Sore hari ini cuaca cukup mendukung bagi orang yang berniat bermain ke luar rumah karena cuacanya cerah, bahkan terlihat beberapa orang sekitar mengelap keringat karena panas. Namun tidak untuk seorang pemuda yang tengah menunggu sang pujaan hati di halte dekat sekolahnya.
Banyak orang yang merupakan siswa siswi dari SMA pancasila dan SMK widiya kusuma yang melihatnya dengan tatapan memuja dan tatapan seolah sang pemuda adalah makhluk asing karena belum pernah melihatnya.
Asyik dengan buku komiknya membuat ia tak sadar bahwa seorang gadis tengah menatapnya dengan pandangan tajam. Namun tak lama si pemuda seperti merasakan sebuah tatapan yang tajam padanya akhirnya ia mengedarkan pandangannya dan bertemu dengan mata coklat jernih yang tengah menatapnya. Senyum si pemuda seketika terbit.
"udah lama?" tanya Darga sambil terkekeh.
"hmm," dehem Bintang tanpa menjawab dengan benar.
"bawa motor ga?" tanya Darga yang mendapat gelengan dari Bintang.
"yaudah ayo!" ajak Darga sambil mengambil tangan Bintang yang refleks Bintang tepis karena kaget, sama halnya dengan Darga yang kaget akan respon Bintang.
"sorry, ayo!" ajak Darga lagi tanpa melihat ke arah Bintang.
Keduanya bergegas menaiki motor Darga yang berada di depan halte dan melaju Menuju tempat tujuan, tanpa mereka sadari seseorang melihat keduanya sambil mengerutkan dahinya karena tidak menyangka dengan apa yang baru saja ia lihat.
..
."gini bukan sih caranya?" tanya Darga sambil menyodorkan buku hasil kerjanya.
"huum," balas Bintang sambil menganggukan kepalanya.
"akhirnya bener juga setelah tujuh kali salah hehe," gumam Darga yang masih terdengar oleh Bintang.
"PR!!" ucap Bintang sambil menggeserkan kertas HVS yang sudah berisi beberapa soal untuk Darga, ya memang seterniat itu Bintang membuat soal. Darga hanya meneguk ludah ketika melihap soal dari Bintang. "ko beda sama yang diajarin ya?" batin Darga.
"ok, makasih buat hari ini. Yuk pulang!" ucap Darga riang sambil memasukan alat tulisnya kedalam tas dan bergegas Darga membayar pesanan makanannya.
Namun sekembalinya ke meja Bintang sudah tak ada, ketika mengedarkan pandangannya ke sekeliling cafe ia melihat di bagian luar cafe tepatnya pinggir jalan, Bintang sudah berdiri untuk menyetop angkot arah rumahnya untuk pulang. Saat itu juga Darga berlari ke luar untuk mencegahnya, Sayangnya jarak yang lumayan jauh membuat ia terlambat menghentikan Bintang yang sudah naik angkot dan angkotnya pun pergi.
Tak apa lah hari ini ia gagal mengantarkan Bintang pulang asal esoknya jangan!
Kalimat yang terus Darga gumamkan di hati untuk menyemangati dirinya sendiri.
"tapi ko kesel ya? Aish!!" guman Darga sambil melangkah menuju motornya yang terparkir rapi di depan cafe.
Setelah siap Darga pun bergegas pulang karena sepertinya cuaca mulai menampakan ciri akan hujan yang lumayan besar melihat mendungnya bukan main.
"padahal tadi panasnya ngalahin gosip sekarang, sekarang ko mendung!" gerutu Darga sambil terus mengendarai motor kesayangannya.
Baru 5 menit berkendara ia melihat angkot yang ditumpangi Bintang tadi berhenti dipinggir jalan yang cukup sepi, ketika melihat sosok yang ia kenal turun dari angkot seketika ia melebarkan matanya dan segera menghampirinya.
"maaf ya bu, neng.. Saya ga tau kalo bakal mogok gini," ucap mang angkot pada Bintang dan beberapa ibu-ibu yang akan membayar namun si mang angkot tolak karena merasa tak enak karena tak mengantar sampai tujuan.
"gpp mang, makasih!" balas Bintang datar namun nadanya tak sedatar wajahnya.
Bintang mencoba akan menghubungi orang tuanya karena yang ia tahu angkot ini angkot terakhir yang akan membawanya sampai rumah, namun sayangnya malah mogok. Ketika Bintang masih fokus menghubungi orang tuanya seseorang menepuk pelan bahunya hingga ia terlonjak kaget dan menoleh dengan cepat.
Seketika matanya mendelik tajam melihat Darga yang memperlihatkan cengiran khasnya membuat Bintang mendengus.
"pulang bareng aku aja yuk!""males!" ketus Bintang.
"ayo Noubiku!! Udah sore loh!" ucap Darga sambil terkekeh.
"HEH!" Bentak Bintang refleks karena namanya diganti.
Darga semakin melebarkan senyumnya karena respon Bintang, bukannya takut ia malah semakin gemas.
"ayo ah!" paksa Darga sambil melangkah ke arah motornya yang terparkir dibelakang tak jauh dari angkot yang ditumpangi Bintang.
Mengingat tak akan ada lagi angkot yqng lewat terpaksa Bintang mengikuti langkah Darga agar bisa sampai ke rumahnya tepat waktu. Ia tak perduli soal helm toh daerah rumah Bintang bukan daerah kotanya makanya jarang angkot.
Tak ada yang bersuara ketika mereka dalam satu kendaraan, dimana Bintang yang di bonceng dan Darga yang membonceng. Keduanya terdiam, hanya suara deru mesin motor yang terdengar. Tanpa Bintang tahu, Darga besorak dalam hatinya karena ternyata hari ini ia bisa mengantar Bintang pulang, bahkan dengan gamblang hati Darga berkata supaya Bintang jangan membawa motor saja setiap sekolah agar Darga bisa mengantarnya.
Membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai ke rumah Bintang dari tempat angkot mogok itu, sesampainya di rumah Bintang terlihat mobil pick up yang baru saja sampai sama seperti motor Darga. Bintang yang melihat ayahnya akan turun segera turun dari motor Darga dan berlari guna membukakan pagar rumahnya agar mobil ayahnya bisa masuk. Namun karena ayahnya terlanjur turun dan melihat Bintang pulang diantar anak laki-laki membuat sang ayah terheran-heran karena tak biasanya sang anak mau diajak pulang bareng dengan laki-laki.
"loh teh kenapa baru pulang?" tanya ayah ketika Bintang mencium tangan sang ayah diikuti Darga yang mencium tangan ayah Bintang.
"kerja kelompok yah," balas Bintang pelan.
"ini?" tanya ayah sambil mengalihkan pandangannya pada Darga.
"saya Darga om, temannya Nobiku," balas Darga sambil menunjukan cengiran khas nya. Namun Bintang malah mendelik kesal karena nama panggilannya seperti itu.
"haha terima kasih ya nak sudah mengantarkan Bibi pulang, mau mampir dulu?" tawar Ayah Bintang.
"ah makasih om, tapi saya harus pulang sudah mau maghrib," tolak Darga sopan.
"ya sudah lain kali main ke sini ya nak Darga." mendengar ajakan sang Ayah membuat ia menunjukan raut tak sukanya pada sang ayah, namun ayahnya hanya terkekeh pelan.
"siap om, pamit ya om, Nobiku, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Mata Bintang meneliti setiap gerakan Darga yang mulai dari memakai helm hingga pergi dari sana, hingga suara sang ayah membuyarkan lamunannya.
"ayo teh!"
...."aish dasar ice queen!" gumam Darga sambil terkekeh. Ia baru saja sampai lima menit yang lalu dan langsung rebahan disamping mama nya yang sedang menonton film azab. Sang mama yang mendengar gumaman sang anak langsung melirik bingung, anaknya datang-datang gumam dan senyum-senyum tak jelas, membuat merinding saja.
"dek? Sehat?"
"alhamdulillah mama, aku masih bernafas!" dengus Darga.
"bukan itu loh, kamu tu datang-datang malah ngomong sendiri, senyum sendiri pula! Kaya orang gila aja!" ketus Ana, Mama Darga.
"haish mama sama anak sendiri ko dikatain!" gumam Darga, sedangkan sang mama hanya mengangkat bahu nya dan kembali menonton Azab.
"Ma, ada perempuan dingin yang bikin aku deg deg an loh," ujar Darga membuat sang mama kembali menoleh.
"kalo ga deg deg an ya kamu mati dek!" ketus Ana lagi.
"Hih!!!!! Au ah mama ngeselin!" gerutu Darga sambil langsung berlalu menuju kamarnya.
Pagi hari ini cuaca kurang mendukung, tidak hanya mendung namun hujan lumayan lebat di pagi hari jam 6 ini, membuat seorang gadis mendesah kesal karena ia sedang malas untuk menerobos hujan guna mencapai sekolah untuk menimba ilmu. Seorang pria paruh baya yang melihat anaknya terus mendengus segera menghampiri sang gadis, "Teh berangkatnya ayah anterin aja ya? Ga ada penolakan!" ujarnya yang kemudian terkekeh. "Ayah mah bukan nanya tapi maksa!" balas sang gadis terkekeh geli. "TEH BINTANG! PINJEMIN PIJA PENCIL WALNA YA! PUNYA PIJA ABIS," teriak sang adik dari dapur karena takut sang kakak segera pergi. "FIZA JANGAN TERIAK-TERIAK IH! AMBIL DI KAMAR TETEH AJA!" balas sang Bunda sambil teriak pula, membuat ayah dan Bintang tekekeh geli. "pamit dulu ya sama Bunda, ayah ambil mobil dulu di garasi." Bintang bergegas berpamitan pada bunda untuk berangkat sekolah, m
Hentakan suara sepatu pentople beradu dengan lantai menggema dikoridor kelas 12, keadaan terlihat sepi karena bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, seorang gadis meraup wajahnya yang penuh keringat karena untuk pertama kalinya ia terlambat seperti ini walau hanya 3 menit saja.Sesampainya dikelas 12 OTKP 2 ia langsung mengetuk pintu membuat suara gemuruh dari kelas mendadak tak ada suara, namun setelah si gadis membuka pintu dan masuk suara gemuruh kembali bahkan lebih keras."KIRAIN BU YASH BI!" Teriak Bayu dari belakang.Tak memperdulikan teriakan teman-temannya, Bintang melangkah menuju tempat duduknya dibagian belakang. Sambil menunggu bu Yashinta masuk ia mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian menyumpal telinganya dengan itu.Baru beberapa putar lagu kelas mendadak hening, Bintang yang asik memejamkan mata langsung membuka matanya karena ia pikir Bu Yash sudah datang, namun yang ada didepan
Bel di SMA pancasila menggema menandakan waktu pulang telah tiba, semua murid dengan cepat membereskan alat tulis guna cepat pulang, namun ada juga yang tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan tambahan. Darga dan Hans merupakan salah satu dari opsi pertama, keduanya tengah bersiap untuk pergi dari sekolah, namun kegiatan keduanya terhenti ketika dua orang perempuan menghampiri kedunya dengan sesuatu ditangannya. Darga hanya mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan kegiatannya yang tinggal memakai ranselnya kemudian bersiap meninggalkan kelas bersama Hans. Langkahnya terhenti ketika salah satu perempuan itu berujar. "Darga? Bisa bicara sebentar?" tanya salah satu perempuan tersebut. "boleh mau biacara apa?" tanya Darga ketika sudah berhadapan dengan perempuan itu. "aku bisa nebeng ke kamu? Soalnya aku ga dijemput." Hans tertawa kecil kemudian melangkah mendekati ked
Kelas 12 OTKP 2 terlihat masih lenggang, baru ada 3 siswa dikelas itu dan rata-rata itu yang mengerjakan PR nya, Bintang mendudukan dirinya dibangku paling belakang kemudian melepaskan tas yang berada dipunggungnya dengan cara melemparnya ke atas meja. Ketiga siswa itu langsung menoleh ke arah Bintang dan mengerutkan dahinya, karena tak biasanya Bintang datang dengan wajah pucat pasi."Ra lu gapapa?" tanya Bayu."ah itu anu, eh gapapa," balas Bintang tidak jelas. Ketiganya kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh kembali ke arah Bintang.Tangan Bintang bergetar hebat, wajahnya semakin pucat, pikirannya melanglang buana tak jelas, bayangan silih berganti menari diotaknya membuat ia mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih."sialan," gumam Bintang sambil menutup matanya.Memori masa lalunya silih berganti menampakan diri di otaknya, semakin iya menenangkan diri semakin cepat me
Bel pulang mengalun merdu membuat seluruh warga SMA pancasila menampilkan wajah cerah, sama halnya dengan Darga yang sejak mendengar bel pulang berbunyi, ia langsung membereskan alat sekolahnya dan bersiap untuk pulang, oh tidak, lebih tepatnya mampir dulu ke sekolah tetangga guna melepas rindu. Namun berbeda dengan Hans, ia nampak lesu dan tak bertenaga membuat Darga mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah satu-satunya sahabat Darga itu. "kenapa sih?" tanya Darga yang sudah siap dengan tas dipunggungnya. "aduh Ga, hari ini kumpulan anak musik, males kali aku hari ini. Ingin ikut kau saja lah ke sekolah tetangga," jelas Hans dengan pelan.. "haish, kumpul dulu lah, gapapa nanti aku tungguin di cafe." Balasan Darga malah membuat Hans berdecak sebal, tidak tau saja Darga kalo Hans ini sedang jatuh hati kepada salah satu sahabatnya Bintang. Makanya ia ingin ikut sekarang agar bisa be
Darga sampai dirumahnya pukul 07.29, segera ia memasukan motornya ke garasi dan langsung masuk menyapa sang Ibunda yang sedang duduk anteng menonton salah satu sinetron Indonesia beserta Papa nya yang sedang bermanja ria dengan tiduran di paha sang Istri. "uhuk keselek angin," canda Darga sambil mendudukan bokongnya disofa samping kedua orang tuanya. "ga keselek sianida sekalian aja Ga?" tanya sang Papa sambil mendengus pelan. "meninggoy kali dih," balas Darga cemberut. "datang tuh ya bilang salam Nak bukannya malah usil," ujar Anna memberitahu Darga. "ya maaf atuh kanjeng Ratu," balas Darga sambil terkekeh. Gibran yang melihat anaknya tidak juga beranjak dari sana, ia langsung mengkode anaknya itu supaya Darga segera naik ke kamarnya agar ia bisa melanjutkan kegiatan mesranya bersama sang Istri. Darga yang sengaja pura-pura tak paham dengan kode Pa
Parkiran SMK Widya Kusumah terlihat padat, siswa-siswi sibuk mengatur kendaraannya masing-masing untuk segera keluar dari area sekola, sedangkan siswa yang tak membawa kendaraan terlihat berburu angkot agar segera sampai ke rumah.Aryani yang merupakan salah satu anggota paskibra belum bisa pulang karena masih ada keperluan diorganisasinya, Malia yang merupakan anak mading pun sama halnya dengan Aryani, masih mempunyai kesibukan diorganisasinya.Sedangkan dilantai 2 gedung A tepatnya dikelas OTKP 2 terlihat masih ramai dan menjadi salon dadakan, Syami dan Lili sibuk memakaikan kuteks kepada teman-temannya, itung-itung amal katanya.Sebagian siswi menunggu lenggang koridor agar tidak berdesakan dengan memakai cat kuku dari Syami dan Lili yang dengan suka rela membagikan kuteks mereka yang sudah lama tak dipakai, dan lebih berguna jika dibagikan kepada teman-temannya."mau warna apa nih?" tanya Syami kepada
"gimana dok keadaannya?" tanya anak laki-laki kepada seseorang yang memakai kemeja putih."dia sakit pelut," balas seseorang yang disebut dokter itu."loh kan pusing? Kenapa jadi sakit perut sih?" tanya anak laki-laki itu lagi."telselah doker dong!" balas Dokter dengan kesal."dasar dokter penipu!" sentak anak laki-laki itu."Ihh mana ada doktel penipu! Langga kan doktel yang baik!" bantah dokter abal abal yang ternyata Rangga."halah dokter yang baik kaya om Bagas! Rangga mah nipu!" jelas Fiza dengan kesal."Langga kan anaknya Yayah! Jadi Langga juga baik," jelas Rangga lagi.Perdebatan keduanya terus berlanjut tanpa mengetahui kegaduhan yang terjadi diluar kamar Fiza.***BRAKKK BRAAKKK BRAAKKKGedoran brutal Bintang didepan pintu kamar mandi sangat berisik, teriakan Nur dan Echa pun tak kalah membuat suara berisik semakin terdengar.Sedangkan orang yang dituju tak menghiraukan teriakan dan gedora