Terik matahari tak membuat para siswa goyah disiang ini, para penghuni kelas OTKP 2 sedang melaksanakan pemanasan olah raga, Pak Arif selaku guru pengajarnya fokus melihat pergerakan setiap siswanya.
Gerakan demi gerakan dilakukan hingga pemanasan berakhir, pak Arif mulai melangkah menuju depan dimana sang seksi olah raga berada. Salah satu guru killer ini lumayan disegani oleh banyak siswa termasuk siswa siswi kelas ini.
"Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," salam pak Arif yang langsung dijawab oleh semuanya.
"Dikarenakan bapak ada keperluan mendadak, kalian belajar dikelas saja. Bapak sudah memberi tugas kepada sekretaris kalian, besok pagi harus sudah ada di meja bapak! Paling telat jam 7. Sekian wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh," singkat, padat dan jelas, begitulah pak Arif. Para siswa hanya menggerutu didalam hati dan kemudian membubarkan diri dari barisan dan kemudian kembali ke kelas mereka yang terletak di gedung A lantai 2.
Sampai dikelas sekretaris mulai menuliskan tugas di papan tulis, sedangkan yang lainnya menulis dengan tenang. Namun, berbeda dengan keadaan dibelakang kelas dimana beberapa orang yang sering dijuluki pasukan tak bersayap malah sibuk dengan kegiatan masing - masing.
"Syam, kutek aku bagus ga?" tanya Lili sambil memperlihatkan kukunya kepada Syami. Liliana Aurelia, gadis perawakan tinggi dengan tubuh ideal pecinta kuteks, jika ada orang yang berani merusak karya dikukunya maka siapkan telinga dan rambut anda supaya tidak menjadi korban selanjutnya, walaupun terkesan feminim tapi kelakuannya ga jauh beda dari preman kalo marah tuh, bahkan rambut anda harus wassalam kalo dia sudah marah.
"jelek! Bagus yang warna kemarin sih," balas Syami. Dimana Syami Dania ini sebelas duabelas sama Lili pecinta kuteks, perawakannya tinggi dengan berat badan berbobot, dia akan ngamuk kalo dipanggil gendut, gemblung atau yang lainnya yang mengatakan kalo dia gendut, siap siap saja pantat mulus anda ditendang oleh dia.
"yang itu warnanya kurang pas li," jawab Aryani si anak paskibra yang kelewat tinggi.
"yaudah deh besok ganti lagi," ucap Lili sambil meniup kuku cantiknya.
Brakkk
"ebuset!?"
"anjir."
"monyet."
"Setan!!"
"astagfirullah."
Sang pelaku pemukul meja hanya cengengesan melihat dan mendengar respon teman-temannya yang kaget, berbeda dengan cewek mungil yang duduk paling ujung dekat tembok yang hanya mengangkat alisnya melihat tingkah sahabatnya itu.
"maaf maaf, dedek ga sengaja!?"
"RANTIIIIIIIIII!!!!!" Teriak ke lima temannya itu, sedangkan sang pelaku hanya cengengesan sambil mengangkat kedua jarinya tanda peace.
"ngeselin banget sih, pale lu kaga sengaja!" kesal Anggun. Nama boleh Anggun tapi kelakuan sama persis kaya preman pasar, bicara sama anggun tuh harus ekstra sabar karena mudah ngegas orangnya.
"iye iye maaf ish."
"Bacot lu, diem! Nulis noh!"
Malia Nurahma, pemilik wajah galak disertai mulut bon cabe level tinggi yang pastinya mengalahkan mulut cabe cabean yang ada itu mulai jengah dengah tingkah sahabatnya yang kelewat hyperaktif itu.
Sedangkan si gadis mungil pojok itu masih diam tak membuka suara walaupun merasa kesal, terkenal dengan irit bicara, sekalinya bicara kaya ngajak tawuran, tubuh mungil dengan wajah imutnya itu tidak sesuai dengan sifat dinginnya. Dia tidak terlalu pintar dan tidak terlalu bodoh dia masih menjadi salah satu siswa yang masuk sepuluh besar, andai ia tak malas mungkin untuk masuk tiga besar dia bisa, namun ya sudahlah. Gadis mungil ini bernama Noura Bintang Azkirana.
***
Tak terasa waktu cepat berlalu, lima belas menit lagi bel pulang akan berbunyi. Keadaan kelas OTKP 2 masih terlihat ribut dikarenakan masih banyak soal yang belum selesai dijawab. Berbeda dengan ke tujuh siswi yang ada dibelakang yang masih terlihat santai meskipun masih mengisi nomor 2, Karena mereka yakin si gadis mungil pojok itu akan memberikan contekan pada mereka. Terlihat semenit kemudian Bintang memberikan bukunya kepada Aryani.
"kumpulin!"
Senyum ke enam sahabatnya mengembang sambil mulai menyalin jawaban dari buku Bintang. Sedangkan sang pemilik langsung memundurkan kursinya kemudian melangkah keluar menuju toilet, sudah menjadi hal biasa melihat Bintang keluar kelas disaat dia sudah beres menulis tugas, kebiasaan.
Langkah demi langkah akhirnya Bintang sampai ke tempat tujuan, suasana sepi terpampang jelas didalam toilet, biasanya kaum hawa pasti ada ditoilet meski hanya satu atau dua orang, namun kali ini tidak, hanya ada Bintang seorang.
Air mulai mengalir ketika Noura menyalakannya kemudian membasuh tangannya hingga bersih, merasa lelah ia mulai membasuh wajahnya agar merasa segar. Melihat jam ditangannya menunjukan waktu kurang dari 5 menit lagi untuk bel pulang, ia pun segera meninggalkan toilet dan kembali ke kelas.
Namun belum sampai ke kelas ia dihadang orang yang cukup ia benci, dimana sosok didepannya ini menyebalkan dan selalu menganggu Bintang.
"Hei Noura!" sapa sosok makhluk astral bagi Bintang. Sedangkan yang disapa hanya memutar bola mata malas.
"bales dong sapaan aa!" goda sosok yang memanggil dirinya sendiri aa itu.
"minggir!" ketus Noura.
"bales dulu sapaannya dong, ntar aa biarin neng lewat," godanya lagi.
"Najis!"
"eits, neng mulutnya makin pedes aja. Aa ga suka," si sosok itu menunjukan raut wajah pura pura kecewa.
"minggir!!" bukan lagi ketus, ini sudah bentakan.
"Astagfirullah de, mulutnya dicabein mulu ya!" balasnya sambil mengusap dada.
Tanpa memperdulikan sosok itu, Bintang mendorong lengan sosok itu kemudian melenggang melanjutkan perjalanannya menuju kelas yang sempat terhenti.
"Sabar Yasa sabar, orang sabar kegantengannya nambah!" ucap sosok yang mengaku Yasa itu masih mengusap dada.
Tak lama kemudian suara nyaring bel pulang pun terdengar. Suaranya bahkan belum berhenti namun para murid sudah berlarian keluar kelas, kelas XI OTKP 2 tinggal 7 orang yang masih betah, kenapa? Karena wifi sekolah yang membuat mereka betah berlama lama disekolah.
"Eh lu tau ga ka-" belum beres kalimat Ranti para sahabatnya sudah duluan memotong kalimatnya.
"GA TAU!!"
"ebuset, santai atuh kalian tuh! Lagian ini tuh berita menggemparkan," kesal Ranti.
"apaan emang?" tanya Lili.
"hilih penasaran jugakan!" batin Ranti menggerutu.
"SMA tetangga ada murid baru katanya, ganteng pula," ghibah dimulai.
"masa sih? Tai dari siapa lu?" tanya anggun.
"TAU NYET!! tai tai, pale lu tai," kesal Lili yang tak direspon oleh anggun.
"kata si Tami, sepupu gue!" balas Ranti.
"seganteng apa? Paling masih gantengan Bang Putra," balas Aryani malas, Putra adalah pujaan hati Aryani sejak 2 tahun lalu dan ketampanannya cukup banyak membuat kaum hawa meleleh.
"GANTENG ANJIR!!" teriak ranti sambil menggebrak meja hingga membuat beberapa sahabatnya terlonjak kaget.
"Bangke pelan dikit dong!" gas Malia yang dari tadi fokus menatap hp nya yang menampilkan film india lawas shahrukhan.
"ASLI ANJIR INI MAH GANTENG OY!!" teriak Ranti lagi hingga handphone nya direbut langsung oleh Syami, lalu...
"OH MY GOD!!" Teriak Syami tak kalah heboh sehingga menimbulkan saling rebutan hp Ranti yang menampilkan sosok tampan yang terlihat candid difoto itu.
Sedangkan si mungil hanya diam sambil mendengarkan lagu lawas kesukaannya lewat headset yang ia pakai ditelinganya sambil menutup matanya seolah tak perduli dengan apa yang para sahabatnya bahas.
••••••••••
Lewat satu jam pasukan berdiam diri dikelas sambil wifi an dan ghibah, akhirnya semuanya memutuskan untuk pulang dengan motor masing-masing, kecuali si mungil yang yang memang hari ini tidak membawa kendaraan. "Bi, ikut gue aja kuy lah. Gue anterin," ucap Anggun pada Noura. Para sahabat Noura memang memanggil Bintang, dan orang orang terdekatnya memanggil seperti itu. "ga usah!" 2 kata itu adalah hal yang tak bisa dibantah. Mau memaksapun jika ia sudah berkata tidak pasti tidak. "ok dah, tiati dijalannya ye!" balas anggun. Bintang hanya mengangguk sambil memasang earphone ditelinganya untuk menemani Noura disepanjang jalan menuju rumahnya. Fakta Rumah Noura yang paling jauh memang membuat ia malas untuk merepotkan orang lain termasuk sahabatnya. "Bi kita tungguin aja dulu dah sampe ada angkot, tar diculik lagi. Pasti pada ngiranya lu tuh anak esempe." "Syami syami, o
Sorak sorai ditengah lapangan futsal terdengar jelas, jam istirahat digunakan sebaik mungkin oleh siswa siswi, mulai dari mengisi amunisi dikantin, mampir ke perpustakaan, sibuk dengan organisasi yang diikuti, olah raga dan sisanya bergosip ria. Seperti halnya yang dilakukan oleh kawan-kawan Bintang didepan kelas tepatnya teras kelasnya, Bintang asik melihat hasil bidikan di ponselnya, ia salah satu orang yang menyukai photografi walapun hanya sebatas suka. Syami, liana, ranti dan anggun asik memakan kuaci yang dibeli dari kantin, kebiasaan mereka ketika berkumpul itu harus ada kuaci bahkan tong sampah hadir di belakang mereka dengan setia untuk sampahnya, gini-gini anti buang sampah sembarangan mereka tuh. Malia dan Aryani tak ada karena sibuk diorganisasinya, Malia dengan Madingnya dan Aryani dengan paskibranya."tadi katanya ada yang liat anak baru sebelah di halte loh!" ujar syami sambil memakan kuaciny
Suara lonceng kesekian kalinya bersuara, kedua remaja berbeda jenis kelamin ini masih diam membisu tak ada yang mulai berbicara, lima menit pun telah berlalu membuat Bintang tak sabar lagi menunggu sang lawan bersuara. "ga mau ngomong heh?" tanya Bintang ketus. Namun Darga malah tersenyum lebar karena tujuannya membuat Bintang bicara pun berhasil. "akhirnya bicara juga," ujar Darga membuat Bintang mendengus kesal. "apa?" tanya Bintang singkat. "jadi aku mau kamu kabulin 3 permintaan aku! Ga ada penolakan!" jelas Darga lancar. "Gue bukan jin!!" ketus Bintang.
Sore hari ini cuaca cukup mendukung bagi orang yang berniat bermain ke luar rumah karena cuacanya cerah, bahkan terlihat beberapa orang sekitar mengelap keringat karena panas. Namun tidak untuk seorang pemuda yang tengah menunggu sang pujaan hati di halte dekat sekolahnya. Banyak orang yang merupakan siswa siswi dari SMA pancasila dan SMK widiya kusuma yang melihatnya dengan tatapan memuja dan tatapan seolah sang pemuda adalah makhluk asing karena belum pernah melihatnya. Asyik dengan buku komiknya membuat ia tak sadar bahwa seorang gadis tengah menatapnya dengan pandangan tajam. Namun tak lama si pemuda seperti merasakan sebuah tatapan yang tajam padanya akhirnya ia mengedarkan pandangannya dan bertemu dengan mata coklat jernih yang tengah menatapnya. Senyum si pemuda seketika terbit.
Pagi hari ini cuaca kurang mendukung, tidak hanya mendung namun hujan lumayan lebat di pagi hari jam 6 ini, membuat seorang gadis mendesah kesal karena ia sedang malas untuk menerobos hujan guna mencapai sekolah untuk menimba ilmu. Seorang pria paruh baya yang melihat anaknya terus mendengus segera menghampiri sang gadis, "Teh berangkatnya ayah anterin aja ya? Ga ada penolakan!" ujarnya yang kemudian terkekeh. "Ayah mah bukan nanya tapi maksa!" balas sang gadis terkekeh geli. "TEH BINTANG! PINJEMIN PIJA PENCIL WALNA YA! PUNYA PIJA ABIS," teriak sang adik dari dapur karena takut sang kakak segera pergi. "FIZA JANGAN TERIAK-TERIAK IH! AMBIL DI KAMAR TETEH AJA!" balas sang Bunda sambil teriak pula, membuat ayah dan Bintang tekekeh geli. "pamit dulu ya sama Bunda, ayah ambil mobil dulu di garasi." Bintang bergegas berpamitan pada bunda untuk berangkat sekolah, m
Hentakan suara sepatu pentople beradu dengan lantai menggema dikoridor kelas 12, keadaan terlihat sepi karena bel sudah berbunyi sejak 15 menit yang lalu, seorang gadis meraup wajahnya yang penuh keringat karena untuk pertama kalinya ia terlambat seperti ini walau hanya 3 menit saja.Sesampainya dikelas 12 OTKP 2 ia langsung mengetuk pintu membuat suara gemuruh dari kelas mendadak tak ada suara, namun setelah si gadis membuka pintu dan masuk suara gemuruh kembali bahkan lebih keras."KIRAIN BU YASH BI!" Teriak Bayu dari belakang.Tak memperdulikan teriakan teman-temannya, Bintang melangkah menuju tempat duduknya dibagian belakang. Sambil menunggu bu Yashinta masuk ia mengeluarkan earphone dari tasnya kemudian menyumpal telinganya dengan itu.Baru beberapa putar lagu kelas mendadak hening, Bintang yang asik memejamkan mata langsung membuka matanya karena ia pikir Bu Yash sudah datang, namun yang ada didepan
Bel di SMA pancasila menggema menandakan waktu pulang telah tiba, semua murid dengan cepat membereskan alat tulis guna cepat pulang, namun ada juga yang tengah bersiap untuk mengikuti kegiatan tambahan. Darga dan Hans merupakan salah satu dari opsi pertama, keduanya tengah bersiap untuk pergi dari sekolah, namun kegiatan keduanya terhenti ketika dua orang perempuan menghampiri kedunya dengan sesuatu ditangannya. Darga hanya mengerutkan keningnya kemudian melanjutkan kegiatannya yang tinggal memakai ranselnya kemudian bersiap meninggalkan kelas bersama Hans. Langkahnya terhenti ketika salah satu perempuan itu berujar. "Darga? Bisa bicara sebentar?" tanya salah satu perempuan tersebut. "boleh mau biacara apa?" tanya Darga ketika sudah berhadapan dengan perempuan itu. "aku bisa nebeng ke kamu? Soalnya aku ga dijemput." Hans tertawa kecil kemudian melangkah mendekati ked
Kelas 12 OTKP 2 terlihat masih lenggang, baru ada 3 siswa dikelas itu dan rata-rata itu yang mengerjakan PR nya, Bintang mendudukan dirinya dibangku paling belakang kemudian melepaskan tas yang berada dipunggungnya dengan cara melemparnya ke atas meja. Ketiga siswa itu langsung menoleh ke arah Bintang dan mengerutkan dahinya, karena tak biasanya Bintang datang dengan wajah pucat pasi."Ra lu gapapa?" tanya Bayu."ah itu anu, eh gapapa," balas Bintang tidak jelas. Ketiganya kembali melanjutkan kegiatannya tanpa menoleh kembali ke arah Bintang.Tangan Bintang bergetar hebat, wajahnya semakin pucat, pikirannya melanglang buana tak jelas, bayangan silih berganti menari diotaknya membuat ia mengepalkan tangannya kuat hingga kukunya memutih."sialan," gumam Bintang sambil menutup matanya.Memori masa lalunya silih berganti menampakan diri di otaknya, semakin iya menenangkan diri semakin cepat me