Bel pulang mengalun merdu membuat seluruh warga SMA pancasila menampilkan wajah cerah, sama halnya dengan Darga yang sejak mendengar bel pulang berbunyi, ia langsung membereskan alat sekolahnya dan bersiap untuk pulang, oh tidak, lebih tepatnya mampir dulu ke sekolah tetangga guna melepas rindu.
Namun berbeda dengan Hans, ia nampak lesu dan tak bertenaga membuat Darga mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah satu-satunya sahabat Darga itu.
"kenapa sih?" tanya Darga yang sudah siap dengan tas dipunggungnya.
"aduh Ga, hari ini kumpulan anak musik, males kali aku hari ini. Ingin ikut kau saja lah ke sekolah tetangga," jelas Hans dengan pelan..
"haish, kumpul dulu lah, gapapa nanti aku tungguin di cafe."
Balasan Darga malah membuat Hans berdecak sebal, tidak tau saja Darga kalo Hans ini sedang jatuh hati kepada salah satu sahabatnya Bintang. Makanya ia ingin ikut sekarang agar bisa berlama-lama melihat sang pujaan hati.
"dahlah kesak aku bincang dengan kau! Menyebalkan!" gerutu Hans sambil berjalan kr luar kelas.
"eh Hans? Walah malah ditinggal!" gerutu Darga.
Ketika hampir keluar dari kelas, Darga dikejutkan dengan kedatangan seseorang dari luar kelas dengan tatapan menyeramkan dan galak. Seorang gadis yang merupakan salah satu teman kelas Darga itu malah berpose seperti preman yang mengajak baku hantam. Garang.
"ada apa Ti?" tanya Darga pelan.
"mana sohib sehidup semati lu Ga?" tanya Siti dengan berteriak membuat Darga terlonjak kaget.
"eh? Barusan pergi ke ruang musik ada kumpulan," jelas Darga.
"HEH! TU ANAK YA UDAH TAU PIKET MALAH MABUR! AJARIN TUH SOHIB LU YANG SENGKLEK ITU BIAR BERTANGGUNG JAWAB!" Teriak Siti kesal, Darga malah mengelus Dada kaget dengan teriakan Siti. Ngeri sekali kawan.
"aduh iya Ti iya, gue permisi dah!" ujar Darga sambil langsung keluar kelas dan berlari menuju parkiran guna menghindari amukan Siti yang murka kepada Hans. Dan Darga yang malah menjadi korban amukan sang bendahara kelasnya itu.
Mengapa anak-anak kelas IPA 1 tuh senang berteriak? Darga heran. Jangan sampai Darga tertular kebiasaan teman-temannya itu.
Darga sudah bersiap untuk pergi dari parkiran dengan motor matic hitamnya, namun tiba-tiba Dinar dan Acha muncul tepat didepan motornya membuat Darga kaget karena hampir menarik gas nya. Sebenarnya Dinar itu jelmaan atau benar-benar manusia? Suka sekali mengganggu dan mengagetkan.
"Darga? Boleh nebengkan?" tanya Dinar dengan semangat.
Darga meringis pelan, jujur saja ia bingung untuk menolak permintaan Dinar, gini nih jadi orang ga enakan, serba salah.
"aduh, itu loh anu-"
"anu apaan heh?" tanya Acha dengan wajah menahan tawanya membuat Darga semakin tak enak.
"gue mau anterin cewek gue pulang," ucap Darga dengan ragu.
Namun Dinar tidak melihat keraguan Darga, ia malah fokus dengan kata 'cewek gue' dan langsung menduga gadis itu adalah gadis yang dibicarakan Tami ditoilet beberapa waktu lalu.
"lu punya cewek? Anak Sekolah tetangga?" tanya Dinar tak sabaran. Mata Dinar menunjukan kekecewaan kepada Darga, namun Darga lebih fokus melihat ke arah sekitar karena menjadi pusat perhatian.
"iya," entah jawaban untuk yang pertama atau yang kedua, atau bahkan keduanya? Hanya Darga yang tau maksudnya.
"Ga-" belum sempat Dinar berujar, Darga malah langsung memotongnya.
"sorry cewek gue udah nunggu, bye assalamualaikum," ujar Darga kemudian menjalankan motor matic hitamnya menuju SMK widkum untuk menemui Bintang.
Darga menunggu tepat didepan gerbang sekolah Bintang, perhatian banyak murid sontak mengalih kepada Darga, apa Darga seaneh itu sehingga orang-orang banyak melirik ke arahnya? Darga mengusap wajahnya takut-takut ada sesuatu yang menyebabkan orang lain melihat ke arahnya.
Ntah pura-pura tidak tahu atau memang Darga tak tau bahwa ia memiliki wajah yang manis, membuat para kaum hawa betah memandang wajahnya itu. Kerisihan Darga sirna kala melihat sahabat Bintang yang jarang berbicara itu, ya Malia sedang berjalan dengan tersenyum menuju parkiran.
Darga menebak sepertinya Bintang akan segera terlihat karena Malia saja sudah mau pulang, namun detik selanjutnya Darga meragukan tebakannya itu, karena Darga melihat beberapa sahabat Bintang berlari ke arah Malia dan dengan telpon ditelinga Aryani yang terlihat cemas. Segera saja Darga memasuki area parkiran SMK widkum, bodo amat jika siswa sini akan melihat Darga dengan tatapan aneh atau apapun itu, yang terpenting ia harus memastikan bahwa Bintang tidak apa-apa.
Tidak tau mengapa, namun Darga seperti yakin jika penyebab wajah khawatir Aryani, Ranti, Syami dan Malia adalah Bintang.
***
Bel pulang SMK widkum telah berlalu 2 menit yang lalu, Bintang, Lili dan Anggun masih betah dikelas guna meringankan pengeluaran kuota bulan ini, ya mereka hanya menumpang Wifi di kelas.
Suasana diluar kelas masih padat merayap, banyak siswa-siswi yang berbondong-bondong ingin segera keluar dari sekolah, Bintang dan kedua sahabatnya malas untuk berdesak-desakan, jadilah lebih baik diam dikelas sebentar dan menikmati Wifi gratis sekolah.
Tak terasa waktu berlalu 20 menit, dan sepertinya sudah agak lenggang koridor pun. Bintang meminta ijin sebentar untuk ke toilet sebelum pulang, dan menitipkan ponsel beserta tasnya kepada Anggun dan Lili, keduanya pun menawarkan untuk mengantar Bintang namun Bintang menolaknya.
Suasana toilet sepi, membuat bulu kuduk Bintang meremang, namun hanya sesaat. Setelah ia beres dengan urusan toilet ia segera melangkah menuju kelasnya, namun ketika tepat belokan dekat tangga ia dikejutkan dengan kedatangan Yasa yang baru saja sampai dilantai dan menggenggam tangan Bintang dengan kuat, Bintang yang kaget pun menepis tangan Yasa dan mundur beberapa langkah membuat ia tergelincir kebawah tangga.
Lantai 1 yang masih menampung banyak siswa pun membuat beberapa siswa melihat Buntang yang terjatuh dan berteriak histeris, serta beberapa siswa yang langsung menolong Bintang. Sedangkan Yasa yang niatnya ingin berbicara dengan Bintang malah kaget dengan kejadian barusan. Bukannya menolong Bintang ia malah sibuk dengan pikirannya sendiri.
Cia yang masih berada di lantai 1 dan melihat kejadian barusan langsung menelpon Aryani salah satu sahabat Bintang.
"Ar? Lu masih disekolah ga?" tanya Cia dengan panik.
"iyee gue masih ada eskul, kenapa emang?" tanya Aryani.
"sumpah lu cepet ke tangga deket toilet lantai 2, Noura Jatoh!"
"Hah??? Bentar gue kesana sekarang, gue ada di parkiran." Balas Aryani yang langsung memutuskan sambungan telponnya.
"Aduh kak gimana ini? Ada cowok ga sih? Ini Kak Noura digendong biar cepet!" panik salah satu adik kelas yang melihat Bintang memegang kepalanya. Sayangnya hanya ada perempuan saja.
"aduh, Gapapa ko gue gapapa," balas Bintang dengan ringisan karena merasakan sakit dibeberapa bagian tubuhnya. Jelaslah, ia berguling beberapa kali dari lantai 2, beruntunglah tidak terlalu parah.
Cia dan beberapa orang lainnya membantu Bintang berdiri dan memapah ke UKS lantai 1. Namun, Aryani datang dan beberapa orang dibelakangnya. Seseorang langsung menggendong Bintang dan meminta Syami menunjukan UKS nya.
Situasi yang awalnya panik malah berubah menjadi baper karena melihat Bintang yang digendong oleh Darga, ya Darga langsung diajak membantu Bintang ketika Aryani menerima telpon dari Cia.
"Aish itu siapa sih? Ganteng banget, mau deh jadi istrinya dia gue tuh, so sweet banget!" jerit salah satu adik kelas.
"eh maemunah! Otak bisa aja tau sama yang ganteng, giliran ujian harian mandet," sentak Cia kepada adek kelas yang centil itu.
...Bintang tertidur setelah Syami dan Malia mengobati beberapa luka yang terlihat. Dan sepertinya punggung atau tubuh bagian lainnya akan terdapat memar, namun melihat Bintang yang sudah terlelap membuat sahabat-sahabat Bintang dan Darga menghela nafas lega karena tak separah yang mereka bayangkan.
Syami dengan otak over thingking nya itu sudah memikirkan hal yang tidak-tidak, termasuk Bintang yang koma atau bahkan meninggal. Dasar Syami!
Anggun dan Lili pun sudah berada di UKS. Kedunya ditelpon oleh Ranti atas permintaan Bintang. Kasian, nanti malah mereka menunggu Bintang yang tak kunjung tiba, padahal Bintangnya mampir ke UKS.
"ini Bibi ko bisa gini sih? Tadi pamitnya ke toilet," tanya Lili dengan pelan agar tak mengganggu Bintang.
"ga tau, gue di telpon Cia, katanya Bibi jatoh dari tangga," jelas Aryani.
"gue barusan chat Cia nanyain kronologinya, tapi dia ga tau, katanya ia liat Bintang kaya mundur dari atas terus jatoh ke bawah," Ujar Ranti sambil membaca hasil introgasinya kepada Cia.
"gapapa jangan dulu dipikirin kali, kita nanti tanya Bibi aja," balas Syami yang diangguki semuanya termasuk Darga yang duduk disamping tempat tidur Bintang, sudah seperti seorang kekasih yang sakit saja, 0oh kan Bintang calon kekasihnya Darga.
Tak terasa waktu sudah menunjukan waktu pukul 04.12, mau tak mau Bintang harus bangun dan pulang. Hari sabtu gerbang akan dikunci tepat pukul 04.30, jadi mereka harus segera keluar agar tidak terkunci disekolah.
Goyangan lembut dilengan Bintang membuat tidurnya terganggu, dan ketika Bintang membuka matanya, wajah manis Darga yang pertama kali ia lihat, duh kalo ga sakit pasti Bintang sudah baper sekali, ini saja sudah sedikit baper, inget ya! Sedikit.
Para sahabat Bintang memalingkan wajahnya tak kuat melihat ke uwuan Darga."Biku bangun dulu ya, kita pulang ya," ajak Darga dengan lembut.
Aryani yang melihat itu segera pamit dengan alasan jika Putra sudah menjemputnya. Syami dan Lili sudah ngacir dengan alasan akan berburu kuteks di malam minggu ini, Ranti pulang menyusul Syami dan Lili, Anggun pergi tanpa alasan dan hanya mengucapkan salam. Tersisa hanya Malia yang memandang keduanya datar, lalu ikut berpamitan.
"gue duluan," tanpa alasan dan langsung pulang.
Jadilah Bintang pulang diantar Darga, dengan keukeuh Darga mengharuskan Bintang berpegangan agar tak jatuh dan alasan takut pusing, akhirnya Bintang menyetujui keinginan Darga dan melajukan motor matic hitamnya ke arah rumah Bintang.
Butuh waktu 25 menit agar sampai dirumah keluarga Bintang, Darga mengendarai motor dengan sangat hati-hati, saking hati-hatinya sampai Bintang gereget karena berjalan seperti siput alias lambat, Bintang mengoceh pun tak Darga dengarkan hanya dibalas senyum geli oleh Darga dan tentunya Bintang tak melihat itu.
Sesampainya dirumah, Bintang dan Darga disambut histeris oleh Fiza, Ia langsung berteriak heboh ketika melihat Darga memapah Bintang yang berjalan dengan sedikit pincang.
"IBUUUUU, AYAAHHHHH???? TETEH LUMPUH!" teriak Fiza histeris sambil menangis. Sedangkan Darga panik karena ucapan Fiza yang berkata bahwa Bintang lumpuh, jelas saja salah.
"aduh dek kenapa bilang gitu? Tetehnya sehat ko cuma lecet sama memar doang," jelas Darga yang masih memapah Bintang.
"biarin, suka drama emang dia mah," balas Bintang pelan.
Tak butuh waktu lama, kedua orang tua Bintang berlarian keluar rumah untuk memastikan ucapan Fiza barusan. Ibu langsung menangis melihat keadaan Bintang yang terdapat beberapa plester diwajah, tangan dan kaki nya, Ibu Nur ini panikkan orangnya, jadilah ia akan menangis duluan ketika melihat hal seperti ini tanpa meminta penjelasan terlebih dahulu.
"eh, aku gapapa Bu, Ibu ga usah nangis," jelas Bintang sambil memeluk Nur, sedangkan Ahmad segera memapah Bintang ke dalam rumah, dan Darga memapah Nur yang masih menangis, sedangkan Fiza sudah pergi ke rumah Rangga disamping untuk bergosip mengenai sang Kakak.
Bintang, Darga beserta kedua orang tua Bintang sudah duduk di ruang keluarga, Ahmad segera mengecek keadaan Bintang takut-takut ada yang parah. Dan syukurlah tidak ada yang parah, ada beberepa luka lecet dan memar, punggung Bintang bisa nanti dilihat setelah dikamar oleh Nur.
"Kenapa bisa gini Teh?" tanya Ahmad yang sudah duduk disamping Istrinya.
"tergelincir di tangga Yah dari lantai 2," jawab Bintang pelan.
"loh Teteh ga hati-hati pas naiknya?" tanya sang Ibu.
"Eh, iya Bu, Teteh buru-buru naiknya jadi ngga merhatiin tangganya," balas Bintang meringis dan melirik ke arah Darga.
"Nak Darga ada ditempat kejadian?" tanya Nur kepada Darga.
"tidak Bu, Darga kan beda sekolah, tadi dapat kabar dari Aryani kalo Biku eh maksudnya Bibi jatuh dari tangga, pas nyampe ke tempat kejadian Bibi nya udah di papah sama temannya," Jelas Darga.
"makasih ya Nak Darga sudah membantu Teh Bintang dan udah mau nganterin," ujar Ahmad.
"iya pak gapapa," balas Darga kikuk.
Karena sepertinya Darga sudah tidak ada urusan, ia pun hendak pamit untuk pulang karena sebentar lagi sudah mau masuk maghrib, dan sepertinya sang Ibunda tercinta sudah misuh-misuh tak jelas karena anak tampannya ini belum juga pulang.
"kal-"
"TEETEEEHHHH BIBIIIIIII," teriak seorang anak laki-laki umuran Fiza datang dengan berteriak heboh membuat semuanya kaget, sedangkan Fiza berjalan santai dibelakangnya sambil manyun karena ditinggalkan.
"loh Rangga ko ga ngucap salam dulu sih," ujar Bintang sambil mengelus kepala rangga yang duduk disampingnya sambil menampilkan wajah yang berkaca-kaca, sedangkan Fiza duduk diantara Ibu dan Ayahnya.
"ya maaf, Langga kan panik," jelas Rangga dengan cadel nya.
"panik kenapa atuh Ga?" tanya Nur terkekeh.
"kata Fiza teh Bibi lumpuh, jadi Langga langsung lari. Aduh lupa ga pamit sama bubun lagi," jelas Rangga yang akhirnya panik karena lupa pamit kepada Bundanya, membuat semuanya terkekeh gemas.
Ketika mengedarkan pandangannya, Rangga menemukan seseorang yang sangat ia kenal dan orang itu melambaikan tangannya ke arah Rangga dengan menyengir.
"KAKAK? KO BISA ADA DI LUMAH FIZA SIH?" tanya Rangga dengan histeris membuat semua pasang mata mengarah pada Darga yang menggaruk pelan kepalanya yang tak gatal.
"Kakak temennya Teh Bintang," jelas Darga dengan senyum malu nya.
"cieeee Kakak gebetannya teh Bibi ya???" tanya Rangga dengan jenaka membuat Bintang dan Darga melotot kaget, sedangkan Fiza beserta kedua orang tuanya terkekeh pelan.
"Heh bocah ko ngomong gitu? Belajar dari siapa kamu?" tanya Darga masih dengan kekagetannya.
"Kak Dalga lah!" balas Rangga dengan semangat.
"HEH!!! enak aja!" Semuanya tertawa mendengar gerutuan Darga dan Rangga.
"memang Kak Darga ini siapanya Gaga?" tanya Bintang.
"Kak Dalga tuh Kakak nya Langga," jelas Rangga membuat Bintang bingung.
"hah? Gimana," tanya Bintang belum paham.
"Rangga sepupu aku," ujar Darga.
"loh!?"
"GAGA, Astagfirullah Bubun cari malah nyangkut dirumah Fiza ya!" teriak seorang perempuan berusia 35 tahun itu sambil berjalan ke arah semuanya disertai wajah garangnya.
"haduh ngga anak ngga maknya datang main teriak aja," ujar Nur sambil geleng-geleng kepalanya.
"ya maaf mbak, ni anak ngeselin abis sih, ga pamit main mabur aja!" dengus Bunda Rangga.
"Gapapa Cha, itu Rangga panik katanya," jelas Nur kepada Echa Ibunda Rangga.
"loh panik kenap-
YA AMPUN, Bibi kenapa ini ko bisa gini?" tanya Echa dengan panik dan langsung melihat Bintang dari dekat."hehe jatuh dari tangga tan," balas Bintang sambil menyengir.
"gapapa ko Cha, cuma lecet sama memar aja," jelas Ahmad santai.
"jangan cuma-cuma an! Kita bawa ke RS takutnya ada luka didalam," ajak Echa serius.
"Eh Tan gapapa ko, tadi kata dokter uks memar-memar karena kebentur tangga," jelas Darga kepada Echa.
"DARGA? NGAPAIN KAMU DISINI??" Kaget Echa melihat keponakannya yang duduk anteng di rumah keluarga Bintang.
"hehe halo Tan," cengir Darga.
"Sejak kapan kamu disitu?" tanya Echa dengan masih kaget.
"dari pulang sekolah Tan," balas Darga pelan.
"Kak Dalga gebetannya Teh Bibi, Bubun," ujar Rangga dengan senyum jahil.
"Kak Darga udah beberapa kali ko ke rumah Fiza," tambah Fiza.
"Wah wah wah, rumah tante disebelahnya tapi kamu main ke rumah Tante pas kamu pindah doang, bagooossss," dengus Echa sambil melirik Darga tajam.
"hehe maaf Tante," balas Darga pelan.
"pokoknya g mau tau!! Kalo nganterin Bibi ke sini harus mampir dulu ke rumah Tante, awas kalo ngga! Tante laporin ke mami kamu kalo kamu sering nganterin anak gadis orang!" ancam Echa membuat Darga dan yang lainnya meringis.
"iya iya Tan."
Akhirnya Darga pulang setelah maghrib dengan Echa yang meminta ijin kepada Anna, dengan alasan Darga ada di rumah Echa. Setelah makan bersama dan sedikit berbincang banyak hal akhirnya Darga pulang, arah rumah Bintang tidak seramai daerah kota nya, rumah Bintang ada diujung kecamatan dan dikelilingi pohon-pohon besar dipinggir jalannya membuat orang-orang malas melewatinya ketika malam hari tiba.
Selain sangat gelap, jalan ini juga kerap menjadi sasaran begal, jadilah Bintang kali ini tak bisa diam setelahnya Darga pergi dari rumah. Ia takut terjadi apa-apa pada Darga.
Ia pun sudah memberitahu Darga untuk mengabarinya ketika sampai dirumah, dan dengan senang hati akan memberikan kabar kepada Bintang jika ia sudah sampai dirumahnya nanti.
***
Darga sampai dirumahnya pukul 07.29, segera ia memasukan motornya ke garasi dan langsung masuk menyapa sang Ibunda yang sedang duduk anteng menonton salah satu sinetron Indonesia beserta Papa nya yang sedang bermanja ria dengan tiduran di paha sang Istri. "uhuk keselek angin," canda Darga sambil mendudukan bokongnya disofa samping kedua orang tuanya. "ga keselek sianida sekalian aja Ga?" tanya sang Papa sambil mendengus pelan. "meninggoy kali dih," balas Darga cemberut. "datang tuh ya bilang salam Nak bukannya malah usil," ujar Anna memberitahu Darga. "ya maaf atuh kanjeng Ratu," balas Darga sambil terkekeh. Gibran yang melihat anaknya tidak juga beranjak dari sana, ia langsung mengkode anaknya itu supaya Darga segera naik ke kamarnya agar ia bisa melanjutkan kegiatan mesranya bersama sang Istri. Darga yang sengaja pura-pura tak paham dengan kode Pa
Parkiran SMK Widya Kusumah terlihat padat, siswa-siswi sibuk mengatur kendaraannya masing-masing untuk segera keluar dari area sekola, sedangkan siswa yang tak membawa kendaraan terlihat berburu angkot agar segera sampai ke rumah.Aryani yang merupakan salah satu anggota paskibra belum bisa pulang karena masih ada keperluan diorganisasinya, Malia yang merupakan anak mading pun sama halnya dengan Aryani, masih mempunyai kesibukan diorganisasinya.Sedangkan dilantai 2 gedung A tepatnya dikelas OTKP 2 terlihat masih ramai dan menjadi salon dadakan, Syami dan Lili sibuk memakaikan kuteks kepada teman-temannya, itung-itung amal katanya.Sebagian siswi menunggu lenggang koridor agar tidak berdesakan dengan memakai cat kuku dari Syami dan Lili yang dengan suka rela membagikan kuteks mereka yang sudah lama tak dipakai, dan lebih berguna jika dibagikan kepada teman-temannya."mau warna apa nih?" tanya Syami kepada
"gimana dok keadaannya?" tanya anak laki-laki kepada seseorang yang memakai kemeja putih."dia sakit pelut," balas seseorang yang disebut dokter itu."loh kan pusing? Kenapa jadi sakit perut sih?" tanya anak laki-laki itu lagi."telselah doker dong!" balas Dokter dengan kesal."dasar dokter penipu!" sentak anak laki-laki itu."Ihh mana ada doktel penipu! Langga kan doktel yang baik!" bantah dokter abal abal yang ternyata Rangga."halah dokter yang baik kaya om Bagas! Rangga mah nipu!" jelas Fiza dengan kesal."Langga kan anaknya Yayah! Jadi Langga juga baik," jelas Rangga lagi.Perdebatan keduanya terus berlanjut tanpa mengetahui kegaduhan yang terjadi diluar kamar Fiza.***BRAKKK BRAAKKK BRAAKKKGedoran brutal Bintang didepan pintu kamar mandi sangat berisik, teriakan Nur dan Echa pun tak kalah membuat suara berisik semakin terdengar.Sedangkan orang yang dituju tak menghiraukan teriakan dan gedora
Setengah enam pagi, kediaman Bapak Bagas sudah nampak rusuh, teriakan Darga dan Rangga saling bersahutan, dapur yang biasanya hanya diisi Echa kini ada Anna yang membantu membuat sarapan. Bagas siap-siap untuk berangkat ke Rumah sakit dan Gibran siap-siap ke kantor. Teriakan Darga dan Rangga nampak hal tak aneh bagi keluarga Anggara, buktinya semua fokus pada kegiatan masing-masing tanpa menghiraukan Darga yang berteriak kesal karena ulah sepupu tercintanya itu. "MAMA????? TANTE ECHAAAAA??? INI ANAKNYA KARUNGIN AJA SIH! NGESELIN AH!" Teriak Darga yang kesal karena Rangga mengganggunya. "aduan huuuu! Malu dong sama Kak Bibi!" ejek Rangga membuat Darga semakin murka. "APA SIH LU BOCIL? MAU GUE BANTING HAH!" teriak Darga sambil turun dari ranjangnya. Rangga yang melihat Darga turun pun segera berlari keluar dari kamar, Darga mencabut Infusannya kemudian berjalan keluar kamar berniat menyusul Rangga. Darga membuka pintu dengan
Ruang keluarga rumah Bintang terlihat ramai, para ibu-ibu tengah memakan kue buatan Ibu Nur, Echa dan Anna asik memakan kue itu sambil bergosip ria, tak mempedulikan kedatangan anaknya, Anna langsung menuntun Bintang untuk makan kue bersama sedangkan Darga hanya mendengus kesal dengan tingkah sang Mama."anaknya ga diajak juga nih Ma?" tanya Darga."punya mata kamu Ga! Langsung aja kalo mau ambil ga usah nunggu dia ajak," balas Anna kejam."halah! Mama macam apa ni yang ga sayang sama anak nya? Mau jadi anak Tante Nur aja deh," canda Darga sambil menyalimi para ibu-ibu itu."ya bagus dong Ga, ponakan Tante jadinya Bintang bukan kamu!" balas Echa dengan mengangkat alisnya menggoda Darga."heh mana bisa! Udahlah nanti juga Bintang jadi ponakan tante juga, kan BiKu masa depan Darga," ujar Darga dengan Bangga yang dibalas tawa semuanya kecuali Bintang yang malu."lah para boci
Suara ribut diruang keluarga kediaman Bapak Ahmad tampak ramai, dua keluarga tengah bersantai diruangan tersebut, ditambah teriakan Rangga yang berebut profesi menjadi Dokter menambah bising ruangan tersebut. Echa, Anna dan Nur tengah asik bersantai sabil memakan makanan hasil tangan Nur tadi siang. Sedangkan kepala keluarga yakni Bapak Ahmad tengah asik bermain catur diteras bersama Darga, karena Bagas belum pulang dari rumah sakit."Skak mat!" ujar Darga tersenyum senang, sedangkan Ahmad hanya mendengus kesal karena ini sudah ke lima kali nya ia kalah dari Darga yang notabennya teman dari anak pertama nya."Curang ya kamu Ga?" tanya Ahmad heran."ih enak aja Om! Aku mah no curang-curang!" balas Darga tak terima."ya abis nya kamu menang mulu!""ya karna bisa dong Om! Jago mah belum," balas Darga merendah untuk meroket.Suara berisik dari pagar besi rumah membuat keduanya
Bel istirahat berbunyi nyaring di wilayah SMK Widkum, Bintang dan kawan-kawan tengah nyeblak dikantin. Panas seblak membuat orang-orang dimeja itu kepanasan. Gerah body gerah mulut gerah hati, hehe canda."pedes banget anjir!" ujar Lia yang diangguki semuanya."udah mah panas, pedes pula," ujar syami."si Mal Mal mana nih? Ko kaga ngantin?" tanya Aryani yang tengah asik mengaduk jus jeruknya."kumpulan mading mulu dia," jelas syami sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya sendiri."anak organisasi mah beda," celetuk Ranti yang diangguki Anggun dan Lia."ga usah julid deh sama sahabat sendiri, Yani aja tuh anak paskib," jelas Bintang yang asik memakan kuacinya dan membiarkan seblaknya hingga hangat."gue ya ikut paskib tapi ga sepadat mading sih, soalnya madingkan banyak yang setor tiap harinya," jelas Aryani yang diangguki Bintang."yaud
Tangan putih Bintang kini ternodai warna merah pekat dengan bau anyir tercium menyengat dihidungnya, isakan tangisnya tak dihiraukan oleh sang pelaku yang tengah mengukir namanya ditangan Bintang. Semakin memberontak maka Bintang harus bersiap menerima rasa sakit yang lebih, karena kemungkinan pisau tajam milik Sandi akan merobek lebih besar kulitnya jika ia tak bisa diam. Maka ia pasrah ketika Sandi mengukir namanya ditangan Bintang. "San gue mohon udah!" pinta Bintang sambil terisak dan merintih. "No! Masih ada dua huruf lagi!" ujar Sandi sambil menekan pisaunya tepat ketika hiruf N selesai diukir. "AKKHHH, Gue mohon San udah, sakit," Rintih Bintang. "Diam Ra! Kamu mau pisau ini pindah ke pipi mulus kamu?" tanya Sandi dengan senyum manisnya. Bintang menggeleng pelan, ia sudah tak tahan dengan bau anyirnya, kepalanya pun berkunang-kunang dan kepalanya seperti tertimpa beban membuat ia ambruk seketika. S