Darga sampai dirumahnya pukul 07.29, segera ia memasukan motornya ke garasi dan langsung masuk menyapa sang Ibunda yang sedang duduk anteng menonton salah satu sinetron Indonesia beserta Papa nya yang sedang bermanja ria dengan tiduran di paha sang Istri.
"uhuk keselek angin," canda Darga sambil mendudukan bokongnya disofa samping kedua orang tuanya.
"ga keselek sianida sekalian aja Ga?" tanya sang Papa sambil mendengus pelan.
"meninggoy kali dih," balas Darga cemberut.
"datang tuh ya bilang salam Nak bukannya malah usil," ujar Anna memberitahu Darga.
"ya maaf atuh kanjeng Ratu," balas Darga sambil terkekeh.
Gibran yang melihat anaknya tidak juga beranjak dari sana, ia langsung mengkode anaknya itu supaya Darga segera naik ke kamarnya agar ia bisa melanjutkan kegiatan mesranya bersama sang Istri.
Darga yang sengaja pura-pura tak paham dengan kode Papanya hanya mengernyitkan keningnya kemudian tiduran disofa samping. Melihat tingkah menyebalkan Darga, Gibran pun bangkit dari tidurannya dan menarik kaki Darga membuat ia terjatuh ke lantai, pekikan Anna dan Darga tak Gibran hiraukan. Ia malah lanjut kembali rebahan dipaha sang Istri.
Sedangkan Anna yang masih kaget belum bereaksi apa-apa. Darga yang kesal pun akhirnya pergi ke kamarnya. Sungguh, Papa macam apa papa nya ini? Kenapa kejam sekali.
"Astagfirullah Mas, Darganya mana?" panik Anna yang langsung berdiri membuat suaminya terjatuh ke lantai dengan keras. Malang sekali Bapak Gibran ini.
"Maaaaaa, aish sakit ni!" dengus Gibran.
"Bodo amat, Mama mau nyusul Darga! Takutnya ada yang sakit," jelas Anna sambil berlalu meninggalkan suaminya yang masih rebahan di lantai.
"astaga punya Istri begini amat," cibir Gibran sambil berdiri dan kembali rebahan. Mulutnya tak tinggal diam, sibuk menyalah sang anak atas kelakuan Istrinya yang lebih menyayangi anaknya.
Gibran ini kalo cemburu tak pandang orang, anaknya pun dicemburui, dasar posesif.
***
Hari minggu merupakan hari bermalas-malasan bagi siswa-siswi yang mageran, berbeda dengan Darga yang dipaksa kerja rodi oleh baginda rajanya, Bapak Gibran.
Setelah solat subuh Darga dipaksa turun untuk berolahraga terlebih dahulu dengan jooging bersama keliling komplek. Setelahnya Darga dipaksa berkebun oleh sang Papa.Kebun kecil dibelakang rumah sudah dicangkul Darga sejak pagi, keringat pun sudah membanjiri tubuh Darga, sedangkan sang Papa menjadi mandor dadakan agar Darga terus bekerja. Sungguh kejam.
"Ga?? Sini makan dulu," teriak Anna dari gazebo yang diduduki Gibran.
"Babu! Ni isi bensin dulu!" teriak Gibran dengan jahil membuat Darga membanting cangkulnya.
"heh! Itu cangkul kenapa dilempar-lemapar? Mau disentil ginjalnya?" teriak Gibran.
Pemandangan ini sudah tak aneh bagi Anna, tak Papa tak Anak sama saja kelakuannya membuat ia selalu pusing. Kalo tidak ada salah satunya malah sepi sekali, giliran kumpul malah bikin sakit kepala. Benar-benar harus perbanyak stok sabar tante Anna ini.
"bensin bensin dih, dikata Darga tuh si hitam apa?" dengus Darga sambil meminum minuman yang dibawakan Anna.
"sama-sama Gasssspooollll ini," balas Gibran sambil terkekeh.
"hilih dasar bapak Gibran!"
"udah-udah, ribut terus kalian ini! Pusing ni mama!" gerutu Anna membuat keduanya terdiam dan khidmat memakan camilan.
Syukurlah akhirnya keduanya terdiam lama, namun mata keduanya masih saling mengejek membuat Anna tersenyum geli, setelah memakan camilan bersama akhirnya Darga dibantu Anna dan Gibran menyelesaikan berkebunnya.
.
...Rembulan bersinar terang malam ini, bintang bertabur indah dilangit malam menandakan cuaca cerah membuat dinginnya bertambah. Namun dingin malam kali ini tak mengusik Darga yang anteng berdiam diri di balkon kamarnya dengan ponsel ditelinganya.Untuk kali ini sang penelponnya adalah gadis yang tengah tersenyum disebrang sana, bukan Darga yang menelpon. Wajah Darga tidak tersenyum dan malah mendengus berkali-kali.
"huum."
"iya!"
"maaf ya mau tidur, jadi aku matiin! Assalamualaikum," tutup Darga tak menghiraukan balasan sang penelpon.
Setelah dua menit menutup telpon dan Darga asik memandang langit yang bertabur bintang, ponselnya kembali berdering dan Darga tak menghiraukannya. Namun karena kesal, setelah tiga kali berdering akhirnya Darga mengangkatnya.
"kenapa lagi Dinar?!" sentak Darga kesal.
"Dinar?" tanya sipenelpon dengan pelan.
"Hah?" respon Darga kaget mendengar suara familiar sipenelpon.
Sontak saja Darga langsung melihat nama yang tertera diponselnya, melihat nama yang terpampang jelas dilayar ponselnya mrmvuat ia gugup, seperti ketahuan selingkuh?.
"ah maaf BiKu, kirain temen sekolah aku," jelas Darga dengan gugup.
"Oh, yaudah!" balas Bintang kemudian sambungan terputus.
"lah!" kaget Darga yang langsung melihat layar ponselnya. Dan benar saja sambungannya diputuskan oleh Bintang.
Darga yang gemas pun menelpon kembali Bintang, nada sambung ke 3 diangkat oleh Bintang. Namun nadanya membuat Darga kaget karena ngegas.
"Kenapa?!" Bentak Bintang dari sebrang sana.
"eh?! Kenapa ngegas Biku? Tadi kamu nelpon ada apa?" tanya Darga lembut.
"Ga jadi!" ketus Bintang membuat Darga menggaruk pelipisnya pelan.
"gapapa ga jadi juga bilang aja," ujar Darga.
"Ga jadi pokoknya! Telpon lagi aja sana pacar lo!"
Sambungan terputus kembali, namun kali ini wajah Darga berbinar, sontak ia melompat tak jelas karena kegirangan mendengar kalimat Bintang sebelumnya. Darga pikir Bintang cemburu kepada Dinar karena Darga kira Dinar yang menelpon. Kenapa sebahagia ini? Padahal belum tentu seperti itu, baiklah Darga berpositif thingking saja kalo Bintang sedang cemburu.
Sedangkan ditempat Bintang, ia sedang menggerutu tak jelas karena kekesalannya kepada Darga, niat ingin ditemani mengerjakan tugas yang masih menumpuk, ini malah kesal dibuatnya. Siapa pula Dinar ini? Pacarnya Darga kah? Gebetannya kah? Atau siapa? Aish pusing kepala Bintang baru memikirkannya saja.
Akhirnya Bintang pun kembali melanjutkan kegiatan yang sebelumnya tertunda, membuat surat yang harus ditulis tangan dengan rapi, salah satu huruf saja ia harus kembali mengulang membuatnya. Kepala jurusannya mendidik agar anak-anak OTKP atau Otomatisasi Tata Kelola perkantoran itu disiplin dan rapi. Maka dari itu membuat surat saja harus ditulis tangan dengan rapi tanpa ada kesalahan sedikitpun.
Asik memikirkan kata-kata yang pas untuk surat balasan penawaran barang, Bintang dikejutkan dengan nada panggilan ponselnya yang tepat disampingnya. Ternyata bukan telpon, melainkan video call dari Darga, karena masih kesal ia pun tak mengangkatnya. Namun ia kembali berpikir, untuk apa ia kesal? Ia bukan siapa-siapanya Dargakan? Lantas kenapa? Dasar Bintang! Masa iya cemburu?.
Bintang menggelengkan kepalanya dengan cepat karena pemikirannya yang aneh ini, ia baru mengenal Darga beberapa minggu, jadi tidak mungkin menyukainya. Bintang tak sadar, bahkan yang menyukai dalam sekali pandang pun banyak.
Karena tak ingin Darga berfikir aneh, Bintang akhirnya mengangkat VC dari Darga, yang pertama kali Bintang lihat adalah Darga yang sedang duduk dan tersenyum ke arah ponsel.
"Assalamualaikum BiKu," salam Darga yang masih mempertahankan senyum manisnya.
"ekhm, waalaikumsalam," balas Bintang dengan datar namun sebetulnya ia gugup karena Darga terus tersenyum melihat ke arahnya, oh atau lebih tepatnya ke ponselnya. Apakah ada yang lucu di ponsel Darga? Atau layar ponselnya?.
"tadi kenapa nelpon?" tanya Darga.
"ooh, ga jadi," balas Bintang sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain karena merasa gugup.
"masa sih?" tanya Darga sambil terkekeh. Dan kekehan Darga kali ini malah membuat jantung Bintang berdetak dengan kencang, padahal Bintang sering melihat Darga seperti itu, namun mengapa kali ini berbeda rasanya?.
"ah-anu itu, ah gue lagi ngerjain PR!" balas Bintang gugup.
"memang kamu udah sehat betul?" tanya Darga serius.
"udah sehat ko, tinggal memar dikit sih," jawab Bintang dengan pelan diakhirnya.
"Yaudah lanjut gih, aku temenin," balas Darga peka.
Rasanya Bintang ingin tersenyum lebar dengan kepekaan Darga, namun ia tahan dan hanya menganggukan kepalanya, ponselnya Bintang simpan didepan tumpukan buku agar ponselnya bisa diposisi berdiri tepat menghadap ke arahnya.
Kertas yang awalnya dibiarkan kini ia pegang kembali dan bersiap melanjutkan pekerjaan rumahnya, sedangkan Darga menatap lekat ke arah Bintang yang fokus mengerjakan PR nya.
"kalo fokus gitu keliatan manis banget sih!" ujar Darga tak sadar, Bintang yang kaget pun tak sengaja mencoret kertas nya, sontak saja ia berteriak kesal karena sadar surat yang ia buat tak akan diterima oleh gurunya esok karena ada coretan.
"kenapa Bi? Ada apa?" tanya Darga kaget melihat wajah panik campur kesalnya Bintang.
"salah lagi kan jadinya!" dengus Bintang kesal.
"bikin lagi dong?" tanya Darga polos membuat Bintang mendelik.
Ingin sekali Bintang rasanya mencubit ginjal Darga, menyebalkan! Sudah tau harus membuat lagi, Darga dengan polosnya malah bertanya seperti itu.
Tak menjawab pertanyaan Darga, Bintang pun dengen segera mungkin kembali membuat suratnya, Darga pun tau jika kesalahan Bintang disebabkan oleh dirinya hanya bisa meringis tak enak.
"maaf BiKu," ujar Darga yang dibalas deheman oleh Bintang.
Akhirnya Bintang fokus ke tugasnya dan Darga fokus melihat wajah manis Bintang, mungkin untuk orang lain ini membosankan, namun untuk Darga ini adalah hal manis. Dasar bucin!
Sesekali Darga bertanya, apa yang Bintang buat, apa saja yang harus dibuat, dan banyak lagi, membuat Bintang semangat mengerjakan tugas karena ditemani.
Waktu telah menunjukan pukul 01.12 dini hari, Bintang melihat layar ponselnya yang menampilkan Darga tertidur dikasurnya, sepertinya sengaja menyimpan ponsel didekat wajahnya. Dan kapan Darga pindah? Eh atau Bintang yang lupa jika Darga sudah ijin tadi?
Darga terlelap dengan damai, wajah tampannya membuat orang betah memandangnya termasuk Bintang yang dengan lekat memandang Darga yang terlelap.
Semua tugas sudah Bintang kerjakan, ia dengan pelan membereskan meja belajarnya, setelah rapi, Bintang kembali duduk dan mengambil ponselnya guna melihat Darga dengan jelas, dengan iseng Ia kembali menyimpan ponselnya didekat tumpukan bukunya agar ponselnya berdiri dan menghadap ke arahnya, kemudian ia menyimpan kepalanya diatas meja, tak sadar ia terkekeh dengan posisi seperti itu.
Lama kelamaan matanya terpejam, akhirnya ia terlelap dengan damai dimeja belajarnya ditemani Darga yang juga tidur disebrang sana lewat ponselnya yang masih tersambung. Dipastikan tubuh Bintang akan pegal dihari esok.
***
Kumandang Adzan sayup terdengar ditelinga Darga, matanya dengan pelan terbuka sambil mengucap hamdalah, kemudian Ia bangkit dari tidurnya dan bergegas turun untuk siap-siap ke mesjid. Namun langkahnya terhenti kala ia mengingat jika semalam ponselnya masih tersambung dengan Bintang, dengan tergesa ia mengambil ponselnya yang sudah bergeser dari tempat ia menyimpannya.
Dan Darga terkejut kala melihat Bintang masih dimeja belajarnya sedang tertidur dengan lengan sebagai bantalan. Apa Bintang ketiduran? Dengan tersenyum geli Darga men-screenshoot layar ponselnya untuk mengambil gambar Bintang yang sedang tertidur. Setelahnya ia memutuskan sambungan vc nya dan bergegas ke kamar mandi.
Pukul 06.49 Bintang sudah sampai disekolah tepatnya dikelasnya. Kelas sudah ramai dengan siswa-siswi yang sibuk melanjutkan tugasnya yang masih belum selesai, termasuk para sahabat Bintang yang ribut karena masih banyak yang belum mereka selesaikan.
Bintang tak menghiraukan kericuhan yang terjadi, ia masih pusing karena semalam bergadang dan parahnya tubuhnya sangat pegal karena tertidur dimeja belajar. Pundaknya terasa sakit ketika digerakan, jadi ia lebih memilih tidur terlebih dahulu sebelum pembelajaran dimulai.
"BI????" teriak Aryani, dengan kaget?
"hmm?" balas Bintang yang masih memejamkan matanya.
"lu begadang ditemenin Darga?" Tanya Aryani dengan benar-benar kaget kali ini.
"Hah?"
Bagaimana bisa Aryani tau? Tidak mungkin mengada-ngada karena wajahnya serius membuat Bintang kikuk.
"Darga bikin SW njir! Foto lu lagi tidur, emang sih wajahnya ditutup, tapi gue hapal bener kamar lu kek gimana!" jelas Aryani dengan semangat kali ini.
"Wahhh anjir parah! Pantesan PR nya kelar semua," timpal Lili sambil menulis cepat.
"njir ditemenin cogan sih!" ujar Ranti sambil memberi garis pinggir dikertas HVS nya.
"apaan dah," balas Bintang gugup.
"Cieeeeeeeee" kompak para sahabat Bintang.
Wajah Bintang bersemu merah membuat semuanya semakin gencar menggodanya, karena malas berlanjut akhirnya Bintang berjalan cepat keluar kelas untuk ke toilet. Bisa semakin parah jika ia masih berdiam diri didekat para sahabatnya.
Tanpa sadar ia berpapasan dengan seseorang yang sejak tadi memandang ke arah Bintang, dan tangannya ditahan oleh orang itu, namun dengan refleks ia menghempaskan tangannya karena kaget.
Wajah yang semulanya merah karena godaan sahabatnya kini berubah datar dengan sorot mata yang tajam, senyum miring tercetak jelas diwajah Bintang.
"mau apa lo?" tanya Bintang dengan senyum miringnya.
"gue minta maaf," ujar orang itu pelan.
"ngomong yang tegas! Jangan kaya banci!" tegas Bintang dengan tajam.
"Noura... Gue minta maaf, sumpah gue ga sengaja waktu itu," jelasnya.
"bacot anjing!" bentak Bintang kasar, kemudian melengos pergi meninggalkan orang itu.
Beberapa siswa yang melihat itu terkejut, Bintang yang jarang berinteraksi dengan orang lain kecuali para sahabatnya itu terlihat berbicara, yang lebih mengejutkannya ia berbicara kasar didepan banyak orang, berbeda jika dikelasnya, tapi ini diluar kelasnya. Menakjubkan, jangan ditiru!
Revo yang sejak tadi melihat perbicangan Bintang langsung menghampiri orang yang berbicara dengan Bintang. Dengan pelan menepuk pundaknya.
"sabar bro, nanti minta maaf lagi," ujar Revo.
"sumpah gue ga tau kalo bakalan bikin dia jatoh waktu itu."
Ya, orang yang berbicara dengan Bintang adalah Yasa, ia merasa bersalah karena tidak menolong Bintang dan malah membiarkannya ketika terjatuh. Ia terlalu syok saat itu.
"iye, nanti coba lagi! Kuy lah bentar lagi masuk kelas."
Akhirnya Yasa mengikuti langkah Revo menuju kelasnya, tanpa mereka sadari seseorang tersenyum pongah mendengar pembicaraan Yasa sejak awal.
"belum seru ya," ujar ia pelan, kemudian melangkahkan kakinya pergi dari sana.
Bel pulang SMA pancasila menggema membuat siswa-siswinya bersorak senang karena bisa pulang dan menikmati tidur siang dirumah atau nongkrong bersama teman-temannya.
Koridor masih dipenuhi siswa-siswi yang hendak pulang membuat Darga dan Hans enggan keluar saat ini, menunggu beberapa menit agar koridor tak padat merayap. Hans asik menggoda Darga karena snap wahtsapp nya, namun yang digoda malah acuh seakan tidak terjadi apa-apa.
Sejak pagi pun anak kelas Darga kerap melirik ke Darga seolah Darga melakukan hal yang tak wajar, tapi dasar Darganya acuh, jadi tak ia hiraukan. Itung-itung jurus mengusir para betina yang ganjen, pikir Darga.
"permisi," ujar seseorang dari pintu kelas, kebetulan dikelas hanya tingga beberapa orang saja termasuk Darga dan Hans.
"Loh Rara? Ngapain?" tanya Hans.
"eh anu Kak, Rara mau ambil kotak makan Rara, mama udah nanyain," jelas Rara pelan sambil menunduk.
"ooh bentar," ujar Hans sambil membuka tasnya guna mengambil kotak makan milik Rara yang tempo lalu ia lupa kembalikan.
Rara mengangguk pelan sambil menatap wajah Hans, kenapa Rara bisa sangat suka Hans? Padahal Hans tak ada kalem-kalemnya, bobrok malah. Tapi ya namanya juga jatuh cinta, bisa bikin orang buta!
"Nih! Thanks ya, lain kali ga usah kirim lagi, kasian kamunya harus masak," jelas Hans secara pelan menolak, namun dasar Raranya yang polos malah berpikir jika Hans tidak ingin ia kecapean, baper!
"ih Kak Hans perhatian banget sih!" seru Rara membuat Darga bergidik ngeri, sudah ditolak secara halus malah baper.
"Hah?" Hans mengerjapkan matanya pelan karena terlalu kaget dengan respon Rara, Hans kira Rara akan sedih, namun diluar dugaan.
Darga dan Hans segera pamit, keduanya meringis pelan atas pemikiran Rara yang kelewat polos atau pura-pura bodoh? Ntahlah, hanya Rara dan Tuhan yang tau.
"Hans, BiKu kenapa ga balas SW ku ya?" tanya Darga pelan sambil memakai helmnya.
"ya mana ku tau lah! Tapi ada liat sw kau Bibi tuh?" Tanya Hans sambil menstater motornya.
"nah itu! Dia liat SW ku, tapi ga ada komentar apapun, apa dia marah ya?"
Hans membuka kaca helmnya lalu memandang ke arah Darga dengan usil, "kalo kau mau tau jawabannya, kita ke SMK widkum sekarang," ujar Hans sambil menutup helmnya dan menjalankan motornya ke arah yang baru saja ia sebutkan.
Darga yang melihat Hans sudah melesat srgeta juga ia menarik gas nya dan menyusul Hans ke sekolah sebelah untuk bertemu dengan Bintang.
Parkiran SMK Widya Kusumah terlihat padat, siswa-siswi sibuk mengatur kendaraannya masing-masing untuk segera keluar dari area sekola, sedangkan siswa yang tak membawa kendaraan terlihat berburu angkot agar segera sampai ke rumah.Aryani yang merupakan salah satu anggota paskibra belum bisa pulang karena masih ada keperluan diorganisasinya, Malia yang merupakan anak mading pun sama halnya dengan Aryani, masih mempunyai kesibukan diorganisasinya.Sedangkan dilantai 2 gedung A tepatnya dikelas OTKP 2 terlihat masih ramai dan menjadi salon dadakan, Syami dan Lili sibuk memakaikan kuteks kepada teman-temannya, itung-itung amal katanya.Sebagian siswi menunggu lenggang koridor agar tidak berdesakan dengan memakai cat kuku dari Syami dan Lili yang dengan suka rela membagikan kuteks mereka yang sudah lama tak dipakai, dan lebih berguna jika dibagikan kepada teman-temannya."mau warna apa nih?" tanya Syami kepada
"gimana dok keadaannya?" tanya anak laki-laki kepada seseorang yang memakai kemeja putih."dia sakit pelut," balas seseorang yang disebut dokter itu."loh kan pusing? Kenapa jadi sakit perut sih?" tanya anak laki-laki itu lagi."telselah doker dong!" balas Dokter dengan kesal."dasar dokter penipu!" sentak anak laki-laki itu."Ihh mana ada doktel penipu! Langga kan doktel yang baik!" bantah dokter abal abal yang ternyata Rangga."halah dokter yang baik kaya om Bagas! Rangga mah nipu!" jelas Fiza dengan kesal."Langga kan anaknya Yayah! Jadi Langga juga baik," jelas Rangga lagi.Perdebatan keduanya terus berlanjut tanpa mengetahui kegaduhan yang terjadi diluar kamar Fiza.***BRAKKK BRAAKKK BRAAKKKGedoran brutal Bintang didepan pintu kamar mandi sangat berisik, teriakan Nur dan Echa pun tak kalah membuat suara berisik semakin terdengar.Sedangkan orang yang dituju tak menghiraukan teriakan dan gedora
Setengah enam pagi, kediaman Bapak Bagas sudah nampak rusuh, teriakan Darga dan Rangga saling bersahutan, dapur yang biasanya hanya diisi Echa kini ada Anna yang membantu membuat sarapan. Bagas siap-siap untuk berangkat ke Rumah sakit dan Gibran siap-siap ke kantor. Teriakan Darga dan Rangga nampak hal tak aneh bagi keluarga Anggara, buktinya semua fokus pada kegiatan masing-masing tanpa menghiraukan Darga yang berteriak kesal karena ulah sepupu tercintanya itu. "MAMA????? TANTE ECHAAAAA??? INI ANAKNYA KARUNGIN AJA SIH! NGESELIN AH!" Teriak Darga yang kesal karena Rangga mengganggunya. "aduan huuuu! Malu dong sama Kak Bibi!" ejek Rangga membuat Darga semakin murka. "APA SIH LU BOCIL? MAU GUE BANTING HAH!" teriak Darga sambil turun dari ranjangnya. Rangga yang melihat Darga turun pun segera berlari keluar dari kamar, Darga mencabut Infusannya kemudian berjalan keluar kamar berniat menyusul Rangga. Darga membuka pintu dengan
Ruang keluarga rumah Bintang terlihat ramai, para ibu-ibu tengah memakan kue buatan Ibu Nur, Echa dan Anna asik memakan kue itu sambil bergosip ria, tak mempedulikan kedatangan anaknya, Anna langsung menuntun Bintang untuk makan kue bersama sedangkan Darga hanya mendengus kesal dengan tingkah sang Mama."anaknya ga diajak juga nih Ma?" tanya Darga."punya mata kamu Ga! Langsung aja kalo mau ambil ga usah nunggu dia ajak," balas Anna kejam."halah! Mama macam apa ni yang ga sayang sama anak nya? Mau jadi anak Tante Nur aja deh," canda Darga sambil menyalimi para ibu-ibu itu."ya bagus dong Ga, ponakan Tante jadinya Bintang bukan kamu!" balas Echa dengan mengangkat alisnya menggoda Darga."heh mana bisa! Udahlah nanti juga Bintang jadi ponakan tante juga, kan BiKu masa depan Darga," ujar Darga dengan Bangga yang dibalas tawa semuanya kecuali Bintang yang malu."lah para boci
Suara ribut diruang keluarga kediaman Bapak Ahmad tampak ramai, dua keluarga tengah bersantai diruangan tersebut, ditambah teriakan Rangga yang berebut profesi menjadi Dokter menambah bising ruangan tersebut. Echa, Anna dan Nur tengah asik bersantai sabil memakan makanan hasil tangan Nur tadi siang. Sedangkan kepala keluarga yakni Bapak Ahmad tengah asik bermain catur diteras bersama Darga, karena Bagas belum pulang dari rumah sakit."Skak mat!" ujar Darga tersenyum senang, sedangkan Ahmad hanya mendengus kesal karena ini sudah ke lima kali nya ia kalah dari Darga yang notabennya teman dari anak pertama nya."Curang ya kamu Ga?" tanya Ahmad heran."ih enak aja Om! Aku mah no curang-curang!" balas Darga tak terima."ya abis nya kamu menang mulu!""ya karna bisa dong Om! Jago mah belum," balas Darga merendah untuk meroket.Suara berisik dari pagar besi rumah membuat keduanya
Bel istirahat berbunyi nyaring di wilayah SMK Widkum, Bintang dan kawan-kawan tengah nyeblak dikantin. Panas seblak membuat orang-orang dimeja itu kepanasan. Gerah body gerah mulut gerah hati, hehe canda."pedes banget anjir!" ujar Lia yang diangguki semuanya."udah mah panas, pedes pula," ujar syami."si Mal Mal mana nih? Ko kaga ngantin?" tanya Aryani yang tengah asik mengaduk jus jeruknya."kumpulan mading mulu dia," jelas syami sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya sendiri."anak organisasi mah beda," celetuk Ranti yang diangguki Anggun dan Lia."ga usah julid deh sama sahabat sendiri, Yani aja tuh anak paskib," jelas Bintang yang asik memakan kuacinya dan membiarkan seblaknya hingga hangat."gue ya ikut paskib tapi ga sepadat mading sih, soalnya madingkan banyak yang setor tiap harinya," jelas Aryani yang diangguki Bintang."yaud
Tangan putih Bintang kini ternodai warna merah pekat dengan bau anyir tercium menyengat dihidungnya, isakan tangisnya tak dihiraukan oleh sang pelaku yang tengah mengukir namanya ditangan Bintang. Semakin memberontak maka Bintang harus bersiap menerima rasa sakit yang lebih, karena kemungkinan pisau tajam milik Sandi akan merobek lebih besar kulitnya jika ia tak bisa diam. Maka ia pasrah ketika Sandi mengukir namanya ditangan Bintang. "San gue mohon udah!" pinta Bintang sambil terisak dan merintih. "No! Masih ada dua huruf lagi!" ujar Sandi sambil menekan pisaunya tepat ketika hiruf N selesai diukir. "AKKHHH, Gue mohon San udah, sakit," Rintih Bintang. "Diam Ra! Kamu mau pisau ini pindah ke pipi mulus kamu?" tanya Sandi dengan senyum manisnya. Bintang menggeleng pelan, ia sudah tak tahan dengan bau anyirnya, kepalanya pun berkunang-kunang dan kepalanya seperti tertimpa beban membuat ia ambruk seketika. S
Bintang mengangsurkan helm ditangannya ke arah Darga, dengan pelan tangan yg memakai perban itu merapikan helai rambut yang menurutnya perlu diperbaiki. "udah cantik ko," ujar Darga sambil mengambil helm dari tangan Bintang. "masaa?" tanya Bintang dengan alis terangkat sebelah membuat Darga menjitak kening Bintang pelan. "awshhh, jahat banget sih!" dengus Bintang sambil mengusap jidatnya. "au ah malesin, belajar yang bener terus hari-hati jangan sampe kamu kaya kemarin, bikin khawatir banyak orang!" pinta Darga membuat raut wajah cemberutnya memudar dan diganti dengan wajah tegangnya. Tanpa membalas Darga, Bintang bebalik dan melangkah ke dalam sekolah membuat Darga mengerutkan keningnya tak paham dengan tingkah Bintang yang tiba-tiba itu. "aneh banget sih BiKu," gumam Darga kemudian menuju sekolahnya. Sampai disekolah, Darga berjalan pelan menuju k
pagi ini terlihat cerah, sang surya memancarkan sinarnya diangaksa yang biru, sudah sebulan sejak Bintang sadar dari komanya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tak ada lagi pesan ancaman, tak ada lagi bayangan kekerasan. Satu bulan penuh Bintang menjalani berbagai macam terapi ditemani keluarga, sahabat dan kekasihnya.Rasa takut dalam dirinya perlahan hilang ketika ia mulai konsultasi ke salah satu Dokter psikologi atas saran Bagas dan bujukan orang orang terdekatnya, Kakinya yang patah kini mulai membaik walau masih belum bisa berlari. Dokter Vian menjadi dokter yang terus mengawasi pengobatan Bintang atas permintaan Dokter Bagas. Hingga akhirnya Bintang dapat dinyatakan sembuh total dan bisa kembali bersekolah setelah sekian lama ia tak masuk ke sekolahnya. Kakinya menginjakan kaki diparkiran sekolah dengan bantuan Darga yang kini tengah merapikan rambutnya. Banyak pasang mata yang menatap Bintang pangling karena hamoir satu bulan setengah Bintang tak
Terik matahari sore masih terasa menyengat dikulit, suasana ramai didukung dengan cuaca panas tak membuat banyak orang mengurungkan dan menunda kegiatannya, banyak orang yang berkeliaran diparkiran rumah sakit, Yasa dan Niken yang sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu mulai gerget karena ketiga orang yang keduanya tunggu tak kunjung datang, Niken memang tahu ruangannya namun sudah janjian diparkiran. Tak enak jika ia dan Yasa duluan padahal yang mengajaknya Aryani dan sahabatnya.Keduanya tengan berdiri dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun sedikitnya bisa menghindari panasnya sengatan matahari walau hanya sedikit tubuhnya saja yang terhalangi."kita masuk duluan aja yuk, panas, mana disini ga ada tempat buat neduh," ujar Yasa pada Niken yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran yang nampak banyak orang bolak balik dan kendaraan yang tanpa henti keluar masuk."ga enak kalo duluan, kan kita cuma ikut sama
Sudah satu minggu sejak kejadian para wartawan mengejar siswa siswi, guru dan kepala sekolah SMK Widya Kusuma, semuanya sudah mereda sejak kemarin pagi akhirnya perwakilan dari guru dan siswa yang bersangkutan mau untuk diwawancara dengan syarat tidak mau dipublikasikan. Hanya sedikit penjelasan agar para wartawan berhenti mengganggu kenyamanan sekolah.Siswa yang menjadi perwakilan yaitu Yasa sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. Banyak pertanyaan yang para wartawan ajukan, namun tak banyak yang dijawab oleh Yasa temasuk korban, Yasa tidak memberitahunya demi kenyamanan berbagai pihak.Suasana kelas OTKP 2 terlihat hening dengan Bu Yash yang tengah menjelaskan materi didepan kelas. Seminggu terakhir ini suasana kelas terlihat muram membuat para guru sedikit memberi arahan karena hampir semua muridnya terlihat tak bersemangat."materi hari ini cukup sekian, minggu depan tugasnya harus sudah selesai ya," jelas Bu Yash yang dibalas
Yasa mengecek satu persatu CCTV, ia baru ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu ketika Bintang diculik Sandi, dengan bergerak cepat Yasa membuka CCTV kelas Bintang.Terlihat pada jam istirahat kelas Bintang hanya Bintang seorang yang tengah memakan bekalnya, tak lama seseorang masuk yang tak lain Sandi membuat Bintang mematung, Senyum Yasa mengembang seketika.Namun senyumnya surut dan berubah menjadi umpatan ketika Yasa melihat jika rekaman CCTV kejadian itu dihapus dan hanya ada kelanjutannya ketika Sandi membawa Bintang yang terkulai lemas keluar kelas.Dengan tangan yang cepat, Yasa membuka satu persatu dari sekian banyak. Bahkan CCTV parkiran pun dihapus. CCTV hari ini bahkan tak bisa diputar semuanya dijam sembilan lebih. Sepertinya kejadian tadi sudah direncanakan.Dengan cepat Yasa bertanya pada security yang menunggunya diluar ruangan, "pak?" panggil Yasa."iya den?""apa sebelumnya ada yang mi
Entah sudah berapa lama Darga beridam diri dikursi itu, Matanya menatap kosong ke arah lantai dengan kedua tangan disatukan dengan dikepalkan, kepalanya menunduk dengan memejamkan matanya yang sesekali keluar air mata.Silahkan jika kalian anggap Darga cengeng, satu hal yang membuat ia bisa tertawa lepas dengan kehidupan yang penuh warna selain dari keluarganya, ia bisa melalu itu hanya ketika bersama Bintang seorang.Niken mentapa Anggun dan Darga dengan tangan bergetar karena masih syok dan merasa bersalah. "Anggun? Darga?" panggil Niken membuat keduanya menoleh dan bertanya dengan sorot matanya."ada yang mau gue jelasin," ujar Niken membuat Anggun yangs sejak tadi berdiri menatap jendela pintu UGD yang tertutup gorden.Dengan langkah pelan, Darga dan Anggun berjalan menghampiri Niken kemudian duduk disamping gadis itu. Niken menutup matanya sekejap kemudian membuka matanya kembali dengan tangan yang tidak terlalu bergetar sekar
Sorak sorai dengan tepuk tangan yang meriah menggema diseluruh penjuru SMK Widkum. Baik laki laki ataupun perempuan, siswa ataupun guru, semuanya ikut berpartisipasi menjadi supporter yang sangat dibutuhkan bagi para pemain.Dua tim yang kini tengah bersiap untuk berlawan yaitu Tim Yasa dengan Tim Romi dari SMA Pancasila membuat kedua tim mendapat banyak dukungan. Tribun yang biasanya hanya diisi paling banyak setengahnya kini tiba tiba penuh, pinggir lapangan dikelilingi para supporter yang akan mendukung tim sekolah masing masing.Berbeda dengan teman teman Darga yang kini bersemangat untuk mendukung Romi dan Timnya, Darga malah sibuk mencari sosok yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam hingga ia tak bisa tidur.Matanya terus memindai dari sisi ke sisi, namun Darga belum menemukan satu orang yang ia cari dianta ratusan manusia dengan suara yang menggema disuruh antero sekolah. Ala Bintang tidak menonton pertandingan?Dengan geraka
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema