua murid dengan cepat membereskan alat tulis guna cepat pulang, namun ada juga yang tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan tambahan. Darga dan Hans merupakan salah satu dari opsi pertama, keduanya tengah bersiap untuk pergi dari sekolah, namun kegiatan keduanya terhenti ketika dua orang perempuan menghampiri kedunya dengan sesuatu ditangannya. Darga hanya mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan kegiatannya yang tinggal memakai ranselnya kemudian bersiap meninggalkan kelas bersama Hans. Langkahnya terhenti ketika salah satu perempuan itu berujar. "Darga? Bisa bicara sebentar?" tanya salah satu perempuan tersebut. "boleh mau biacara apa?" tanya Darga ketika sudah berhadapan dengan perempuan itu. "aku bisa nebeng ke kamu? Soalnya aku ga dijemput." Hans tertawa kecil kemudian melangkah mendekati ked
Kelas 12 OTKP 2 terlihat masih lenggang, baru ada 3 siswa dikelas itu dan rata-rata itu yang mengerjakan PR nya, Bintang mendudukan dirinya dibangku paling belakang kemudian melepaskan tas yang berada dipunggungnya dengan cara melemparnya ke atas meja. Ketiga siswa itu langsung menoleh ke arah Bintang dan mengerutkan dahinya, karena tak biasanya Bintang datang dengan wajah pucat pasi."Ra lu gapapa?" tanya Bayu."ah itu anu, eh gapapa," balas Bintang tidak jelas. Ketiganya kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh kembali ke arah Bintang.Tangan Bintang bergetar hebat, wajahnya semakin pucat, pikirannya melanglang buana tak jelas, bayangan silih berganti menari diotaknya membuat ia mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih."sialan," gumam Bintang sambil menutup matanya.Memori masa lalunya silih berganti menampakan diri di otaknya, semakin iya menenangkan diri semakin cepat me
Bel pulang mengalun merdu membuat seluruh warga SMA pancasila menampilkan wajah cerah, sama halnya dengan Darga yang sejak mendengar bel pulang berbunyi, ia langsung membereskan alat sekolahnya dan bersiap untuk pulang, oh tidak, lebih tepatnya mampir dulu ke sekolah tetangga guna melepas rindu. Namun berbeda dengan Hans, ia nampak lesu dan tak bertenaga membuat Darga mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah satu-satunya sahabat Darga itu. "kenapa sih?" tanya Darga yang sudah siap dengan tas dipunggungnya. "aduh Ga, hari ini kumpulan anak musik, males kali aku hari ini. Ingin ikut kau saja lah ke sekolah tetangga," jelas Hans dengan pelan.. "haish, kumpul dulu lah, gapapa nanti aku tungguin di cafe." Balasan Darga malah membuat Hans berdecak sebal, tidak tau saja Darga kalo Hans ini sedang jatuh hati kepada salah satu sahabatnya Bintang. Makanya ia ingin ikut sekarang agar bisa be
Darga sampai dirumahnya pukul 07.29, segera ia memasukan motornya ke garasi dan langsung masuk menyapa sang Ibunda yang sedang duduk anteng menonton salah satu sinetron Indonesia beserta Papa nya yang sedang bermanja ria dengan tiduran di paha sang Istri. "uhuk keselek angin," canda Darga sambil mendudukan bokongnya disofa samping kedua orang tuanya. "ga keselek sianida sekalian aja Ga?" tanya sang Papa sambil mendengus pelan. "meninggoy kali dih," balas Darga cemberut. "datang tuh ya bilang salam Nak bukannya malah usil," ujar Anna memberitahu Darga. "ya maaf atuh kanjeng Ratu," balas Darga sambil terkekeh. Gibran yang melihat anaknya tidak juga beranjak dari sana, ia langsung mengkode anaknya itu supaya Darga segera naik ke kamarnya agar ia bisa melanjutkan kegiatan mesranya bersama sang Istri. Darga yang sengaja pura-pura tak paham dengan kode Pa
Parkiran SMK Widya Kusumah terlihat padat, siswa-siswi sibuk mengatur kendaraannya masing-masing untuk segera keluar dari area sekola, sedangkan siswa yang tak membawa kendaraan terlihat berburu angkot agar segera sampai ke rumah.Aryani yang merupakan salah satu anggota paskibra belum bisa pulang karena masih ada keperluan diorganisasinya, Malia yang merupakan anak mading pun sama halnya dengan Aryani, masih mempunyai kesibukan diorganisasinya.Sedangkan dilantai 2 gedung A tepatnya dikelas OTKP 2 terlihat masih ramai dan menjadi salon dadakan, Syami dan Lili sibuk memakaikan kuteks kepada teman-temannya, itung-itung amal katanya.Sebagian siswi menunggu lenggang koridor agar tidak berdesakan dengan memakai cat kuku dari Syami dan Lili yang dengan suka rela membagikan kuteks mereka yang sudah lama tak dipakai, dan lebih berguna jika dibagikan kepada teman-temannya."mau warna apa nih?" tanya Syami kepada
"gimana dok keadaannya?" tanya anak laki-laki kepada seseorang yang memakai kemeja putih."dia sakit pelut," balas seseorang yang disebut dokter itu."loh kan pusing? Kenapa jadi sakit perut sih?" tanya anak laki-laki itu lagi."telselah doker dong!" balas Dokter dengan kesal."dasar dokter penipu!" sentak anak laki-laki itu."Ihh mana ada doktel penipu! Langga kan doktel yang baik!" bantah dokter abal abal yang ternyata Rangga."halah dokter yang baik kaya om Bagas! Rangga mah nipu!" jelas Fiza dengan kesal."Langga kan anaknya Yayah! Jadi Langga juga baik," jelas Rangga lagi.Perdebatan keduanya terus berlanjut tanpa mengetahui kegaduhan yang terjadi diluar kamar Fiza.***BRAKKK BRAAKKK BRAAKKKGedoran brutal Bintang didepan pintu kamar mandi sangat berisik, teriakan Nur dan Echa pun tak kalah membuat suara berisik semakin terdengar.Sedangkan orang yang dituju tak menghiraukan teriakan dan gedora
Setengah enam pagi, kediaman Bapak Bagas sudah nampak rusuh, teriakan Darga dan Rangga saling bersahutan, dapur yang biasanya hanya diisi Echa kini ada Anna yang membantu membuat sarapan. Bagas siap-siap untuk berangkat ke Rumah sakit dan Gibran siap-siap ke kantor. Teriakan Darga dan Rangga nampak hal tak aneh bagi keluarga Anggara, buktinya semua fokus pada kegiatan masing-masing tanpa menghiraukan Darga yang berteriak kesal karena ulah sepupu tercintanya itu. "MAMA????? TANTE ECHAAAAA??? INI ANAKNYA KARUNGIN AJA SIH! NGESELIN AH!" Teriak Darga yang kesal karena Rangga mengganggunya. "aduan huuuu! Malu dong sama Kak Bibi!" ejek Rangga membuat Darga semakin murka. "APA SIH LU BOCIL? MAU GUE BANTING HAH!" teriak Darga sambil turun dari ranjangnya. Rangga yang melihat Darga turun pun segera berlari keluar dari kamar, Darga mencabut Infusannya kemudian berjalan keluar kamar berniat menyusul Rangga. Darga membuka pintu dengan