Sorak sorai ditengah lapangan futsal terdengar jelas, jam istirahat digunakan sebaik mungkin oleh siswa siswi, mulai dari mengisi amunisi dikantin, mampir ke perpustakaan, sibuk dengan organisasi yang diikuti, olah raga dan sisanya bergosip ria. Seperti halnya yang dilakukan oleh kawan-kawan Bintang didepan kelas tepatnya teras kelasnya, Bintang asik melihat hasil bidikan di ponselnya, ia salah satu orang yang menyukai photografi walapun hanya sebatas suka. Syami, liana, ranti dan anggun asik memakan kuaci yang dibeli dari kantin, kebiasaan mereka ketika berkumpul itu harus ada kuaci bahkan tong sampah hadir di belakang mereka dengan setia untuk sampahnya, gini-gini anti buang sampah sembarangan mereka tuh. Malia dan Aryani tak ada karena sibuk diorganisasinya, Malia dengan Madingnya dan Aryani dengan paskibranya.
"tadi katanya ada yang liat anak baru sebelah di halte loh!" ujar syami sambil memakan kuacinya.
"eh iya, kata si Cia juga tadi liat malah katanya nyamperin Bibi! eh!? BI LU TADI KETEMU SAMA COGAN SEBELAH?" Ranti si mulut toa pun berbicara dengan lantang.
Bintang yang mendapat pertanyaan seperti itu hanya mengangkat sebelah alisnya tanda bertanya kembali, Anggun berdecak, "yang kemaren dihebohin!" jawab Anggun sambil melempar cangkang kuaci ke tong sampah dan tepat sasaran.
"ntah," balas Bintang singkat. Usai menjawab Bintang mengambil sedikit kuaci dan memakannya. Tak sedikit yang melirik ke arah kelas Bintang, bahkan mereka bodo amat ketika ada anak kelas lain yang lewat, meski anak laki-laki yang terkenal nakal pun mereka acuhkan.
"Yah dahal pen tau gue aslinya tu cowok kek gimana!" seru Lili.
"sama aja kali kaya cowok!" balas Anggun.
"yeu pea! Kalo itu mah kan emang iya," balas Ranti sambil melempar kuaci ke arah Anggun.
Anggun terkekeh pelan, Syami, Lili dan Ranti masih asik mengghibah tentang murid baru kelas sebelah sesekali bertanya kepada Anggun dan Bintang yang hanya dijawab anggukan dan Gelengan saja, bahkan tak jarang Anggun menjawab dengan pedas membuat ketiga sahabatnya mengelus dada.
Ketika asik memakan kuaci, fokus Bintang teralihkan ke ponsel di pangkuannya yang berkerlip tanda ponsel menerima notif dari W******p nya, usai membuang cangkang kuaci ke tong sampah, Bintang membuka ponselnya dengan tujuan W******p.
No baru? Siapa ya?, batin Bintang.
Orang-orang yang tau no W******p Bintang hanya sahabat dan anak kelasnya, tak ada yang tau lagi karena Bintang anti jika no nya tersebar, bahkan keluarganya pun hanya beberapa yang memiliki no Bintang.
Terlihat no baru dengan foto profil hitam putih bergambar mobil lamborgini menyapanya.+6282320667000
Hai Noubika đź‘‹
Siapa?
Ini Darga, yang tadi pagi
Ooh
Iya hehe
Bintang hanya membaca balasan Darga, awalnya memang kaget karena ada no baru yang masuk disertai nama singkatannya, namun ketika mengingat buku diary nya ada di Darga mungkin dia melihat no nya di bagian depan buku diary, karena jika di isi bukunya tidak mungkin, karena terdapat gembok yang kuncinya terdapat di belakang soft case ponselnya. Jadi aman.
Setelah mengabaikan balasan Darga ia mengalihkan fokusnya kepada teman-temannya yang ternyata sudah terdapat Aryani dan Malia yang sudah kembali dari kegiatan Organisasinya.
"kesel gue sama si Tari! anak OSIS kenapa pada nyebelin sih!" ntah apa yang mereka bincangkan, namun membawa nama OSIS sudah dipastikan semuanya akan mengghibah. Bintang dan sahabatnya memang kurang menyukai anak-anak dari Organisasi Siswa Intra Sekolah itu, berawal dari rajia kelas X dulu saat anak OSIS mengadakan rajia dadakan yang membuat Syami kehilangan sepatu hitam biru kesayangannya karena disekolah ini diwajibkan memakai sepatu berwarna hitam, Lili kehilangan kuteks barunya yang disimpan di saku rok nya, dan Aryani kehilangan gelang couple nya dengan kekasihnya.
Gara-gara kejadian itu, para sahabat Bintang mulai membenci OSIS bukan hanya mereka tapi kelas mereka! Padahal para pengurus OSIS pun sama hal nya melanggar dengan beberapa yang memakai sepatu berwarna begitulah awalnya.
"tu kunti satu ngapain lagi emangnya?" tanya Anggun.
"nyinyir kaya netizen, biasa lah!" balas Malia sambil mengambil beberapa kuaci dari plastik.
"heran deh! Anak OSIS bukannya kasih contoh yang baik ini malah ngasih contoh buruk! Najisin emang," ujar Ranti menggebu yang diangguki semuanya.
"apalagi si Annisa tuh! Masa ikut OSIS buat ngejar doi doang, bobrok banget OSIS sekolah kita," tambah Syami.
"udahlah ga usah dipikirin, mereka aja ga mikirin kita! Eh Bi tadi pagi katanya lu disamperin anak baru sekolah sebelah ya?" tanya Malia mengalihkan pembicaraan.
"maybe," jawab Bintang acuh.
"gimana-gimana gans kaga? Imut? Atau gimana?" tanya Ranti dengan mata berbinar.
"Dasar otak cogan!!!" ketus semuanya saat mendengar pertanyaan Ranti, ya Ranti merupakan salah satu penggila cogan walaupun hanya sebatas suka.
"bel! Masuk!" ucap Bintang tanpa menghiraukan pertanyaan Ranti membuat semuanya tertawa karena Ranti menunjukan raut merajuk.
***
Lima menit sudah berlalu, Darga menunggu Bintang dihalte sesuai permintaannya tadi. Terlihat anak SMK bubar dan mulai meninggalkan sekolah dengan alat transportasi masing-masing bahkan tak sedikit juga yang berjalan kaki. Darga tersenyum ketika maniknya melihat sosok yang ia tunggu, masih sama dengan kemarin menggunakan cardigan hitam sepaha dengan ransel hitam dipunggungnya, tak lupa earphone ditelinganya. Tak sedikit yang melirik ke arah Darga karena status Siswa baru di SMA itu pun sudah tersebar karena memiliki wajah rupawan.
Sampai dihadapan Darga, Bintang menengadahkan tangan sebelah kanannya ke arah Darga, sedangkan yang dipinta hanya terkekeh pelan sambil menggelengkan kepalanya gemas. "gemesin banget sih kamu!" seru Darga, membuat Bintang melotot ke arah Darga namun segera mengembalikan mimik wajahnya ke semula, datar!.
"kamu bisa ambil asal dengan ngabulin 3 permintaan aku!" Ujar Darga membuat Bintang memperlihatkan raut tak sukanya.
"Ogah!" balas Bintang singkat.
"yaudah ga bakal aku balikin," ucap Darga disertai senyum manisnya.
"yaudah!" dengus Bintang sambil membalikan badannya guna kembali ke parkiran sekolah. Namun baru selangkah ucapan Darga membuat Bintang tak jadi pergi.
"kuncinya mudah juga ya dibuka nya."
"LO!!" dengus Bintang sambil kembali menghadap ke arah Darga, para sahabat Bintang memantau di dekat gerbang dengan posisi seperti mengintip, hanya kepala yang terlihat membuat siswa siswi yang melewati mereka terkekeh geli.
"wah si Bibi kaga bilang-bilang ya dapet cogan sekul sebelah!" gumam Syami namun masih didengar yang lainnya.
"wah gila gans euy!!" ujar Ranti dengan mata berbinar.
"lebih gans aslinya ya!" balas Lili.
"lu pada ya dasar mata coganan!! Udah ah gue ke ruang paskib dulu!" dengus Aryani sambil berlalu.
"eh gue juga mau ke ruang mading woy bentar barengan. Bubay guys!!" seru Malia kemudian pergi menyusul aryani.
"berisik njir!!" gumam Anggun melirik ke arah perginya kedua sahabatnya itu begitu pun ketiga sahabatnya. Ketika melihat ke arah Bintang lagi ternyata target sudah tak ada ditempat.
"kampret!!"
"mana njir?"
"eh?!"
"Bibi mana anjir??"
Seketika keempatnya berlari ke halte dimana Bintang dan Darga tadi berada, namun tak ada jejak kemana kedunya pergi.
Suara lonceng kesekian kalinya bersuara, kedua remaja berbeda jenis kelamin ini masih diam membisu tak ada yang mulai berbicara, lima menit pun telah berlalu membuat Bintang tak sabar lagi menunggu sang lawan bersuara. "ga mau ngomong heh?" tanya Bintang ketus. Namun Darga malah tersenyum lebar karena tujuannya membuat Bintang bicara pun berhasil. "akhirnya bicara juga," ujar Darga membuat Bintang mendengus kesal. "apa?" tanya Bintang singkat. "jadi aku mau kamu kabulin 3 permintaan aku! Ga ada penolakan!" jelas Darga lancar. "Gue bukan jin!!" ketus Bintang.
Sore hari ini cuaca cukup mendukung bagi orang yang berniat bermain ke luar rumah karena cuacanya cerah, bahkan terlihat beberapa orang sekitar mengelap keringat karena panas. Namun tidak untuk seorang pemuda yang tengah menunggu sang pujaan hati di halte dekat sekolahnya. Banyak orang yang merupakan siswa siswi dari SMA pancasila dan SMK widiya kusuma yang melihatnya dengan tatapan memuja dan tatapan seolah sang pemuda adalah makhluk asing karena belum pernah melihatnya. Asyik dengan buku komiknya membuat ia tak sadar bahwa seorang gadis tengah menatapnya dengan pandangan tajam. Namun tak lama si pemuda seperti merasakan sebuah tatapan yang tajam padanya akhirnya ia mengedarkan pandangannya dan bertemu dengan mata coklat jernih yang tengah menatapnya. Senyum si pemuda seketika terbit.
Pagi hari ini cuaca kurang mendukung, tidak hanya mendung namun hujan lumayan lebat di pagi hari jam 6 ini, membuat seorang gadis mendesah kesal karena ia sedang malas untuk menerobos hujan guna mencapai sekolah untuk menimba ilmu. Seorang pria paruh baya yang melihat anaknya terus mendengus segera menghampiri sang gadis, "Teh berangkatnya ayah anterin aja ya? Ga ada penolakan!" ujarnya yang kemudian terkekeh. "Ayah mah bukan nanya tapi maksa!" balas sang gadis terkekeh geli. "TEH BINTANG! PINJEMIN PIJA PENCIL WALNA YA! PUNYA PIJA ABIS," teriak sang adik dari dapur karena takut sang kakak segera pergi. "FIZA JANGAN TERIAK-TERIAK IH! AMBIL DI KAMAR TETEH AJA!" balas sang Bunda sambil teriak pula, membuat ayah dan Bintang tekekeh geli. "pamit dulu ya sama Bunda, ayah ambil mobil dulu di garasi." Bintang bergegas berpamitan pada bunda untuk berangkat sekolah, m
Hentakan suara sepatu pentople beradu dengan lantai menggema dikoridor kelas 12, keadaan terlihat sepi karena bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, seorang gadis meraup wajahnya yang penuh keringat karena untuk pertama kalinya ia terlambat seperti ini walau hanya 3 menit saja.Sesampainya dikelas 12 OTKP 2 ia langsung mengetuk pintu membuat suara gemuruh dari kelas mendadak tak ada suara, namun setelah si gadis membuka pintu dan masuk suara gemuruh kembali bahkan lebih keras."KIRAIN BU YASH BI!" Teriak Bayu dari belakang.Tak memperdulikan teriakan teman-temannya, Bintang melangkah menuju tempat duduknya dibagian belakang. Sambil menunggu bu Yashinta masuk ia mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian menyumpal telinganya dengan itu.Baru beberapa putar lagu kelas mendadak hening, Bintang yang asik memejamkan mata langsung membuka matanya karena ia pikir Bu Yash sudah datang, namun yang ada didepan
Bel di SMA pancasila menggema menandakan waktu pulang telah tiba, semua murid dengan cepat membereskan alat tulis guna cepat pulang, namun ada juga yang tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan tambahan. Darga dan Hans merupakan salah satu dari opsi pertama, keduanya tengah bersiap untuk pergi dari sekolah, namun kegiatan keduanya terhenti ketika dua orang perempuan menghampiri kedunya dengan sesuatu ditangannya. Darga hanya mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan kegiatannya yang tinggal memakai ranselnya kemudian bersiap meninggalkan kelas bersama Hans. Langkahnya terhenti ketika salah satu perempuan itu berujar. "Darga? Bisa bicara sebentar?" tanya salah satu perempuan tersebut. "boleh mau biacara apa?" tanya Darga ketika sudah berhadapan dengan perempuan itu. "aku bisa nebeng ke kamu? Soalnya aku ga dijemput." Hans tertawa kecil kemudian melangkah mendekati ked
Kelas 12 OTKP 2 terlihat masih lenggang, baru ada 3 siswa dikelas itu dan rata-rata itu yang mengerjakan PR nya, Bintang mendudukan dirinya dibangku paling belakang kemudian melepaskan tas yang berada dipunggungnya dengan cara melemparnya ke atas meja. Ketiga siswa itu langsung menoleh ke arah Bintang dan mengerutkan dahinya, karena tak biasanya Bintang datang dengan wajah pucat pasi."Ra lu gapapa?" tanya Bayu."ah itu anu, eh gapapa," balas Bintang tidak jelas. Ketiganya kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh kembali ke arah Bintang.Tangan Bintang bergetar hebat, wajahnya semakin pucat, pikirannya melanglang buana tak jelas, bayangan silih berganti menari diotaknya membuat ia mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih."sialan," gumam Bintang sambil menutup matanya.Memori masa lalunya silih berganti menampakan diri di otaknya, semakin iya menenangkan diri semakin cepat me
Bel pulang mengalun merdu membuat seluruh warga SMA pancasila menampilkan wajah cerah, sama halnya dengan Darga yang sejak mendengar bel pulang berbunyi, ia langsung membereskan alat sekolahnya dan bersiap untuk pulang, oh tidak, lebih tepatnya mampir dulu ke sekolah tetangga guna melepas rindu. Namun berbeda dengan Hans, ia nampak lesu dan tak bertenaga membuat Darga mengerutkan keningnya bingung dengan tingkah satu-satunya sahabat Darga itu. "kenapa sih?" tanya Darga yang sudah siap dengan tas dipunggungnya. "aduh Ga, hari ini kumpulan anak musik, males kali aku hari ini. Ingin ikut kau saja lah ke sekolah tetangga," jelas Hans dengan pelan.. "haish, kumpul dulu lah, gapapa nanti aku tungguin di cafe." Balasan Darga malah membuat Hans berdecak sebal, tidak tau saja Darga kalo Hans ini sedang jatuh hati kepada salah satu sahabatnya Bintang. Makanya ia ingin ikut sekarang agar bisa be
Darga sampai dirumahnya pukul 07.29, segera ia memasukan motornya ke garasi dan langsung masuk menyapa sang Ibunda yang sedang duduk anteng menonton salah satu sinetron Indonesia beserta Papa nya yang sedang bermanja ria dengan tiduran di paha sang Istri. "uhuk keselek angin," canda Darga sambil mendudukan bokongnya disofa samping kedua orang tuanya. "ga keselek sianida sekalian aja Ga?" tanya sang Papa sambil mendengus pelan. "meninggoy kali dih," balas Darga cemberut. "datang tuh ya bilang salam Nak bukannya malah usil," ujar Anna memberitahu Darga. "ya maaf atuh kanjeng Ratu," balas Darga sambil terkekeh. Gibran yang melihat anaknya tidak juga beranjak dari sana, ia langsung mengkode anaknya itu supaya Darga segera naik ke kamarnya agar ia bisa melanjutkan kegiatan mesranya bersama sang Istri. Darga yang sengaja pura-pura tak paham dengan kode Pa
pagi ini terlihat cerah, sang surya memancarkan sinarnya diangaksa yang biru, sudah sebulan sejak Bintang sadar dari komanya, semuanya berjalan sebagaimana mestinya, tak ada lagi pesan ancaman, tak ada lagi bayangan kekerasan. Satu bulan penuh Bintang menjalani berbagai macam terapi ditemani keluarga, sahabat dan kekasihnya.Rasa takut dalam dirinya perlahan hilang ketika ia mulai konsultasi ke salah satu Dokter psikologi atas saran Bagas dan bujukan orang orang terdekatnya, Kakinya yang patah kini mulai membaik walau masih belum bisa berlari. Dokter Vian menjadi dokter yang terus mengawasi pengobatan Bintang atas permintaan Dokter Bagas. Hingga akhirnya Bintang dapat dinyatakan sembuh total dan bisa kembali bersekolah setelah sekian lama ia tak masuk ke sekolahnya. Kakinya menginjakan kaki diparkiran sekolah dengan bantuan Darga yang kini tengah merapikan rambutnya. Banyak pasang mata yang menatap Bintang pangling karena hamoir satu bulan setengah Bintang tak
Terik matahari sore masih terasa menyengat dikulit, suasana ramai didukung dengan cuaca panas tak membuat banyak orang mengurungkan dan menunda kegiatannya, banyak orang yang berkeliaran diparkiran rumah sakit, Yasa dan Niken yang sudah menunggu sejak sepuluh menit yang lalu mulai gerget karena ketiga orang yang keduanya tunggu tak kunjung datang, Niken memang tahu ruangannya namun sudah janjian diparkiran. Tak enak jika ia dan Yasa duluan padahal yang mengajaknya Aryani dan sahabatnya.Keduanya tengan berdiri dibawah pohon mangga yang tidak terlalu tinggi namun sedikitnya bisa menghindari panasnya sengatan matahari walau hanya sedikit tubuhnya saja yang terhalangi."kita masuk duluan aja yuk, panas, mana disini ga ada tempat buat neduh," ujar Yasa pada Niken yang tengah mengedarkan pandangannya ke sekeliling parkiran yang nampak banyak orang bolak balik dan kendaraan yang tanpa henti keluar masuk."ga enak kalo duluan, kan kita cuma ikut sama
Sudah satu minggu sejak kejadian para wartawan mengejar siswa siswi, guru dan kepala sekolah SMK Widya Kusuma, semuanya sudah mereda sejak kemarin pagi akhirnya perwakilan dari guru dan siswa yang bersangkutan mau untuk diwawancara dengan syarat tidak mau dipublikasikan. Hanya sedikit penjelasan agar para wartawan berhenti mengganggu kenyamanan sekolah.Siswa yang menjadi perwakilan yaitu Yasa sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi akan lengser. Banyak pertanyaan yang para wartawan ajukan, namun tak banyak yang dijawab oleh Yasa temasuk korban, Yasa tidak memberitahunya demi kenyamanan berbagai pihak.Suasana kelas OTKP 2 terlihat hening dengan Bu Yash yang tengah menjelaskan materi didepan kelas. Seminggu terakhir ini suasana kelas terlihat muram membuat para guru sedikit memberi arahan karena hampir semua muridnya terlihat tak bersemangat."materi hari ini cukup sekian, minggu depan tugasnya harus sudah selesai ya," jelas Bu Yash yang dibalas
Yasa mengecek satu persatu CCTV, ia baru ingat mengenai kejadian beberapa hari yang lalu ketika Bintang diculik Sandi, dengan bergerak cepat Yasa membuka CCTV kelas Bintang.Terlihat pada jam istirahat kelas Bintang hanya Bintang seorang yang tengah memakan bekalnya, tak lama seseorang masuk yang tak lain Sandi membuat Bintang mematung, Senyum Yasa mengembang seketika.Namun senyumnya surut dan berubah menjadi umpatan ketika Yasa melihat jika rekaman CCTV kejadian itu dihapus dan hanya ada kelanjutannya ketika Sandi membawa Bintang yang terkulai lemas keluar kelas.Dengan tangan yang cepat, Yasa membuka satu persatu dari sekian banyak. Bahkan CCTV parkiran pun dihapus. CCTV hari ini bahkan tak bisa diputar semuanya dijam sembilan lebih. Sepertinya kejadian tadi sudah direncanakan.Dengan cepat Yasa bertanya pada security yang menunggunya diluar ruangan, "pak?" panggil Yasa."iya den?""apa sebelumnya ada yang mi
Entah sudah berapa lama Darga beridam diri dikursi itu, Matanya menatap kosong ke arah lantai dengan kedua tangan disatukan dengan dikepalkan, kepalanya menunduk dengan memejamkan matanya yang sesekali keluar air mata.Silahkan jika kalian anggap Darga cengeng, satu hal yang membuat ia bisa tertawa lepas dengan kehidupan yang penuh warna selain dari keluarganya, ia bisa melalu itu hanya ketika bersama Bintang seorang.Niken mentapa Anggun dan Darga dengan tangan bergetar karena masih syok dan merasa bersalah. "Anggun? Darga?" panggil Niken membuat keduanya menoleh dan bertanya dengan sorot matanya."ada yang mau gue jelasin," ujar Niken membuat Anggun yangs sejak tadi berdiri menatap jendela pintu UGD yang tertutup gorden.Dengan langkah pelan, Darga dan Anggun berjalan menghampiri Niken kemudian duduk disamping gadis itu. Niken menutup matanya sekejap kemudian membuka matanya kembali dengan tangan yang tidak terlalu bergetar sekar
Sorak sorai dengan tepuk tangan yang meriah menggema diseluruh penjuru SMK Widkum. Baik laki laki ataupun perempuan, siswa ataupun guru, semuanya ikut berpartisipasi menjadi supporter yang sangat dibutuhkan bagi para pemain.Dua tim yang kini tengah bersiap untuk berlawan yaitu Tim Yasa dengan Tim Romi dari SMA Pancasila membuat kedua tim mendapat banyak dukungan. Tribun yang biasanya hanya diisi paling banyak setengahnya kini tiba tiba penuh, pinggir lapangan dikelilingi para supporter yang akan mendukung tim sekolah masing masing.Berbeda dengan teman teman Darga yang kini bersemangat untuk mendukung Romi dan Timnya, Darga malah sibuk mencari sosok yang mengganggu pikirannya sejak tadi malam hingga ia tak bisa tidur.Matanya terus memindai dari sisi ke sisi, namun Darga belum menemukan satu orang yang ia cari dianta ratusan manusia dengan suara yang menggema disuruh antero sekolah. Ala Bintang tidak menonton pertandingan?Dengan geraka
Baju tidur motif beruang dilengkapi dengan jaket hitam polos menjadi pilihan Bintang saat ini, dengan langkah tergesa Bintang berjalan ke ruang keluarga untuk menemui Darga yang tadi mengantarnya pulang. Sakit dikakinya tak ia perdulikan saking semangatnya, dengan senyum yang terus mengembang tak luntur dari wajahnya.sampai diruang keluarga ia tak melihat Darga sama sekali, hanya ada Nur yang tengah mengajarkan Rangga dan Fiza menulis huruf. Nur yang sadar jika anak pertamanya berdiri disamping sofa sambil mengedarkan pandangannya mencari seseorang seketika memberi tahu kepulangan Darga."nyari Darga Teh?" tanya Nur basa basi yang padahal sudah tau alasan Bintang menghampiri ruangan ini."kenama dia Bu?" tanya Bintang malu malu."takut kemaghriban pulangnya jadi buru buru tadi, kamu kan lagi bersih bersih jadi Aga pamitnya sama Ibu aja," jelas Nur membuat senyum diwajah Bintang sirna digantikan dengan wajah murung dengan bibir cemberut.
Suasana SMK widya kusuma sore ini masih terbilang ramai di waktu ketika bel lulang sekolah sudah terdengar sejak setangah jam yang lalu, masih banyak siswa siswi yang mempersiapkan segala hal untuk esok hari, Pertandingan persahabatan antara sekolah sebelum ujian kenaikan kelas berlangsung bulan depan, maka sebagai bentuk kepedulian kedua sekolah ini kepada seluruh anak didiknya, kedua sekolah ini mengadakan perlombaan yang akan berlangsung selama beberapa hari kedepan.Tak ingin para siswanya dilanda stress untuk menghadapi ujian, jadi kedua sekolah ini berinisiatif untuk membuat siswa siswinya santai sejenak dengan adanya perlombaan ini. Istirahat sejenak dari banyaknya materi yang dipupuk sejak awal tahun ajaran lalu. "perlombaannya emang apa aja?" tanya Anggun yang melihat beberapa anggota OSIS dengan panitia penyelenggara membawa beberapa dus yang entah isinya apa."banyak loh, mulai dari olah raga, sains, senirupa sama kesenian lainnya," ujar
Tangan Bintang memeluk erat leher Darga membuat sesekali Darga menepuk tangan Bintang, namun bukannya dilepaskan malah semakin dieratkan, Bintang tertawa puas dan Darga menderita karena itu.Dengan sengaja Darga memutarkan tubuhnya dengan cepat membuat Bintang menjerit histeris karena putaran yang dilakukan Darga dilorong sekolah dengan lantai yang tak seberapa. Bagaimana ketika Darga berputar dan kakinya tak seimbang malah menabrak dinding kelas atau pilar?Sekarang terbalik, Darga yang tertawa puas dan Bintang yang menderita, beberapa orang yang kenal dengan Bintang ragu untuk menyapa karena jarang jarang Bintang yang dingin dan pendiam tertawa selepas itu."Ga udah ih cape," ujar Bintang disela jeritannya."yang cape aku, kan aku yang jalan," balas Darga dengan senyumnya."aku juga cape jerit jerit terus," ujar Bintang lelah kemudian menyimpan kepalanya dibahu Darga, membuat Darga mengembangkan senyumnya karena gema